18

6 2 0
                                    

‼️WARNING‼️

Semua cerita warning, sih. Tapi ini ada adegan---

Ugh! -disumpal update terbaru Chen-

***





















"Panggil aku, sad boys."

Clara mengangguk dan mengikuti orang itu. Pria itu terus tersenyum penuh kemenangan ketika Clara dengan santai mengikuti dirinya.

Kalian pasti tahu, siapa pria maskulin ini.

Ya, dia adalah Kris.

Dan Clara adalah teman sekelasnya.

***

Kris menuntun Clara menuju sungai. Tanpa curiga, Clara terus mengikuti hingga sampai di sebuah gubuk tua. Gubuk itu sudah tidak terpakai lagi semenjak gempa melanda kota ini, dan lucunya ada beberapa barang yang masih terpakai. Clara melihat semua barang disana dengan rasa kagum. Beberapa alat dapur lengkap, foto-foto zaman lampau yang masih hitam-putih, serta beberapa barang langka yang jarang orang miliki.

"Ini rumahmu?" tanya Clara. Kris mengangguk samar,

"Cantik sekali. Sangat klasik. Seandainya aku bisa membuat rumahku begini,"

"Kamu tidak punya rumah?" Clara menggeleng sebagai jawaban,

"Aku masih menumpang dengan orang tuaku. Aku masih SMA, orang tuaku terlalu toxic untukku bebas. Ketika semua orang bisa mencari kerja dimasa muda, aku masih diam di rumah sambil nonton drakor."

Clara terus bercerita sampai Kris bosan. Bermain-main dengan alat jahit tua disana, Kris mendapat ide bagus untuk bermain dengan Clara.

"Kamu dari SMA XXX? SMA yang menjadi incaran seorang pembunuh? "

"Iya, tapi hanya laki-laki saja, kok. Perempuan tidak. Dia seperti klitih, memilih yang kuat dan menghindari yang lemah,"

"Berarti, kamu tahu Kris?"

"Si buta? Hahaha, tentu! Pria sombong yang suka cari perhatian dan sensasi. Dia membuatku muak sampai muntah karena tingkahnya,"

"Caper di depan Cantika, Beni, bahkan Wali Kelas. Sok menjadi pintar semenjak menang di Olimpiade. Hell, dia pasti sudah tahu jawabannya dari Wali Kelas, dia, kan, dekat dengannya,"

"Lalu?"

"Dulu, dia tidak pernah dapat perhatian. Pendiam dan sok dingin di depan cewek. Sekarang? Menyapa saja sombongnya minta ampun. Memang, apa kerennya dia? Kalau sampai dia tahu, kamu tahu dia. Beuh, pasti kepalanya semakin besar."

Kris menggeram penuh emosi. Kata-kata Clara bahkan lebih sakit dari kata-kata Kenzie ataupun si kembar.

Lebih baik mendengar ejekan langsung di depan Kris daripada membicarakan di belakangnya.

"Apakah Kris pandai?"

"Tidak! Sama sekali tidak. Dia tidak lebih pintar dariku. Bahkan aku lebih pandai darinya,"

"Ah, aku dengar. Dia gay."

Rumor dari mana ini? Kenapa Clara dengan santainya berkata bahwa Kris gay?

"Kudengar hampir setiap hari dia bertemu dengan wali kelas, hanya berdua. Berdua doang. Ngapain coba? Dan parahnya lagi dia--"

"Cukup," Kris langsung menghentikan ocehan Clara. Namun Clara masih terus mengoceh tak guna.

Berkata bahwa Kris adalah pengecut, tidak bisa diandalkan, bahkan berani membuat rumor bahwa dia memakai pesugihan untuk mendapat perhatian dari semua orang.

My Name is KRIS ☑️Where stories live. Discover now