S26

2.1K 276 60
                                    


Mission completed! Hehe, thankyouuuu<3

45 vote + 20 komen for next part :)

***

"Jadi itu cowok yang Mbak tunggu ngasih kepastian?" Kafita langsung menembak begitu Jery pamit meninggalkan meja.

Setelah beberapa saat meladeni basa-basi ibu Ica, Jery yang mungkin sudah tidak tahan dengan tubuhnya yang lengket meminta ijin ke belakang, beralasan gerah sehingga perlu mandi dan ganti baju.

"Ibuuu, apaan, sih!" Ica mendelik panik, khawatir orang-orang di samping mejanya turut mendengar.

"Serius, Mbak? Dia? Ya Allah.. bukannya masih mending Dika kemana-mana, ya?" Wanita yang tampil santai dengan celana kulot warna hijau tosca dan kemeja putih itu tampak tidak peka.

"Buuu!"

"Dengar, Mbak, bukannya ibu mau menilai seseorang hanya dari luarnya, tapi gimana, ya? Dia kelihatan preman banget. Ibu nggak srek." Kafita konsisten dengan nada tingginya, tidak peduli pada mata-mata yang mulai melirik risih pada meja mereka.

"Bu-"

"Budhe, Mas Jery gayanya emang kayak preman, tapi coba deh budhe perhatiin mukanya. Dia itu soft banget, ganteng lagi." Rani menyambar santai. Gadis itu meringis melirik Ica, agak merasa bersalah karena sudah memberitahu Kafita di mana mereka berada.

"Ganteng kalau kayak preman kan tetep aja serem, Ran."

"Ih, dia itu gayanya doang yang preman, Budhe. Aslinya mah baik dan berprestasi."

"Mosok?" (Masa?)

"Iyaaaa.. dia itu dosen baru kita, pembimbing skripsinya Ica juga, Budhe. Dia itu--"

"Astaghfirullah, jangan-jangan gara-gara itu kamu jadi sering keluyuran? Diajakin sama dia? Pura-pura bimbingan skripsi padahal diajak aneh-aneh." Mata Kafita tiba-tiba melebar, "kamu nggak pernah aneh-aneh sama dia kan, Mbak?" Wanita itu bertanya panik.

"Astagaaa, enggak, Bu. Amit-amit." Ica ikut mendelik, "Mas Jery itu beneran baik. Coba nanti ibu ajak ngobrol pas orangnya balik." Gadis itu berusaha menjelaskan. "Lagian dia nggak pernah aneh-aneh, beneran ngajarin Ica skripsi."

"Tapi ibu tetep nggak srek. Penampilannya gitu banget." Suara Kafita akhirnya melemah.

"Itu karena kecapean aja, Budhe. Baru balik ngantor terus harus mantau renovasi kafe, habis itu pake nemenin kita ngobrol di sini. Belum sempat beres-beres sama sekali." Rani menjelaskan dengan menggebu. "Nanti deh, kalau Mas Jery kesini lagi, pasti udah seger banget, beda sama tadi."

"Emang dia masuk ke dalem buat potong rambut?" Kafita memicing menatap dua gadis di hadapannya, saat melihat keduanya bungkam, dia kembali melanjutkan, "rambutnya ituloh yang bikin mikir dua kali. Masa cowok rambutnya begitu? Kalau dia beneran anak baik pasti tau dong normalnya rambut cowok itu gimana? Emangnya nggak ditegur sama pihak kampus? Bisa jadi contoh buruk itu buat mahasiswanya."

"Bu-"

"Permisi." Suara berat itu tiba-tiba menginterupsi. Ica dan Rani sontak saling melirik, khawatir Jery mendengar apa yang Kafita katakan.

SkripSICK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang