Prologue 🥨

682 30 3
                                    

Lapangan yang sedari awalnya sunyi dan menegangkan kini berganti menjadi riuh saat mendengar wanita ditengah lapangan sana berujar, "Yes, I want to be your girlfriend

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lapangan yang sedari awalnya sunyi dan menegangkan kini berganti menjadi riuh saat mendengar wanita ditengah lapangan sana berujar, "Yes, I want to be your girlfriend." Kepada sosok pria jangkung yang dapat kulihat dengan jelas binar bahagia diwajahnya saat mendengar jawaban dari wanita yang sangat aku tahu siapa dia walaupun, aku hanya dapat melihat punggung kecilnya.

Aku tercekat, jantungku berpacu dua kali lebih cepat dari detak normalnya. Mataku pun mulai memanas sungguh, aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Detik berikutnya, air mataku luruh saat aku melihat pria itu memeluknya dengan erat. Sorot bahagianya, aku dapat melihatnya dengan jelas saat aku dengan tidak sengaja bertemu tatap dengannya ketika ia merengkuh erat punggung wanitanya itu.

Aku tersenyum kepadanya menyembunyikan semua rasa sakitku ini. "Selamat, ya." Ujarku tanpa suara kepadanya.
Aku tidak tahu, apakah ia melihatku atau tidak saat aku mengucapkan kalimat tadi kepadanya, karena dia yang langsung memalingkan wajahnya begitu saja.

Aku tahu, dia tetaplah dia. Pria yang selamanya akan selalu membenciku. Aku di matanya hanya sesosok wanita bodoh yang mengganggu ketenangan hidupnya. 

Aku tersenyum kecut melihat bagaimana teman-temanya ikut bahagia atas kebahagiaan ketua Geng-nya itu. Tapi, tidak bisa kah aku saja yang berada diposisi wanita itu saat ini? Aku pun ingin merasakannya, sungguh.

Aku tersadar dari lamunanku saat mendengar suara jeritan siswa dan siswi yang menyeruak masuk ke indra pendengaranku.

Aku melihatnya.

Dia mengecup singkat bibir wanita itu ditengah lapangan sana, didepan ribuan siswa yang menjadi saksi cinta mereka.

Aku sontak berbalik. Air mataku luruh begitu saja tanpa bisa kubendung lagi. Aku berlari dengan perasaan yang berkecamuk. Aku hanya merasa– aku tidak baik-baik saja.

Sorak-kan, siulan, bahkan jeritan saling bersahutan heboh.  Seluruh sekolah ikut bahagia atas itu, tanpa memikirkan ada seseorang yang terluka diatas kebahagiaan mereka. Sudah berpuluh kali aku selalu berusaha untuk berhenti mencintai nya tapi, rasa ini terlalu besar untuknya hingga satupun dari usahaku untuk berhenti mencintainya selalu gagal. Aku sadar jika dia hanyalah luka untukku dan aku hanyalah luka untuknya. Aku pun sadar jika aku tidak akan pernah pantas untuk menjadi bagian dari secercah kebahagiaan dihidupnya.

Terkadang opsi terbaik itu adalah melepaskan dan membiarkannya bahagia dengan pilihannya tapi, aku tidak pernah bisa untuk melepaskannya.

"NADA. " Aku tersadar dari lamunanku dan mendapati teman-temanku sudah berdiri diambang pintu. Mereka berjalan kearahku dengan tatapan yang sangat aku tahu arti dari tatapan mereka itu, tatapan kasihan.

"Are you okay?" Aku turun dari meja yang aku jadikan tempat untuk merebahkan diri ini disini, di Rooftop.
Aku berbaring di atas meja yang posisinya itu, jika, aku menoleh ke kanan, maka aku akan langsung dapat melihat pintu Rooftop. Itu sebabnya aku dapat melihat langsung kedua sahabatku yang tengah menatapku di ambang pintu.

Aku berdiri sembari merapihkan sedikit bajuku lalu melangkah pelan kearah mereka. Baru beberapa langka aku menggerakan kakiku, mereka langsung berlari dan menubrukan tubuh mereka ke arahku. Dhita dan Chesa merengkuh tubuhku, aku sangat tersentuh dengan perlakuan mereka, Sungguh.

"Gue gapap kok, sans aja. "

"Gausah sok kuat anjing! Kalo mau nangis mah nangis aja." Aku tidak tahu kenapa, tapi, air mataku langsung tumpah saat itu juga, mendengar Chesa yang kelewat introvert berujar seperti itu, membuatku semakin ingin menangis. Chesa mengusap punggungku dan menenangkanku tapi, aku justru malah semakin terisak.

"Udah gue bilang, kan, lupain si Nathan Goblok itu. Laki-laki di dunia ini banyak, Nad. Lo ga boleh stuck di dia terus."

"Tapi, gue ga bisa. Gue cinta sama dia, gue sayang dia Dhit."

"Lo liat dia, dia ada gak cinta sama lo, dia ada gak sayang sama lo? Gaada kan! Bahkan kasihan aja enggak sama lo! Jangan karena cinta lo jadi goblok gini dong Nad. Meskipun, lo memang goblok sih." Aku terkekeh mendengarnya.

"Eminem kalah sama lo Dhit." Ucapku sambil tertawa.

"Eh si kampret, malah ketawa lagi, bukannya di dengerin orang tua lagi kasih petuah, tuh."

"Yaudah, maafin gue, ya, orang tua." Dhita langsung menoyor kepalaku ke belakang. Sedangkan teman ku yang lain hanya tertawa melihat tingkah kami.

"Kalian tenang aja. Tanpa kalian suruh pun gue bakalan lupain dia kok." Ucapku meyakinkan semua sahabatku.

"Itu baru sa—"

"Tapi nanti." 

"NADA!"Aku langsung menutup kedua telingaku menggunakan kedua telunjukku. Teriakan mereka benar-benar memekakkan telinga. Setelahnya aku terbahak melihat tatapan geram mereka padaku.

—•~•—

To Be Continue.

To Be Continue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

Re-Upload : 24-12-2023

Notes*
Ada perubahan roleplay, ya.
Aku mutusin untuk pakai Jungkook untuk pemeran cowoknya. Pemeran lainnya menyusul seiring berjalannya refisian cerita.

Thank you guys, hope you like it and enjoy the story. 🥰

Love you🫶

737 KATA

TERIMAKASIH SEKEBON 😚

Salam ibu kos :*

NATAHNIELWhere stories live. Discover now