14. Menukik Tajam Realita

2.7K 932 242
                                    

.
.
.

    Wooyoung terbangun dari tidurnya ketika tangan Serim tanpa sengaja memukul pipinya. Dia duduk di atas kasurnya lalu mendorong Serim untuk sedikit menjauh darinya. Padahal Hangyul tidurnya anteng banget, sedangkan Serim bantalnya aja udah ganti posisi di kaki.

    Dia mengusap matanya dan berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Setelah keluar, dia yang rumahnya ada di gang paling sepi di Rejowerno mendengar sesuatu dari luar rumah. Namanya pemeran utama, kalo ada suara asing bukannya diabaikan malah dicek, jadilah Wooyoung menuju jendela depan dan mengintip keluar.

    Alisnya tertekuk ketika mendapati seekor kucing bermata ungu sedang menggaruk garuk pagar rumahnya. Wooyoung tanpa pikir panjang lantas keluar dari rumah, mendatangi makhluk hidup itu untuk memastikan sesuatu. Sampai di dekat kucing berbulu hitam itu, diangkatnya dalam gendongan, lalu dia cek lehernya, ada kalungnya, ada namanya pula, fix, ini Byeol.

  "Kamu diusir sama babumu?" Tanya Wooyoung sambil membawa Byeol ke dalam rumah.

    Wooyoung mengambil ikan pindang sisa makan malam tadi dan menyodorkannya pada Byeol, namun tak seperti biasanya, Byeol tampak mengabaikan ikan itu dan berjalan menuju pintu kamar kakek Wooyoung lalu menggaruk garuk pintunya sehingga menciptakan suara yang pastinya mengganggu siapapun yang tidur.

    Mengalami kejadian aneh tapi nyata selama mengenal Byeol, Wooyoung mengamati pintu kamar kakeknya dan Byeol bergantian, namun pada akhirnya Wooyoung membuka pintu itu, seakan memang telah menunggunya, Byeol masuk ke dalam tepat setelah Wooyoung membuka pintu. Bau kemenyan khas ruangan itu langsung menusuk hidung Wooyoung, tapi dia tetap mengikuti Byeol masuk ke dalam.

    Makhluk hidup itu berjalan lurus menuju kasur, melompat ke atasnya dan menginjak injak nya seakan memberitahu Wooyoung jika ada sesuatu di bawah sana. Wooyoung merasa tolol karena mengikuti apa yang kucing aneh itu seakan katakan padanya. Wooyoung mengangkat kasur dan menemukan sesuatu 'yang memang dia simpan' di bawahnya.

    Tangannya meraih benda itu lalu menatap Byeol penuh kengerian dan kekaguman. Diamatinya benda itu sebelum alisnya kembali menekuk. Hanya Wooyoung yang mengerti kenapa dia memasang ekspresi wajah itu, kenapa dia tiba tiba merasa bersalah luar biasa, semuanya hanya ingin kembali.. tak ada satupun yang mengharapkan hari itu datang.. begitupula Wooyoung. Katanya semua orang berhak mendapat kesempatan kedua, namun bagi Wooyoung, itu hanyalah kutukan abadi—hinaan paling besar darinya untuk awal dan akhirnya.

*

    Esoknya di sekolah, pemilihan ketua OSIS terlaksana dengan baik, tak tanggung tanggung, hasil vote yang seharusnya diumumkan esok hari bersamaan dengan pelantikan pengurus OSIS baru,  sama Yeonjun langsung diumumkan lewat speaker sekolah. Dan pelantikannya langsung dilakukan hari itu, dengan memotong jam pelajaran ke empat dan lima, apa nggak pusing itu anggota OSIS dan pembinanya?

     Hyewon yang udah naruh curiga, makin curiga lagi setelah melihat betapa terburu burunya Yeonjun. Walau perlu diacungi jempol karena Yeonjun mampu membuat acara ini sebagai acara dadakan yang sukses besar, Hyewon tetap aja ngerasa kalo Yohan adalah alasan dibalik ini semua.

    Jadi, ketika jam istirahat, Hyewon menghampiri Yohan and his kids di bangku kantin keramat yang emang kayak udah di booking ama Klub Hati Nurani. Kelima anak itu sedang makan sambil dengerin Wooyoung & Changbin dengan segala bacotan aneh mereka. Sampai di depan meja itu, kelimanya menatap wajah Hyewon dengan ekspresi yang bermacam macam.

    San-Wooyoung dengan muka canggung, Yohan dengan muka bodo amat, Changbin dengan muka bingung dan Yeonjun dengan muka ngeselin yang seakan bilang, 'ngapain disini? Kamu tuh, nggak diajak' gitu :v Hyewon tau itu dan dia nahan diri nggak mukul muka ketua OSIS yang barusan turun tahta beberapa saat lalu.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung RajahWhere stories live. Discover now