24. Sesuatu Yang Tersembunyi

2.3K 878 115
                                    

.
.
.

    Entah udah berapa kali Changbin menguap ketika mengikuti Yohan keliling desa itu. Padahal udah nggak ada orang yang lalu lalang, tapi Yohan juga tak berniat untuk kembali, masalahnya tuh, nggak ada yang tau ini Yohan mau meriksa apa, kiranya Changbin kan, mau meriksa tandon air gitu, jadi alasannya jelas, tapi Yohan malah keliling doang kayak orang gangguan jiwa.

  "Han, aku tinggal pulang, ya?" Kata Changbin, matanya udah berat benget kayak ada yang nahan biar merem terus.

  "Bentar lagi, Bin. Ingat katanya Yeonjun, biar nggak mati sendirian, kita harus berdua perginya." Kata Yohan.

  "Yang ngomong itu kamu, Han.. Yeonjun cuma copy paste omongan sesatmu." Balas Changbin.

    Yohan ketawa, "aku lagi keliling Tunggangalas kayak sekarang itu buat nyari jalan keluar kalo seumpama kita ketahuan terlalu cepat. Walaupun Yeonjun udah memastikan Bu Sowon nggak bakal buka suara ke sekutunya, aku khawatir kalo dia berkhianat. Kamis nanti Bu Sowon bakal tiba di Tunggangalas dan kita nggak bisa memastikan kalo dia beneran bakal megang omongannya."

  "Kukira kamu bakal meriksa tangki air, nyari tahu soal asal darah sebanyak itu dari kran tadi." Kata Changbin.

  "Nanti aja, sama pulang." Kata Yohan.

     Keduanya lalu diam, Changbin masih mengikuti langkah Yohan menuju sungai yang nggak jauh dari sumur yang jadi sumber air Tunggangalas. Tapi belum sampai disana, mereka mendengar suara dari semak semak, Changbin langsung berjalan cepat berlindung di belakang Yohan sementara Yohan juga menatap semak semak itu sambil menekuk alis, sebenarnya dia juga takut tapi di sok cool di depan anaknya ini.

    Nggak lama, muncullah dua orang yang masih muda dari sana, perempuan dan laki laki. Yohan dan Changbin menatap kedua manusia itu dari atas sampai bawah. Keduanya langsung tahu jika kedua manusia ini.. ekhm, baru melakukan sesuatu. Soalnya pakaian mereka terlalu berantakan dan mereka juga mendapati bekas kemerahan di leher si perempuan.

  "Oh, itu yang namanya cupang?" Tanya Changbin dan mulutnya ditapuk Yohan.

  "Um—ini, nggak.. kalian—"

  "Hati hati loh, mbak, mas.. nanti kalo ada orang desa tau, pasti dimarahin." Changbin menyela omongan si laki laki sambil ketawa, "lagian begitu di semak semak apa nggak gatel?"

  "Bin, mulutmu jelek banget omongannya.." Kata Yohan.

  "Lagian aneh aneh banget, zina di semak semak." Balas Changbin. Begini nih, kalo kelamaan berkawan ama Yeonjun, bahasanya jadi asal jeplak. Tapi ini masih mending Changbin kalo nyindir di depan orangnya langsung, coba itu kalo Yeonjun yang tau, bisa digiring keliling Tunggangalas sambil dia teriak teriak nyebar aib saat itu juga.

    Yohan berdecak, "udah, biarin aja, ayo pergi. Lagian nggak ada hubungannya sama kita juga."

    Yohan menarik tangan Changbin untuk pergi dari sana, tapi Changbin sempat menoleh ke arah wajah pucat pasi perempuan dan laki laki yang mereka pergoki habis begituan. Changbin tersenyum nakal seakan menakut nakuti kedua orang itu kalo dia bakalan comber—padahal mah, nggak.. kecuali dia keceplosan di depannya Yeonjun.

  "Lawak banget ya pasangan neraka itu tadi." Kata Changbin.

  "Udah, gausah julid." Balas Yohan.

  "Yang ngajarin aku julid kan, engkau bapak." Kata Changbin nggak terima.

  "Aku nggak ingat punya anak jadi jadian kayak kamu, deh." Yohan ketawa.

  "Iyain aja biar seneng. Nggak ada yang tau besok kepalamu kejatuhan meteor." Kata Changbin.
 
 
     Perjalanan keduanya kembali hening, ketika Changbin menyadari kalo Yohan berjalan kembali ke rumah singgah, betapa bersyukurnya dia, punggungnya udah kangen banget pingin rebahan soalnya—walau nanti harus berbagi kasur dengan empat orang temannya, dia nggak masalah, dia cuma pingin rebahan, doang.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.3 : Kidung RajahOnde histórias criam vida. Descubra agora