16. Perasaan Gelisah

47 11 0
                                    

“Kamu gak marah 'kan?”

🍂🍁🍂

Hari ini tepat dirayakannya Hari Guru. Dilapangan dan area sekitar sekolah dihiasi bendera-bendera yang menjulang tinggi.

Sebentar lagi lomba Basket akan di mulai. Tapi Echan dengan wajah gusarnya menatap ponsel sejak tadi.

20 panggilan keluar.

Sejak kemarin hatinya tidak tenang, Wendy sama sekali tidak membalas pesan ataupun menjawab telponya. Aktif di media sosial saja pun tidak.

Apa dia marah soal kemarin?

Hati Echan sedikit legah yang ia cari-cari berdiri tepat dihadapannya dan teman-teman.

"Abis kelas kalian sama 12 MIPA 1 berhadapan ya," jelasnya.

Setelah saat Wendy pergi, Echan ikut mengekori sampai kekoridor sekolah.

"Buu!" panggilnya.

Wendy menoleh, "kenapa?"

"Marah?" Echan mendekat.

"Marah kenapa? Udah deh kamu siap-siap."

"Kemarin, kamu marah 'kan sama aku?"

Wendy melihat sekitar, memastikan keadaan, "hati-hati kalo ngomong, ini area sekolah."

"Ok, tapi jelasin dulu!"

"Saya gak marah kok, lagian kamu punya niat baik kan?" jelasnya, "tidak ada salahnya membantu sesama."

"Tapi—"

"Chan!"

Tiba-tiba yang sedang dibahas datang. Raya berlari kearah Echan, sedikit menautkan tanganya di lengan milik Echan.

"Chan, ayo, giliran kelas kamu!" kata Raya.

Wendy hanya menatap dan mengangguk.

"Yasudah, kalian siap-siap, usahain menang ya!" Wendy tersenyum, lalu berbalik meninggalkan mereka berdua.

"Ayo Chan!" ajak Raya sekali lagi.

"Iya-iya." Nada Echan seperti menggerutu, melepas genggaman Raya dari tanganya, meninggalkan gadis itu sendirian di koridor.

Akhirnya final selesai dilaksanakan. Kelas Echan, 12 IPS 2 mendapat juara 2. Lumayan, daripada tidak sama sekali.

Saat satu kelas makan dikantin merayakan  kemenangan. Echan duduk di sudut meja. Masih memainkan baksonya tanpa menyicip sedikit pun.

"Lu kenapa, Chan?" tanya Nana yang duduk disebelahnya.

"Gak."

"Gak gimana, blo'on, gak biasanya lu gitu."

Echan tersenyum singkat, "gak pa-pa Na, yaudah lanjut gih," menepuk bahu Nana.

"Lagi ada masalah sama Bu Wendy?"

Masih sama, Echan hanya membalas dengan senyum.

ECHAN POV

Hari ini gua gak mood banget, pas tanding aja tadi, merasa beban mulu.

Ini niha yang gak bisa gua hadepin. Katanya gak pa-pa tapi sikapnya kayak ada apa-apa.

Saat gua mau ngelahap itu bakso, eh tiba-tiba si Raya datang nyamperin. Ngambil kursi duduk disebelah gua.

"Ih, makan gak ngajak-ngajak," katanya Raya ama gua.

Sebenarnya aneh sih, kok malah bilang gitu, bukannya kita bukan siapa-siapa ya, Ray?

"Maaf Ray."

Makin kesini kok gua ngerasa Raya kayak makin dekat ya ama gua? Padahal kan kemarin-kemarin pas gua kejar, di tolak mentah-mentah sama dia.

Mungkin aja dia ... nyesal?

"Tumben deket banget, biasanya kagak!" tanya Syukur dengan suara lantang. "pasti udah jadian nih, PJ DONGGG!" sehingga membuat satu kelas riuh ricuh. Tapi beda dengan Neo Squad, diem-diem bae, ya tau lah pacar gua itu Bu Wendy bukan si Raya.

Bangsat banget si Syukur anjing.

Juno tiba-tiba berdiri komuknya kayak ngajak gelut.

"Syukur pantek, diem atau gua sumpel mulut lu pake bakso!"

"Gas aja Jun, gua juga laper," kata si Syukur sambil ngakak-ngakak gak jelas.

"Diem atau pacar lu gua embat?" ancam Juno. Ancamannya aneh banget.

Prik banget dah si Juno kampret.

"Heh, santuy atuh."

Tiba-tiba Raya buka suara, "gak kok, gua sama Echan cuman sahabatan doang. Gak lebih."

Dan sekarang komuknya Raya kayak sok malu-malu gitu.

Dah lah, males ngeladenin, gua langsung cabut aja dari kantin, mau ke belakang sekolah, kali-kali bisa nenangin diri dulu.

"Chan, mau kemana?" tanya Raya.

"Ke WC, lu mau ikut?"

Raya pun diam telak.

Pas gua nyampe di pembuangan sampah yangs sering gua lewat pas terlambat, gua langsung kepikiran saat gua pertama kali ketemu sama Wendy.

Iya, ditempat ini, kita tabrakkan, saling marah satu sama lain. Gua cuman senyam-senyum saat kejadian itu berputar di kepala gua.

10 menit kemudian.

"Ternyata kamu di sini."

Gua langsung noleh ke sumber suara, itu Bu Wendy.

"Selamat ya!" kata Wendy sambik senyum gitu kehadapan gua.

"Iya, makasih."

Gua masih canggung buat buka obrolan sebenarnya, tapi gaskeun aja kali ya.

"Serius kamu gak marah?"

"Duh, Echan, berapa kali saya bilang, saya gak marah atau pun kesal sama kamu atau Raya kok. Inget loh saya bukan bocil."

Bu Wendy malah ketawa. Aduh cantiknya, bikin gua senam jantung lagi.

Gua narik nafas lega, "alhamdulillah, kukira kamu marah."

"Gak lah, masa cuman gara-gara itu saya marah?"

"Yaudah, jalan yuk, besok!"

"Jalan? Boleh."

"Jam 2 ya."

"Ok," Wendy melirik jam tangannya, "sudah dulu ya, saya mau kekantor."

Gua ngangguk, "hati-hati dijalan cantik!" teriak gua.

Ia sedikit menoleh, senyum gitu kearah gua.

Alhasil jantung gua gak detak lagi saking cantiknya. Beruntung banget sih punya dia.

Semoga kita sama-sama terus ya.

PACARNYA BU GURU || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang