20. WILDAN TIDAK BUTA!

107 21 17
                                    

"Buka pakaianmu di kamar mandi jangan di hadapanku!" Teriak Wildan dengan perasaan jengah luar biasa.

Kelakuan Vanilla benar-benar membuatnya jadi salah tingkah.

Wildan ingin marah tapi saat Vanilla terus membuka satu persatu pakaian di hadapannya, fokus lelaki itu jelas terpecah.

Tubuh indah Vanilla yang terpampang begitu jelas dan begitu dekat membuat Wildan gagal fokus hingga tanpa sadar dia malah berkata sesuatu yang seharusnya tidak dia ucapkan di hadapan Vanilla.

Yakni menyuruh perempuan itu melanjutkan aktifitasnya membuka pakaian di dalam kamar mandi.

Wildan tahu Vanilla sempat tertegun, sepertinya kaget hingga setelahnya, perempuan itu meraih handuk di lemari untuk menutupi tubuhnya.

Sialnya, bukannya masuk ke kamar mandi, Vanilla malah berjalan menghampiri Wildan yang masih duduk di tepi ranjang saat itu.

"Kamu bisa lihat aku buka pakaian?" Tanya Vanilla sambil bertolak pinggang. Tubuh gadis itu membungkuk dengan tatapannya yang memicing dan wajah yang begitu dekat dengan wajah Wildan.

Tatapan Vanilla seolah mengamati bola mata Wildan yang mencurigakan itu.

"Kamu itu sebenarnya buta apa nggak sih?" Tanya Vanilla saat itu.

Wajah mereka yang begitu dekat membuat Wildan seketika berniat jahat untuk menjahili Vanilla lebih jauh. Hitung-hitung balasan setelah perempuan ini dengan begitu berani mengatainya binatang.

Sialan!

Saat itu, posisi wajah Vanilla masih berhadapan dengan wajah Wildan, masih mengamati dengan seksama pergerakan kedua bola mata Wildan.

Hingga yang terjadi di detik berikutnya tak pernah dia duga.

Tepatnya saat tiba-tiba Wildan memajukan wajahnya hingga kedua bibir mereka bertemu dan bersentuhan.

Sepersekian detik mereka bertahan dalam posisi itu, kedua bola mata Vanilla melotot kaget hingga dia buru-buru mendorong tubuh Wildan dan meneggakkan kembali tubuhnya.

"Kasar banget sih jadi perempuan!" Gerutu Wildan menahan senyum. Lelaki itu malah asik merebahkan tubuh di ranjang. Menjadikan kedua telapak tangannya sebagai alas kepala. "Atau jangan-jangan kamu itu bukan perempuan ya?" Wildan tertawa.

Vanilla menghapus cepat jejak bibir Wildan di bibirnya. Merasa geli.

Dasar lelaki kurang ajar!

Pekiknya geram, membatin.

Masih dengan tubuhnya yang tertutup handuk, Vanilla menahan lahar panas di dadanya. Dia menatap Wildan dengan tatapan seekor singa betina yang hendak menerkam mangsanya.

Kecurigaannya mengenai kepura-puraan Wildan yang buta semakin kuat.

Hingga setelahnya, Vanilla kembali mengingat-ingat lagi kejadian kemarin-kemarin.

Kejadian di malam kedua setelah pernikahan mereka saat Vanilla hendak membuka celana boxer Wildan dengan gunting, lalu Wildan tiba-tiba menghindarinya seperti orang ketakutan. Apa mungkin dia ketakutan karena melihat Vanilla membawa gunting?

Lalu, kejadian di kolam renang.

Saat Wildan menolongnya yang hampir tenggelam.

Bukankah hal itu mustahil bisa dilakukan oleh orang buta?

Lalu terakhir saat Wildan tahu bahwa ada Argan yang masuk ke dalam toilet wanita di kantor tadi.

Bukankah semua kejadian itu cukup membuktikan bahwa sebenarnya Wildan itu tidak benar-benar buta?

JANGAN MENJADI SEPERTI IBU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang