𝐎𝟔. Whiskey Peak

1.2K 168 13
                                    

✧ AUTHOR POV ✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧ AUTHOR POV ✧

Gereget melihat kain-kain absrak dan bahan pakaian yang Nami dapat di Loguetown (sebab bekas + gratis) malah menjadi sebuah tumpukan, Amay pun bergerak mengelolanya untuk mencetak desain pakaian baru dengan mesin jahit.

Sebenarnya Amay tidak keberatan melakukan hal yang dinilai merepotkan. Dalam lubuk hatinya justru merasa senang bisa fokus mengasah skill lain, yakni kemampuan desainernya di dunia ini tanpa rasa gelisah lagi. Sudah lama Amay tidak menghabiskan waktu luang dengan kreativitas, ia terlalu larut oleh urusan kimia.

Menyimpan sarung bantal terakhir yang telah selesai dibuat atas request Nami, Amay menyudahi pekerjaannya dan bergabung dengan keberadaan sang Navigator di dapur.

"Hey, kalian berdua. Apakah kapal ini tidak memiliki semacam alat penghangat?"

"Aku kedinginan tau."

Mr. 9 dan Miss Wednesday menggerutu di bagian kursi meja makan sembari memeluk diri mereka sendiri-sendiri.

Mata Amay mencermati air yang kian membeku dalam diam. Sayang sekali ia sedang haus-hausnya.

"Berisik! Kalian itu bukanlah tamu kami!" sembur Nami.

Amay berjalan menuju lemari yang berada di pojok (tempat khusus menjahitnya tadi), dan kembali pada area dapur untuk melilitkan jubah merah milik Ozzie pada Miss Wednesday, "Memang dingin, pakailah."

"Oh ...? Terimakasih ..."

"Nanti kembalikan lagi, ya," Amay menatap lekat jubah merah tersebut, "Mungkin memang tidak akan begitu mahal, tapi itu sangat berharga bagiku."

Miss Wednesday nampak tersentak dan cepat-cepat mengangguk faham. Amay seperti cenayang saja, sejujurnya ia sudah berpikiran akan mencuri jubahnya buat dijual. Tapi mendengar ujaran Amay, ia jadi mengurungkan niat tersebut. Tidak mau sekali-kali mencari masalah dengan benda berharga milik seseorang, karena ia sangat mengerti seperti apa rasanya apabila berada di posisi itu.

"Kalau untukku??" tanya Mr. 9.

"Aku bukan servant sang raja~!" cibir Amay menjulurkan lidahnya mengejek.

Mr. 9 terlihat menyesal dengan pengakuan palsunya pada Nami di tempo kemarin, "Hoi---"

"Hei, May," sela Nami, "Bagus sih kau tidak melayaninya, tapi kenapa kau memberikan jubah pada wanita ini? Seharusnya mereka keluar saja membersihkan salj---"

Belum sempat Nami menyelesaikan ucapan, gemuruh dengan kilatan cahaya yang kuat langsung memekikkan telinga para insan.

"Petir?! Bagaimana ada petir di musim salju seperti ini?!" histeris Nami, "Tadi cuacanya sangat cerah, dan tiba-tiba turun salju, sekarang muncul petir!"

Jadi namanya salju ... dan petir, ya ...?" gumam Amay yang memperhatikan kondisi cuaca lewat kaca dapur.

‎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗗𝗼𝗻𝗴𝗲𝗻𝗴 𝗧𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿 || 𝗢𝗻𝗲 𝗣𝗶𝗲𝗰𝗲 𝘅 𝗢𝗖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang