MAKAN MALAM

4K 209 8
                                    

"Jangan-jangan cuma bersandiwara Ngi ?" Tanya Arini penuh selidik.

"Semoga tidak Rin. Ini sudah seminggu lho Rin, masak iya kalau sandiwara dia selama itu ?"

"Yo syukur to kalau suamimu udah bener-bener mengakuimu. Itu artinya kesabaran kamu membuahkan hasil."

"Iya Rin. Doakan aku ya semoga kali ini mas Moondy benar-benar sayang padaku."

"Ciettt senyum-senyum sendiri." Goda Arini.

"Nanti malam ayok buka puasa bareng Ngi." Ajak Arini.

"Aku udah janji sama mas Moondy dan Bulan kalau mau buka bersama nanti malam diluar Rin."

"Oalah ... Yowes kalau gitu. Dinikmati dulu saja kebahagiaan kalian bertiga. Semoga cepet punya momongan juga kamu."

Aku terdiam. Lagi-lagi soal momongan. Ini sudah bulan puasa lagi, dan taun ini taun kedua pernikahanku dengan mas Moondy. Aku tak menyangka sudah dua taun menjalani kehidupan poligami ini. Aku agak takut jika waktu berjalan cepat seperti ini, itu berarti sebentar lagi kami akan mudik lagi nanti ke Solo. Pertanyaan-pertanyaan soal kehamilanku pasti akan muncul lagi saat kumpul nanti. Kami memang tidak pernah pulang ke Solo. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkan kami mudik setiap satu tahun sekali.

"Heh ! Bengong !" Bentak Arini.

"Gak bengong Rin. Aku denger kok kamu ngomong apa." Jawabku.

"Kalian masih belum itu juga ?" Tanya Arini. 'itu' yang Arini maksud adalah hubungan badan kami. Karena meskipun hubungan kami sudah agak membaik, aku dan mas Moondy belum tidur satu kamar lagi. Apalagi untuk melakukan hubungan itu.

"Belum." Jawabku sambil menggeleng.

"Katanya udah berubah si Moondy ? Kewajibannya sebagai suami aja belum terlaksana Ngi."

"Aku juga belum siap Rin."

"Kenapa ? Tadi lho kamu yakin kalau dia berubah."

"Aku hanya mau menyerahkannya jika dia sungguh-sungguh mencintaiku. Mana tau sekarang dia masih belajar membuka hatinya padaku Rin."

"Yowes, sabar ya Ngi. Allah itu baik. Kamu terus berdoa aja yang terbaik untuk kalian ya. Ndang nyusul. Ojo kalah karo aku." (Buruan nyusul, jangan kalah sama aku).

Maksudnya adalah kondisi Arini yang sedang hamil anak pertamanya. Arini sudah menikah 3 bulan lalu. Dan beruntungnya dia langsung hamil. Sekarang usia kandungannya sudah berjalan 2 bulan.

*****

Sore ini mas Moondy benar membuktikan ucapannya untuk mengajak kami berbuka puasa. Mas Moondy memakai celana pendek selutut berwarna hitam dan kaos polo polos berwarna merah. Ditambah sepatu catnya membuat penampilannya sungguh aduhai di mataku. Tidak salah memang jika Arini memuji mas Moondy ganteng, karena memang betul-betul ganteng. Bulan menyusul dengan mengenakan dress merah dan flat shoes berwarna hitam keemasan. Sungguh memang pasangan serasi. Berbeda denganku yang tidak pernah bisa memadupadankan pakaianku. Seperti saat ini contohnya. Aku cuma memakai celana panjang, kaos pendek berwarna hijau dan sepatu cat. Sungguh tidak pantas untuk bersanding dengan mas Moondy.

"Sudah siap kalian ?" Tanya mas Moondy.

Aku dan Bulan sama-sama mengangguk. Menggunakan mobil Pajero hitam milik mas Moondy dia mengajak kami ke sebuah restoran makanan Jepang di Semarang. Aku duduk di belakang sambil memainkan gawaiku. Sedangkan Bulan duduk di depan. Aku mendengar betapa serunya pembicaraan mereka. Bulan menceritakan bagaimana dia seharian di butiknya, dan mas Moondy menanggapinya dengan serius. Terbesit sebuah kecemburuan lagi dari dalam dadaku. Andaikan mas Moondy juga mau mendengar semua keluh kesahku juga pasti aku akan senang. Aku juga ingin bercerita kepada suamiku bagaimana hari-hariku, apa saja yang kulakukan di tempat kerjaku, bukankah itu menyenangkan ?

madu dalam perahu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang