12. KIRIMAN PAKET

98 21 4
                                    

"Papa sudah bicarakan dengan Om Aji tentang rencana kita?" Tanya seorang lelaki berpakaian kantor lengkap dan terlihat rapi.

Dia duduk di sebuah sofa empuk di dalam ruang direktur utama Perusahaan Adijaya Grup.

Ruangan yang sebelumnya dihuni oleh Wildan dan kini berpindah tangan kepada Haris Adijaya yang merupakan anak angkat di keluarga Adijaya, terhitung sejak Wildan mengalami kecelakaan.

"Belum, biarkan mereka bersenang-senang dulu. Papa tidak ingin mengganggu Wildan dan Vanessa setidaknya sampai Wildan bisa kembali masuk ke kantor," jawab Haris seraya menyesap kopi hangatnya.

"Lalu sampai kapan kita akan terus hidup jadi kacungnya Wildan Pa? Padahal selama ini, tanpa bantuan Papa dan aku, Wildan nggak mungkin bisa mengurus perusahaan ini hingga sebesar dan sesukses sekarang sendirian! Ini sudah lewat lima tahun sejak Om Haidar meninggal, tapi hidup kita tetap saja begini-begini terus," keluh Argan, lelaki berusia 28 Tahun yang merupakan anak kandung Haris.

"Yasudah, kalau kamu memang tidak sabar, kenapa tidak kamu coba saja dekati Vanessa lagi, bukankah dia mantan kekasihmu? Siapa tau Vanessa akan lebih mendengarkan perkataanmu daripada perkataan Papanya," balas Haris sedikit menyindir.

Argan berdecak dan melengos, wajah lelaki itu terlihat kesal. Apalagi jika sudah membahas soal Vanessa!

Perempuan yang sudah mematahkan hatinya hingga berkeping-keping!

Sok jual mahal padahal murahan!

Cih!

"Vanessa itu bukan level Argan Pa, dia terlalu gampangan! Nggak ada tantangannya," jawab Argan meninggikan gengsi.

Haris tertawa. Kepala lelaki paruh baya itu menggeleng beberapa kali.

"Argan - Argan... Bagaimana kamu bisa mengalahkan Wildan jika soal perempuan saja kamu tidak becus! Memangnya Papa tidak tahu alasan kenapa kamu dan Vanessa sampai putus? Bodoh!" Maki Haris setengah kesal.

Argan jadi terkekeh. Lelaki itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Yaudah sih Pah, intinya Argan itu tetap aja lebih unggul daripada Wildan karena Argan yang udah lebih dulu nyicipin Vanessa! Wildan cuma dapet bekasnya Argan!"

"Tapi tetap saja, yang mampu memenangkan hati Vanessa itu tetap Wildan! Bukan kamu," potong Haris, membuat Argan mati kutu.

"Jadi, kapan rencananya Papa akan bicara sama Om Aji supaya Om Aji bisa langsung menjelaskan rencana kita ke Vanessa," tanya Argan kemudian. Entah kenapa, Argan sudah sangat tidak sabar melihat kehancuran Wildan, lelaki angkuh yang sudah membuatnya malu di depan umum.

Lelaki sok jagoan yang sudah berani merebut Vanessa darinya.

"Semua rencana ini harus tersusun dengan rapi dan sistematis, kita tidak boleh gegabah. Meski pun Wildan buta, kita tetap harus hati-hati Argan, kesalahan kecil saja bisa menghancurkan semuanya. Setelah Papa berhasil memastikan bahwa Vanessa sudah berada di pihak kita, maka semua rencana kita pasti akan berjalan lancar, dan semua itu butuh waktu yang tidak sebentar, jadi kita harus bersabar," jelas Haris panjang lebar.

"Oke, bersabar-bersabar-bersabar dan bersabar..." Oceh Argan seraya keluar dari ruangan sang Papa.

*****

Argan baru saja keluar dari toilet di pom bensin ketika dirinya selesai mengisi bahan bakar untuk kendaraannya.

Setelah seharian ini berkutat dengan setumpukan berkas yang harus dia pelajari di kantor, kini waktunya Argan mengistirahatkan diri.

Lelaki itu hendak pulang ke apartemen pribadinya untuk beristirahat.

Argan baru saja masuk ke dalam mobil ketika dia melihat ada sebuah kecelakaan tepat di depan pom bensin.

JANGAN MENJADI SEPERTI IBU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang