22. PERJANJIAN DI ATAS HITAM DAN PUTIH

80 17 2
                                    

"Ini!"

Vanilla memberikan sederetan persyaratan yang baru saja dia tulis di atas sebuah kertas HVS.

Sederetan persyaratan yang harus Wildan penuhi jika lelaki itu tidak mau Vanilla memutuskan untuk kembali bertukar tempat dengan Vanessa.

"Aku pastikan sekali lagi, bahwa aku sama sekali nggak ada sangkut pautnya dengan rencana busuk Om Haris dan Argan untuk menghancurkanmu. Hubunganku hanya sebatas dengan Vanessa saja. Dan mengenai masalah apakah Vanessa terlibat dengan rencana yang Om Haris dan Argan susun, aku sendiri nggak tahu menahu dan sama sekali nggak berniat untuk mengetahuinya karena hal itu nggak penting! Jadi, jika kamu mau melaporkan aku ke polisi karena tuduhan penipuan, itu artinya mau nggak mau kamu harus menerima Vanessa kembali, apa itu yang kamu mau Tuan Wildan yang terhormat?" Tanya Vanilla dengan rasa percaya dirinya yang teramat sangat. Vanilla tahu bahwa dirinya kini mulai bisa menguasai keadaan. Terlebih saat Wildan yang terus memohon padanya untuk tidak menghubungi Vanessa.

Wildan hanya bisa mengesah pasrah, saling melempar tatapan dengan Raga yang saat itu juga Wildan panggil untuk memecahkan masalahnya dengan Vanilla.

Raga yang sangat terkejut saat mengetahui bahwa Vanilla kini sudah tahu tentang Wildan yang hanya berpura-pura buta.

Dan yang menjadi ketakutan mereka jika Vanilla benar-benar sampai menghubungi Vanessa adalah, rencana mereka untuk membongkar kedok busuk Haris dan Argan akan hancur.

Terlebih jika apa yang memang dikatakan Vanilla benar.

Itulah sebabnya, Wildan dan Raga tidak mau mengambil resiko lebih jauh hingga terpaksa menuruti apa yang kini menjadi keinginan perempuan bernama Vanilla itu.

Dengan catatan, Vanilla benar-benar harus bekerja untuk mereka dengan menjadi mata-mata mereka.

Saat itu, Raga mengambil kertas HVS di meja dan menjadi tercengang ketika dia melihat deretan angka persyaratan yang telah ditulis Vanilla di dalam kertas tersebut.

Banyak sekali persyaratan yang diajukan perempuan itu!

Pikir Raga membatin hingga akhirnya memberikan lembaran kertas itu pada Bos besarnya Wildan karena hanya Wildan yang bisa memutuskan semua hal yang tertera di atas kertas itu.

"Apa-apaan ini?" Pekik Wildan saat dia membaca satu persatu persyaratan tersebut.

"Kenapa? Kurang banyak ya?" Balas Vanilla menahan tawa. Merasa menang.

"Point satu, kamu mau aku cuciin pakaian kamu? Point dua, kamu mau aku setrika semua pakaian kamu? Point tiga, kamu mau aku masakin sarapan dan makan malam untuk kamu setiap hari? Point empat, kamu mau aku jadi pelayan pribadi kamu setiap hari sabtu dan minggu? Apa kamu udah nggak waras?" Cecar Wildan yang mulai kembali terpancing emosi.

Untungnya ada Raga di sana, sehingga Wildan bisa dengan cepat mengendalikan amarah di dadanya.

"Oh jadi kamu keberatan sama semua persyaratan yang aku tulis? Oke," Vanilla hendak berdiri dan menarik koper yang saat itu sudah tersedia di sisinya.

"OKE! OKE!" Teriak Wildan pada akhirnya dengan sangat terpaksa.

Vanilla kembali duduk dengan sangat elegan. Kembali memulas senyuman termanisnya.

"Di point terakhir itu yang paling penting sih," ucap Vanilla saat itu.

Wildan kembali melirik ke arah kertas di tangannya, begitu pun Raga.

Tertera di point terakhir bahwa Vanilla ingin ibunya diizinkan untuk ikut tinggal di kediaman Wildan selama perjanjiannya dengan Vanessa berlangsung agar Vanilla bisa dengan mudah mengawasi kesehatan sang Ibu setiap saat.

JANGAN MENJADI SEPERTI IBU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang