14. Bolos Demi Kamu!

40 10 0
                                    

“Iya, i love you, Wen!”

🍂🍁🍂

Mata Wendy yang tertutup rapat itu perlahan terbuka di karena kan sinar matahari yang berusaha masuk kedalam matanya. Pandanganya yang kabur pun kian jelas kembali. Tangannya meraih ponsel di samping, tepat diatas nakas. Melihat jam berapa sekarang.

Sekarang sudah jam 07:25. Sial, ini hari senin, padahal kelasnya ada pagi ini. Ia segera beranjak, meraih handuk putih yang tergantung di dinding kamar. Langkahnya pun berhenti saat seseorang tiba-tiba datang membuka pintu kamarnya dengan membawa talenan berisikan sarapan dan segelas susu.

"Selamat pagi sayangnya Echan ... udah bangun?" tanya lelaki yang berdiri dihadapannya.

"Chan? Loh, gak sekolah? Kok bisa kesini, kemarin udah pulang belum? Gimana—"

Pertanyaan yang ia tanyai terus menerus berhenti saat Echan, pemuda yang berdiri di depannya memotong kata-katanya.

"Kamu ingat gak, kemarin pas aku buatin makan, eh, tau-tau kamunya tidur, yaudah aku pulang. Dan jam 6 tadi aku datang lagi buat ngecek kamu," menaruh sarapan itu diatas meja, "dan perihal sekolah, aku bolos." Memperlihatkan senyuman lebarnya.

"Kok gak bangunin saya sih?"

"Kamu nyenyak banget tidurnya."

Wendy menatapnya dengan kesal sambil berkacak pinggang. "Kenapa gak kesekolah?!"

"Iya Bu Guru, maaf. Echan juga bolos gara-gara Ibu," jawabnya seolah sedang dihukum oleh Wendy.

"Yaudah kesekolah gih!"

"Kesekolah? Gak ah, udah mau jam 8, ntar jadi langganan pak Ahmad lagi."

"Kamu udah bilang Bapak buat kesini?"

"Gak, Echan ijinnya mau kesekolah," jawab Echan dengan sangat santai, seperti tidak merasa berdosa sama sekali.

"Gimana kalo Jafya ngadu, trus Bapak marah?"

"Tenang, Jafya bisa ku bungkam kok." Echan menarik tangan Wendy, "yaudah, sarapan dulu."

Keduanya berada di dapur yang ukurannya sangat minimalis itu.

"Masakkan kamu enak juga, pandai masak ternyata. Saya kira kamu gak punya talenta selain ngusik saya," ucap Wendy sambil menyendokkan nasi goreng itu kedalam mulut.

"Kamu muji apa ngerendahin sih?" kesalnya, "gini-gini juga aku perhatian, sayang sama kamu."

"Iyalah perhatian, pacaran aja baru 2 hari. Bentar lagi gak gitu lagi, pasti ninggalin, tunggu aja."

"Ih sembarang itu mulut, kita itu beda 6 tahun, tapi aku juga dewasa lah. Perhatianku ke kamu gak bakal hilang!" sanggah Echan tak terima, "ini bukan seperti pacaran abal-abal, aku sayang kamu tulus!"

"Janji?"

"Iya, janji!"

"Sumpah?"

"Lah, pakai sumpah?"

"Tuh 'kan, kamu abu-abu!"

Echan berdiri dari kursinya, "Sumpah demi Allah," sedikit membungkuk, tangannya beralih memegang kedua pipi Wendy, "aku gak bakal ninggalin kamu, gak bakal lupain kamu. Kamu sama aku gak akan ada kata Selesai."

"Ok, udah sumpah ya!"

"Iya! I love you, Wen!"

"Too, Ezhann!"

Wendy membalas, memegang kedua pipi Echan.

Bercanda tawa berdua, seakan dunia dan semesta milik berdua. Kalau yang lain mah cuman ngontrak doang kata Echan.

Kedua sejoli ini sedang dilanda asmara. Tanpa di sadar Wendy sudah tidak mempermasalahkan hubungan mereka saat ini. Ini hanya rasa ingin memiliki antara satu sama lain, sebagai seorang laki-laki dan perempuan, bukan sebagai status Guru dan Siswa.

Berjanji satu sama lain. Malahan salah satunya bersumpah untuk tidak meninggalkan.

Tapi jika takdir berkata lain, apa yang bisa kamu perbuat?

Ceklek!

Tiba-tiba pintu kontrakkan terbuka.

"Nah kan, lagi pacaran!" ujar Chendra.

Ke 6 bocah Prik berpakaian putih abu-abu itu sudah berdiri dihadapan mereka berdua yang sedang bercanda ria, sayangnya Echan dan Wendy sedang berpegangan tangan.

"Cieee, akhirnya Ibu bisa luluh juga," olok Juno. Lantas dengan cepat Wendy melepas genggaman tangan Echan padanya. Melihat bocah tengik itu dengan pipi memerah gara-gara malu.

"Lu bolos, ternyata kesini, dasar anak lucnut!" umpat Arya.

"K-kalian kok gak kesekolah?" tanya Wendy.

"Kalo bisa bolos, kenapa harus sekolah? Iya gak?" tanya Nana kepada 6 sahabatnya.

"Nah, betul tuh!"

"Bu, PJ dong, kan baru jadian!" —Martin

"Iya Bu!" —Jafya.

"Eh, apa-apaan nih, main malak aja." Mencoba melindungi Wendy dari Pemalakkan mendadak.

"Mas diam aja atau ngasih kita PJ kek." —Jafya.

"OGGAHH!"

"Mau lapor ke Bapak gak?"

Satu kalimat ini membuat Echan bungkam seribu bahasa. Membuat darah Echan semakin mendidih.

"Kan lu juga bolos, bego!"

"Tapi kan Mas yang duluan bolos! Trus Jafya bakal ngadu kalo Mas Echan bolos gegara pacaran!"

"DASAR ANAK DUGONG!"

Dan begitulah ricuhnya saat Neo Squad bergabung. Wendy yang hanya bertugas menyimak pun bisa-bisa langsung pingsan di tempat.

"Allah, tolong hamba mu," gumam Wendy dalam hati. Mengusap dada dengan pasrah. Mungkin kali ini kontrakkannya persis seperti kapal pecah.

To Be a Continue

PACARNYA BU GURU || Lee HaechanWhere stories live. Discover now