🥀25. Halusinasi 🥀

59 35 19
                                    

🎼TALLY - BLACKPINK
untuk part ini kita spill lagu aja biar kesannya gak sedih sedih amat walaupun lagunya agak melow dikit.

🎼TALLY - BLACKPINKuntuk part ini kita spill lagu aja biar kesannya gak sedih sedih amat walaupun lagunya agak melow dikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari,
Menuju naik level Arjunanya Buaya.

Juna duduk di bangku yang ada disamping ranjang Tzoya, menatap wanita itu yang terus terpejam tanpa ingin membuka mata.

Tidak mudah untuk dirinya bisa menjenguk Tzoya, apalagi ibu Tzoya yang masih belum terima atas kejadian yang menimpa anaknya. Tapi karena bujukan dari sang suami akhirnya Juna bisa sampai diruangan ini.

Sejak pagi tadi dokter sudah membolehkan keluarga atau kerabat menjenguk pasiennya.

Sedangkan Juna bertamu sore hari dengan banyak buah yang dibawanya.

Hanya keheningan diantara mereka, sedari tadi Juna diam saja tanpa ingin membuka suara.

Yah walaupun dia berbicara tapi tidak ada lawan bicaranya untuk apa.

Persetan dengan mengajak bicara Tzoya,
Ucapan Mamahnya kemarin malam terus terbesit didalam ingatan

"Mamah putuskan dihari ulang tahun kamu nanti, itu juga bakalan jadi hari pertunangan kamu dengan Tzoya"

Pikirannya terus mengarah kesana, entah apa yang akan ia lakukan sekarang.

Memilih untuk mengatakan cintanya pada Nana atau hidup bersama Tzoya, dan merelakan cintanya yang tak pernah bisa tersampaikan.

Jika itu yang terbaik maka itu yang harus ia lakukan, karena jika membantah ucapan sang Nyokap akan berakibat fatal.

Ia tidak ingin orang yang ia cintai harus mengalami hal yang sama seperti Tzoya akibat ulah orang tuanya.

"Cepat sembuh Tzoya, gue minta maaf untuk yang kemaren" lirih Juna yang akhirnya buka suara, setelah beberapa saat larut dalam keheningan.

Pria itu tertunduk lesu menatap kebawah sana sebelum melanjutkan ucapannya lagi.

Butuh waktu lama bagi dirinya memantapkan hati agar bisa mengatakan hal ini didepan Tzoya walaupun wanita yang terbaring didepannya itu tidak merespon.

Juna meraih sebelah tangan Tzoya sebelum kembali berucap.

"Demi lu dan keselamatan Nana, gue akan bilang ke Mamah. kalau gue mutusin buat tunangan sama lu, Tzoya"

"Cepatan lu bangun biar kita bisa ngerayain ulang tahun gue, dan tunangan seperti apa yang Mamah mau. gue bakal usahain buat lu bahagia sama gue" lanjut Juna dengan air mata yang mulai menumpuk dimatanya.

"Mencintai bukan berarti harus memiliki kan?" tanyanya dengan sedikit senyuman yang terlihat terpaksa mengembang disudut bibir.

Sesak itulah yang ia rasakan saat ini.

Karena merasa tak sanggup lagi untuk berucap, pria itu memilih pergi dan meninggalkan Tzoya seorang diri dikamarnya.

Juna keluar ruangan dengan air mata yang sudah mulai jatuh, pria itu sangat lemah jika disangkut pautkan tentang perasaan.

Dirinya tidak baik baik saja sekarang.

tanpa ia sadari ternyata ada Mama Tzoya yang mendengar percakapan mereka dibalik pintu, ketika mengetahui Juna akan keluar Dara memilih bersembunyi sampai pria itu menghilang dan tak terlihat lagi.

"Itu adalah pilihan yang tepat, sudah sepatutnya untuk kamu memilih Tzoya setelah apa yang terjadi pada anakku" gumam Dara dibalik persembunyiannya.

🥀

Halaman rumah sakit adalah tempat yang paling tepat untuknya, Juna memilih singgah disini menenangkan pikirannya atas apa yang baru saja ia katakan pada wanita didalam sana.

Sulit ia percaya pada dirinya bahwa ia akan memilih jalan ini.

Kemana dirinya yang selalu menolak perjodohan yang dilakukan Mamahnya.
Kenapa sekarang hanya dirinya yang lemah yang hadir dan memilih untuk bertunangan.

Juna benci dirinya sekarang.

Juna benci hidupnya yang selalu berakhir sesuai dengan mau orang tuanya.

"Juna, gue nyariin lu tau kemana aja hem?" tanya wanita yang sudah duduk di sampingnya.

Sejak kapan dia ada disini?

"Apa? lu mau ngomong apa, kenapa ninggalin gue kemaren?" Sungutnya pada pria yang ada didepannya menatap kebingungan.

"Kok lu diam, mana jiwa bacot lu?"

"Na--"

"Apa heh, ngomong yang jelas anjir"

"Lu, sejak kapan lu disini?"

"Baru kok"

"Lu ngapain disini?"

"Banyak tanya lu kayak Dora"

"Gue serius---"

"Mas" tegur perawat yang lewat didepan bangku yang diduduki Juna dengan menggerakkan tangannya didepan wajah sang pria

Juna yang tersadar akan panggilan itu langsung menyahut ucapan perawat wanita tadi.

"ya kenapa?"

"Mas waras?"

"Yah"

"Ah, kirain Mas nya sedeng, kalau iya tadi mas nya salah rumah sakit. yaudah Mas saya permisi dulu jangan ngomong sendiri lagi yah"

Juna hanya mengangguk sebagai jawaban lalu tersenyum kearah perawat itu.

Ternyata hanya halusinasi nya saja.

"Kasian mana masih muda lagi" gumam sang pewarat setelah agak jauh dari tempat duduk Juna.

Bisa bisanya ia membayangkan Nana yang datang menghampirinya kesini.

Ngomongin soal Nana membuatnya jadi ingin bertemu dengan wanita itu.

Sudah dua hari ia tidak menemuinya dan berbagi kabar.

Apa yang sedang Nana lakukan sekarang.

Apa iya memikirkan pria ini yang juga memikirkannya?.

Bersambung

Seandainya kalian itu Juna kalian milih mana.

Bertahan untuk cinta kalian dengan orang lama, dan mengungkapkannya atau ;

memilih pergi dan memulai kisah cinta baru dengan orang yang baru hadir?.

Kalau gue pribadi sih ngikutin alur aja
#tipikalanakygmalesmikir

Jangan lupa berkomentar sayangku

Btw gue ada tebakan nih, kali aja kan tebakan ini gak pasaran.

^Apa persamaan kalian dengan bedak bayi?.^

Jawab yah, pemenang pertama akan mendapatkan cinta babang Willo.

Temporary [Jun-Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang