8. Suara Hati Aldo

28 27 7
                                    

"Do, Kok lu Belum rapih? Ini udah mau jam 7 do."

Tanya paula kebingungan. Gadis itu memarahi Aldo, Sahabatnya belum juga memakai seragam sekolah. Aldo itu laki-laki yang disiplin, tidak seperti biasanya ia lelet pergi kesekolah. Laki-laki itu tampak terduduk di tepi Ranjang miliknya, Telah bangun sedaripukul enam. namun tak juga enggan pergi Mandi. Paula sampai menghampiri kerumah nya, Rumah besar yang hanya bersebelahan dengan rumah nya. Jika di setiap harinya Aldo datang menjemputnya, Laki-laki itu tampak berbeda hari ini.

Paula menyerobot masuk ke dalam Kamar Aldo, Pintunya terbuka. Menampilkan dirinya yang belum juga memakai seragam sekolah.

"Paula, Gue mau pergi."Ujar Aldo tiba-tiba. Paula Sampai menaikkan satu Alisnya.

"Kemana? Lo Absen hari ini? Kok gak bilang dari semalem? kalo gitu gue ikut gak masuk."

Aldo menggeleng, Dia memberitakukan kabar itu kepada Paula. Paula sampai terdiam beberapa saat, "Lo harus masuk lah, Gue udah gak bisa sekolah bareng lagi la, hari ini gue ngurus kepindahan."

"Do Apasih gak lucu?"

Paula marah. Ia tidak percaya atas ucapan Aldo barusan. Gadis itu berdiri dan mengambil handuk milik Aldo yang tersimpan dilemari bocah itu. Di pukul yang sudah sesiang ini untuk pergi ke sekolah Aldo masih sempat-sempatnya bercanda, Paula tak Meladeni ucapan itu, Jokes yang terdegar garing di telinganya.

Paula melempar handuk kearahnya,  "Cepet mandi kita bisa telat do!"

Aldo masih diam. Ia malah menatap paula begitu Dalam, Percayalah secepat itu tatapan seriusnya Membuat Paula tersadar akan raut wajah laki-laki itu, Sedih Aldo terlihat Aldo tak main-main dalam berucap. Paula meneguk ludah kasar, Mendadak perasaannya tidak enak.  "Do, Mandi, elo. Pindah? maksudnya?"Paula terbata. Masalah Apalagi ini?

Aldo menatap paula dengan serius "Kemarin, Mamah sama papah udah sepakat ngurus buat pendidikan gue di swis."

"Jadi?"Paula sudah berkaca-kaca.

Gadis itu menggeleng dan menyembunyikan wajahnya. "Lo beneran pergi? ninggalin gue gitu? Gue disini sama siapa do?"Lirih paula, gadis itu sudah menggigit bibirnya menahan tangis.

"Maafin gue, Gue gak bisa lanjut sampai kelas 12 di SMA, Kita juga gak bisa Wisuda bareng. Orangtua gue pengen gue ngejar cita-cita gue di swis, Kata mamah pendidikan disana jauh lebih terjamin."jelas Aldo.

"Lo bisa kok la kesana. Kita ketemu lagi nanti di hari kelulusan. Satu tahun lagi gue jemput?"

Mendengar hal itu, Paula mendadak terlihat seperti patung. Ia mematung mencerna semua yang akan terjadi di depannya matanya.
Dikamar Aldo memang sudah tertera banyak koper. Bahkan saat paula membuka lemarinya tadi, Hanya ada beberapa pakaian lama yang tersisa. Apakah harus ia kehilangan sosok sahabat lagi? Sudah beberapa kali ia harus ditinggal pergi?

Untuk yang pertama kalinya, Paula terlihat seperti gadis dewasa "Yaudah kalau itu yang terbaik buat masa depan lo do."

"Lo gak nangis?"Tantang Aldo seraya menusuk-nusukan jemarinya di pipi Paula.

"Enggak!"

"Lo ikhlas gue pergi?"Aldo benar-benar terlihat memastikan, Paula hanya mengangguk.

Paula tak berbicara sepatah kata pun. Membuat mereka saling diam, Aldo tak henti-hentinya memperhatikan ekspresi Paula "Gue tebak dua menit lagi, Mewek. Berani taruhan ni gue,"Ledek Aldo, Entah lah ia tahu gadis itu akan sangat sedih sama halnya seperti apa yang ia rasakan saat ini.

"Dibilang gue gak nangis."Paula terlihat begitu lucu.

"Kalo mau nangis, nangis aja la. Mumpung orangnya masih disini."

PATHARA [ANTARA CINTA KASTA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang