25. NATAHNIEL [Jadian?]

96 13 31
                                    

Nathan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara tangisan yang diiringi dengan ringisan. Disana, tepatnya tidak jauh dari pintu Roftoop Nada tengah menundukkan wajahnya dengan tangan yang dibiarkan menyentuh punggung cewek itu. Nathan terdiam dibalik tembok, ia mengurungkan niat untuk mendatangi Nada, memarahi cewek itu, dan menyuruhnya untuk masuk kekelas sekarang juga.

Rasa penasaran tiba-tiba menyelimuti Nathan ketika mendengar tangisan Nada yang kini sudah tidak terdengar lagi. Nathan mengintip pada celah pintu yang sedikit terbuka, disana Nathan dapat melihat Nada yang tengah menyayat lengannya dengan cutter. Nathan membulatkan matanya, menatap darah yang mulai mengalir dari lengan Nada. Lalu, setelahnya Nathan kembali mengernyit bingung ketika melihat wajah Nada yang kini mulai kembali normal. Tidak ada tangisan juga tidak ada ringisan pilu.

"Lo emang temen gue yang paling bisa ngertiin gue." Nathan lagi-lagi mengernyit bingung.

"Makasih udah nyembuhin luka gue." Lalu setelahnya Nathan kembali melihat Nada menyayat lengannya sendiri, kali ini Nathan dapat melihat cewek itu menyayatnya lebih dalam. Nathan sudah tidak kuat menyaksikan hal gila yang dilakukan Nada, akhirnya ia pun mulai berjalan masuk membuat Nada menghentikan sayatannya lalu menjatuhkan cutter-nya.

"Nathan. Lo nga-ngapain disini?" Nada berdiri, lalu menyembunyikan tangannya yang sudah dipenuhi oleh darah kental kebelakang tubuhnya, juga tidak lupa Nada menginjak cutter yang tadi ia gunakan untuk menyayat lengannya.

Nathan hanya diam tidak menjawab pertanyaan Nada. Ia kemudia berjalan pelan kearah Nada dengan menatap lekat mata cewek itu.

"Lo yang ngapain disini! Ini tempat gue." Nada memundurkan tubuhnya ketika Nathan berjalan semakin mendekat kearahnya. Bersamaan dengan itu pula darah yang ada dilengan nya pun menetes seiring dengan langkah mundurnya.

"Sorry."

"H-huh?" Nada kini menatap mata Nathan yang tidak menatapnya tajam seperti biasanya. Tatapan cowok itu kini menatapnya teduh. Nathan selalu membuat Nada luluh dengan hal-hal tidak terduga dari cowok itu.

"Maaf untuk semuanya." Ujar Nathan yang kini mengalihkan tatapannya pada langit cerah, juga awan yang bagus.

"I-iya. Gue udah maafin lo kok" Ujar Nada yang masih menatap Nathan dari samping. Diperlakukan seperti ini membuat Nada kembali melupakan apa saja yang telah cowok didepannya itu lakukan kepadanya.

"Nad." Nathan menoleh, lalu menatp Nada yang masih berdiri disana dengan kedua tangan yang dibiarkan dibelakang.

"Jadi pacar gue, ya."

—•^•—

Nada berjalan riang masuk kedalam kelas setelah melewatkan 1 jam pelajaran Bu Septi. Ia menatap sahabatnya yang terlihat sangat menghawatirkan dirinya.

"Maafin gue karena udah bentak lo tadi." Nada menaruh tasnya, lalu menatap Dhita dengan penuh rasa bersalah. Ia menyesal telah membentak sahabatnya, bagaimana pun Dhita tidak mengetahui apakah punggung Nada sakit atau tidak.

"Gue yang harusnya minta maaf. Lo gak kenapa-napa, kan? Punggung lo sakit? Lo habis di-" Nada dengan cepat menutup mulut Dhita yang hampir saja keceplosan.

"Gue gak kenapa-napa Dhit." Lalu setelahnya Dhita merengkuh tubuh Nada.

"Gue kira lo dipukulin lagi sama Papah lo, Nad." Nada mengelus punggung Dhita, dan bersamaan dengan itu Nada melihat Nathan yang kini memasuki ruangan kelas dengan tangan yang cowok itu biarkan didalan saku celana abunya. Nada tersenyum kearah Nathan, hingga setelahnya yang Nada dapatkan adalah lirikan saja. Tapi, Nada kemudian tersenyum sumringah. Itu adalah suatu kemajuan untuk Nada karena Nathan mau meliriknya. Nada senang, kelewat senang hingga seharian ini senyumnya tidak luntur sedikitpun dari bibirnya.

NATAHNIELDove le storie prendono vita. Scoprilo ora