Bug !!! Sambil menggendong Pelangi Moondy memukul Dito hingga jatuh tersungkur.
"MasyaAllah Dito !" Aku kaget dan langsung mendatangi Dito yang sedang tersungkur.
"Mas Moondy sudah !" Bentakku pada mas Moondy dan langsung ku ambil Cilla dari gendongannya.
Aku memasuki rumah, Cilla menangis ketakutan. Entah apa yang ada dipikiran Cilla, mungkin dia tau ayahnya marah. Setelah Cilla digendong ibuku aku kembali keluar, kulihat mas Moondy masih memukuli Dito.
"Embun nitip Cilla, ajak dia keluar rumah."
"Ngopo mbak ?"
"Mas Moondy dan Dito bertengkar." Aku kembali ke luar rumah untuk melerai mas Moondy dan Dito.
"YaAllah mas Moondy! Udah mas, hentikan ! Istighfar mas! " Teriakku sambil berusaha melerai mas Moondy dan Dito.
"Ono opo iki ? (Ada apa ini?)" Bapakku keluar dari rumah. Bapak menarik mas Moondy kebelakang dan aku memegangi Dito.
"Moondy! Karepmu pie ? Maghrib-maghrib gawe rusuh neng kene ! (Moondy ! Maksudmu apa ? Maghrib-maghrib bikin keributan disini!)" Bapak langsung marah-marah pada mas Moondy.
"Tolong bilang sama laki-laki ini untuk menjauhi Pelangi pak !"
"Itu kan hak Pelangi mau dekat sama siapa saja, wong kamu juga punya istri lain. Opo ono sing salah ?" Jawab bapakku tak kalah emosi.
"Pak ! Ingat, saya masih suami sah dari putri bapak, Pelangi ! Dan saya juga ayah kandung dari cucu bapak, Cilla. Dan saya tidak akan menceraikan Pelangi. Jadi tolong bapak kasih tau laki-laki untuk menjauhi Pelangi. Dan kamu Pelangi ! Ingat statusmu ! Berduaan dengan lelaki lain yang bukan suami kami itu apa hukumnya. Tentu kamu tau kan !"
"Kamu jangan sok bersih ! Ngancam-ngancam Pelangi kamu sendiri nyatanya juga punya perempuan lain ! Betul kata bapak !" Dito kembali berbicara.
"Setidaknya aku dan Bulan hidup dalam ikatan pernikahan yang sah secara negara dan agama. Sedangkan kalian ? Lihatlah status kalian berdua ! Pelangi masih istri sah dari Moondy AlSegara, tapi dia berduaan dengan pria lain yang bukan suaminya! Aku menikahi Bulan dan menduakan Pelangi untuk menghindari Zina. Bersama Pelangi aku juga melakukan tanggung jawabku padanya. Sekarang siapa yang sok bersih ?"
Dan itu cukup membungkam kami semua. Termasuk bapakku. Mas Moondy masih suamiku. Meskipun secara agama sudah menceraikanku. Mas Moondy benar, dia memilih menikahi Bulan untuk menghindari zina, meskipun keputusannya dulu melukaiku. Beda denganku, yang masih suka jalan-jalan dengan Dito, berboncengan dengannya, bahkan makan bersama dengan Dito. Padahal status kami masih berteman dekat.
"Nak Dito, sebaiknya kamu pergi dari sini. Sebelum pernikahan mereka selesai, sebaiknya kamu menjaga jarak dulu dengan Pelangi." Kata bapakku.
"Tapi pak ?"
"Dito, apa yang bapak bilang benar. Pulanglah. Setelah ini baiknya kita saling menjaga jarak dulu agar tidak terjadi fitnah. Jika aku sudah menyelesaikan semuanya dengan mas Moondy. Aku janji, aku akan memberitahumu kembali. Mulai sekarang pertemuan kita cukup saat jam kerja saja. Sebagai bos dan karyawan." Kataku.
"Baik Ngi, aku selalu menunggu hari itu. Aku harap keputusan kamu tidak berubah. Aku tunggu kamu kembali Ngi."
"Makasih ya Dit."
"Aku pergi dulu Ngi, sampaikan salamku pada ibu, Cilla dan Embun. Saya permisi dulu pak. Assalamualaikum." Pamit Dito tanpa memperdulikan mas Moondy di depannya.
***
"Aw." Teriak Rudi saat aku membersihkan lukanya.
Aku membungkam mulutku tak berbicara sepatah katapun padanya. Rasanya habis sudah tenagaku untuk berdebat dengannya. Dulu sebelum dia hadir kembali hidupku tak serumit ini. Dan kini bersama kembalinya dia hidupku serasa kembali ke masa sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
madu dalam perahu
Non-Fictionaku istri sahnya secara negara dan agama. namun bukan hanya aku saja. masih ada gadis ayu yang bernama Bulan yang juga menjadi istri sah negara dan agama.