26. Petunjuk Lain

2.5K 871 138
                                    

.
.
.

     Beberapa saat setelah suara tembakan terdengar, barulah mereka menyadari jika seorang pemuda yang sebetulnya juga dicurigai mengambil inisiatif untuk menyelamatkan tetua dengan menarik tangan pria pembawa pistol itu ke atas, membuat peluru pistol menggores tangannya dan menembak langit langit. Para bawahan tetua dengan segera menancapkan tombak yang mereka bawa ke tubuh pria itu, tak main main, salah satu tombak bahkan menembus dada si pria hingga punggungnya.

    Yeonjun yang emang dasarnya udah ahli drama segera mengambil kesempatan itu untuk sok sok an kesakitan. Ya, emang sakit sebenarnya, tapi Yeonjun jatohnya lebay gitu, kayak nggak pernah kena luka gores di tangan. Orang orang segera menyoraki Yeonjun sebagai penyelamat tetua.

     Sementara keempat temannya cuma berdiri diantara para kerumunan yang bersorak sorai dengan tatapan (-_-). Bisa aja Yeonjun playing victim disaat kayak gitu, emang sih, Yohan bilangnya buat dapet kepercayaan dengan cara Yeonjun sendiri, tapi nggak ada tuh, yang bakal menduga dia malah nge drama kayak gini.

    Tetua segera berterimakasih dan memegangi tangan Yeonjun yang berdarah akibat luka gores itu. Dia menarik sebuah pisau dari saku lalu menyayat ibu jarinya sendiri hingga darah keluar dari bekas sayatan itu. Lalu darah itu dioleskan pada pipi Yeonjun sambil dia berkata, "pelindung tanah ini memberkatimu, Sang Agung Tuan Khabbab dan keluarganya berterimakasih padamu, anak muda!"

    Setelah Tetua berucap begitu, para warga yang menonton segera mengikuti kalimatnya berulang kali sambil berebutan untuk mengusap kepala Yeonjun.

    San yang mendengar itu menekuk alisnya, dia ketakutan.. mendengar nama Khabbab yang juga ada dalam namanya membuat San merasa jika ini salah. Muncul keinginan untuk memecah keramaian itu, mengaku bahwa dia Khabbab dan menghentikan semua praktek dan perilaku masyarakat yang seakan menuhankan keturunannya.

    Wooyoung yang peka kalo San lagi menahan emosi yang campur aduk dengan lembut menggenggam tangan kawannya itu, mencegah San yang mungkin akan melakukan hal nekat yang ujung ujungnya bakal dimarahin sama Yohan. Ibu jari Wooyoung mengusap tangan San, menenangkannya.

  "Sepertinya rencana cari kepercayaan tetua ini berjalan baik." Kata Yohan.

  "Walaupun aku agak jijik sama cara Yeonjun dapetin kepercayaan tetua, aku setuju kalo rencananya beneran berhasil." Balas Changbin.

  "Apa rencanamu habis ini, Han?" Tanya Wooyoung.

  "Numbalin pengunjung yang minim akhlaknya." Balas Yohan.

    Changbin berkedip beberapa kali sebelum berbisik pada Wooyoung dan San di sampingnya, "Yohan mau numbalin diri sendiri?"

  "Anggep aja iya." Balas Wooyoung.

  "Astagfirullahalazim."—San.

.

     Setelah acara ala sinetron di rumah tetua, kini Yeonjun lagi rebahan di rumah singgah sambil tiba tiba ketawa sendiri, persis kayak orang gangguan jiwa. Teman temannya yang lain pada bantu bantu buat upacara itu sementara dia lagi mengumpulkan niat buat bangun dari posisinya.

     Dalam keheningan itu, dari kamar sebelah dia mendengar sesuatu, seperti orang yang sedang bertengkar. Karena Yeonjun itu kayak tetangga yang bisa jadi CCTV paling canggih sepanjang masa, dia mendekat ke arah tembok kayak cicak dan menempelkan telinganya. Kan, siapa tau bisa jadi bahan ghibah dia nanti.
   
 
  "Tempat ini nggak bener, Mas.. aku mau pulang."

  "Katamu mau kaya cepet, ya, sabar aja, Dek.."

  "Nggak bisaa.. masa setiap hari suruh nyumbangin darah? Mau buat apa coba? Pasti nanti kita malah jadi tumbal, Mas. Ayo pulang aja, aku nggak apa apa hidup melarat, daripada kayak gini, aku takut."

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung RajahWhere stories live. Discover now