[ ASL ] • 28 SANG PENENANG

12.5K 727 7
                                    

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️

••••

CHAPTER 28. SANG PENENANG

Brakk!!

Varez membuka pintu kamarnya dengan sadis. Wajahnya mengeras dengan tatapan dingin yang menyeramkan. Terlihat urat-urat di leher dan juga tangannya yang terkepal kuat mencoba menahan emosi yang sedang memuncak di kepala.

"SIALAN!" teriak Varez meninju dinding kamar, tidak peduli tangannya terluka.

Varez memejamkan mata saat kejadian beberapa jam yang lalu di rumah sakit kembali menghantam kepalanya. Varez tidak menyangka jika dia akan kembali bertemu lagi dengan Anggi, sosok yang teramat dia benci sejak bertahun-tahun yang lalu. Sosok yang sudah membuat orang yang dia cintai semasa SMA pergi selamanya dengan sangat sadis.

Setelah pertemuannya dengan Anggi yang tanpa di sengaja, Varez langsung pergi dengan emosi memuncak. Dia tidak menyangka bahwa Anggi bekerja di rumah sakitnya. Dia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan perempuan itu.

Varez membuka jasnya dan melemparkannya ke kasur dengan kasar, lalu melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher. Dadanya naik turun karena emosi yang belum stabil. Lengan kemejanya dia gulung hingga sikut dan kancing teratas dia lepas.

Varez mengambil ponselnya, mencari kontak Nagisa dan mendialnya. Tidak butuh waktu lama, hanya di dering ketiga panggilannya di angkat.

"Kamu di mana?" tanya Varez setelah panggilannya terhubung.

"Aku butuh kamu sekarang," lirih Varez.

••••

"Kakek sehat-sehat. Aku udah nggak bisa sering-sering perhatiin kakek seperti dulu lagi. Sekarang, kan, kita udah nggak tinggal bareng."

Kakek Tama mengelus kepala cucu kesayangannya yang duduk disampingnya sembari memijat kakinya. Suasana siang ini tidak terlalu terik oleh cahaya matahari. Jadi pas untuk bersantai di taman belakang dengan pemandangan hijau yang begitu disukai oleh Kakek Tama. Bunga-bunga kesayangan Almarhumah Mama Nagisa pun bermekaran dengan begitu indahnya. Beberapa daun menari-nari dengan lembut saat di terpa angin yang menyejukkan.

"Iya, Kakek akan jaga diri Kakek. Kamu tidak usah khawatir. Di sini banyak yang jagain Kakek. Ada Dokter pribadi juga yang selalu memantau keadaan Kakek 24 jam."

Nagisa menyungingkan senyum, tangannya beralih merapikan sweeter rajut yang dikenakan Kakek Tama.

"Jangan sampai sakit, ya, Kek. Gisa nggak mau Kakek kembali jatuh sakit seperti dulu," lirih Nagisa dengan mata berkaca-kaca.

Kakek Tama menarik Nagisa dan memeluknya hangat. "Iya, Nak. Kakek akan selalu sehat demi Gisa dan Nevan. Kalian adalah cucu kebanggaan Kakek. Kakek juga masih ingin bersama kalian dalam waktu yang lama."

Nagisa memeluk Kakek Tama dan memejamkan mata. Pelukan Kakek Tama begitu hangat seperti pelukan Almarhum Papanya yang sudah bertahun-tahun tidak lagi dia rasakan.

Beberapa lama mengobrol bersama sang Kakek dan juga memastikan keadaannya, Nagisa memutuskan untuk pulang karena hari mulai beranjak sore. Sebelum pulang Nagisa mampir sebentar ke Supermarket. Dia berniat membeli beberapa buah-buahan dan juga cemilan untuknya dan Varez.

Tangannya terulur mengambil buah apel kesukaan Varez. Namun sebuah tangan lain juga terulur hingga tanpa sengaja bersentuhan dengan tangan Nagisa. Refleks Nagisa menoleh dan menarik tangannya cepat. Sosok disampingnya juga menoleh lalu membulatkan mata melihat tangan siapa yang barusan dia sentuh.

Alvarez Sky Lawrence [END]Where stories live. Discover now