10. MPLS

47 30 0
                                    

Enjoy reading ⑅

"AZAA" teriak Jingga dari depan pintu rumah Azalia.

Setelah menunggu pemilik rumah yang tak kunjung keluar, akhirnya pintu rumah tersebut pun terbuka. Namun bukannya azalia malah seorang pria paruh baya yang berada di depan pintu.

Setelah sebulan berlalu, akhirnya tanggal MPLS ditetapkan. Masa pengenalan itu akan menjadikan Azalia, Jingga dan para siswa-siswi lainya murid tetap di SMA Lintang. Jingga dengan oenuh semangat menjemput sang sahabat di pagi yang masih penuh dengan embun ini

" Bentar ya nak, Azalia nya masih ngambil tas. Ribet anaknya, masuk dulu sini," ucap Ayah Azalia lembut.

Jingga pun mengikuti Ayah  azalia yang memasuki rumah, kemudian duduk di sebuah sofa ruang tamu rumah tersebut.

" Ayah Aza pamit ya," ucap nya menyalimi tangan sang Ayah.

Ia segera menarik tangan Jingga untuk keluar dari rumah. " Pamit dulu Om,"

Sebenarnya belum terlambat, bahkan masih sangat awal saat Jingga menjemputnya. Namun apa salahnya untuk berangkat lebih awal. Lagipun bisa menunggu sambil mengelilingi lingkungan sekolah barunya kan?

Hanya butuh wakti 10 hingga 15 menit dari rumah Azalia untuk sampai ke sekolah.

"Parkiranya sebelah mana Za?" Tanya Jingga.

" Kok nanya gue? Gue juga anak baru begi," jawabnya ketus.

" Buka denah kemaren cepet," pinta Jingga.

Azalia segera mengeluarkan hp nya, dan membuka denah yang sempat di berikan oleh wali kelas barunya tadi malam.

" Tuh paling timur," ujar Azalia menunjuk area yang di isi beberapa motor.

" Lo ngikut apa langsung masuk?"

" Ngikut aja deh, takut nyasar gue."

Setelah azalia menaiki motor tersebut, jingga segera melajukan motornya ke daerah parkiran.

Mereka langsung menuju kelas dengan pacuan denah yang ada di ponsel Azalia. Mereka belum mengenal sekolah tersebut, jadi rasa takut kesasar masih melekat di dalam jiwa.

Melihat sebuah papan kecil bertuliskan kelas yang mereka cari, kedua gadis tersebut tersenyum lebar. Akhirnya, kelas yang di cari cari setelah berputar putar ketemu juga. Kelas tersebut berada di sebelah barat, sedangkan mereka dari timur. Jadi cukup melelahkan.

Yang membuat Azalia lebih terkejut adalah, dua orang gadis yang tengah duduk bercanda di dalam kelas tersebut.

" Hai hai," sapa Azalia riang.

" Lama amat baru dateng?" Tanya Syera.

" Sempet kesasar pas nyari kelas hehe," jawab Azalia.

" Lo sih, masa baca denah aja gabisa," tambahnya.

Jingga yang mendengarnya pun menatap sinis pada Azalia." Lah kok gua sih?," Ujar Jingga kesal

" Udah udah, eyel eyelan mulu lo berdua ah," lerai Syera menengahi.

" Eh, anak kelas kita banyak yang masuk sini gak sih?"sahut kia.

" Iya juga, kok bisa jadi satu gini ya?" Jawab jingga.

" Ya bisa lah, serah gurunya dong. Sewot aja lo," ujar Zafa yang baru saja memasuki kelas.

" Tapi enggak sih sebenernya, banyak yang dikelas lain kok," Jelas Syera menengahi.

Jingga pun menatap ketus pada Zafa.
" Siapa juga sih yang sewot, orang cuma ngomong doang,"

" Ngumpul noh dilapangan, ngapain lo pada masih disini,"

EUDAIMONIAWhere stories live. Discover now