prolog

405K 13.8K 144
                                    

"Amaraa!" Suara Yolan begitu menggelegar mampu terdengar keseluruh penjuru ruangan. Yang dipanggil pun keluar dari kamarnya dengan muka bantal, baru bangun tidur.

"Apasih Yol?!" Balas Amara tak kalah kencang.

"Bantuin gue pliss!! Ujan nih!!"

Amara segera menyusul temannya itu ke belakang rumah kontarakan mereka. Disana terlihat Yolan yang kesusahan sendiri.

"Bantuin gue Mar! BH sama kancut gue udah pada kering itu!"

Bunyi decakan keluar dari bibir Amara tapi cewek itu tetap membantu Yolan.

Setelah dikumpulkan semua jemuran Yolan sampai seember sendiri. Yolan ngos-ngosan begitu berhasil menyelamatkan baju-bajunya.

"Ck. Makanya besok kalo nyuci dicicil napa Yol. Repot sendiri kan lo." Ucap Amara mencibir.

"Kan kemarin-kemarin gue mager. Laundry bu Een juga tumben amat tutup. Besok kita mau pergi masa gue ninggalin cucian sekarung gini. Besok lo jadi pulang kampung Mar! Seneng dong! Jangan ngomel-ngomel." Balas Yolan malah menggoda Amara.

Amara yang awalnya kesal akhirnya pun ikut senyum geli.

Yap, besok kedua gadis itu akan pergi ke Surabaya. Daerah asalnya Amara.

Yolan punya kampung halaman sendiri tapi katanya malas pulang. Pemandangannya itu-itu doang. Katanya Yolan butuh suasana baru. Bulan depan dia mulai bikin skripsi. Itung-itung cari ide buat judullah.

Amara yang tidak keberatan sama sekali malah senang kalo Yolan ikut pulang bersamanya. Jadi ada yang menemani. Rencananya mereka di Surabaya selama 15 hari. Mantep gak tuh. Cari ide buat judul skripsi atau balas dendam udah lama gak liburan?

Sedikit cerita latar belakang Yolan dan Amara kenapa bisa dua bocah itu menjadi teman sehidup-semati sampai sekarang. Meski beda jurusan kuliah.

Yolan dan Amara awalnya bertemu saat masa OSPEK. Mereka sama-sama kena hukuman dari kating di hari pertama masuk kampus. Alasannya yang satu tidak membawa caping sedangkan yang satunya lagi tidak membawa kalungan name tag. Mampus.

"Gak kerasa ya Mar, perasaan baru kemarin kita jadi Maba, eh, bulan depan udah konsultasi judul skripsian aja." Celetuk Yolan sambil terus melipati bajunya yang tadi. Sementara Amara duduk di samping Yolan asik menonton tv dengan mencemili kripik singkong dipangkuannya.

"He'em. Udah mau lulus tapi lo masih aja jomblo."

"Apa lo bilang?!" Yolanda langsung ngegas. "Ngaca ya! Lo juga jomblo kali!"

"Yeeu. Gue jomblo karna pada mental tahu doang tuh cowok. Gue kenalin ke bokap gue malah pada ngacir. Padahal engga diapa-apain astaga...."

Yolan terkekeh sambil manggut-manggut setuju. Pernah beberapa kali Yolan dikenalin ke bapaknya Amara waktu video call. Bapaknya Amara seorang tentara. Awalnya Yolan juga sempat tegang tapi lama-lama bapaknya Amara seru, pintar mencairkan suasana dan tentunya asik diajak cerita. Walau pembawaanya tetep wibawa.

"Eh Yol, ntar abis ujannya reda temenin gue beli oleh-oleh buat orang rumah ya."

"Elo dari kemarin gue ajak bilangnya ntar-ntar mulu. Sekarang udah mepet baru minta anterin." Timpal Yolan mengomel.

"Biar engga kelamaan kita nyimpennya, dodol. Orang baru besok kita pergi. Lagian lo juga aneh. Giliran nyuci baju sendiri mager tapi cari oleh-oleh buat bonyok gue semangat 45." Cibir Amara.

"Bedalah. Enakan jalan-jalah." Kekeh Yolan.

Beberapa saat kemudian. Semua pekerjaan Yolan pun selesai. Rintik hujan diluar sudah reda dan pukul menunjukan angka 7 malam.

Yolan dan Amara siap-siap sesuai rencananya, mau jalan-jalan keliling Malioboro untuk cari oleh-oleh.

Tiba keesokan harinya. Sial! Keduanya bangun ke siangan. Yolan yang pertama bangun. Yolan ingat kalo penerbangan mereka jam 10 pagi sedangkan sekarang sudah jam 9.

"AMARA KEBO BANGUNN!"

"KITA KESIANGANN WOII!!!"

Yolan membuka pintu kamar Amara secara kasar. Sang empu sontak terjolak dari tidurnya dengan mata yang memerah.

"Sialan. Jam berapa sekarang?" Gumamnya sendiri. "Jam sembilan?!"

"Kita gak usah mandi aja Yol!"

"Setuju!!!" Seru Yolan dari kamarnya. 

Yolan sangat takut ketinggalan pesawat. Sayang, shay. Udah bayar tiketnya. Mana rencana healing berkedok cari bahan untuk skripsinya bisa batal lagi. Tidak! Jangan sampai.

Yolan tidak rela itu terjadi. Dari semester 1 sampai semester 6 dia sudah cukup mengabdikan seluruh jiwa dan raganya untuk kuliah. Kapan untuk rehatnya?!

Alhasil Yolan dengan seribu langkah  bergegas merubah penampilan seadaanya lalu menyiapkan kopernya dan koper Amara ke depan rumah.

Begitupun dengan Amara. Dia asal ambil aja baju yang ada di lemarinya lalu dipakai. Selama itu juga dia memesan taksi online.

Pokoknya Amara dan Yolan saling kerja sama!

Brak!

Pintu mobil taksi akhirnya tertutup. Yolan dan Amara sudah di dalamnya dan mobil pun mulai jalan membawa mereka yang banjir keringat.

"Pintu udah dikunci kan tadi?" Tanya Amara mulai mengabsen.

"Udahlah." Jawab Yolan masih mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

"Jendela udah ditutupin semua?"

"Udahh."

"Kompos gas udah dilepas?"

"Udah."

"Dispenser udah dicabut?"

"Sampun ndoro."

"Kurang apalagi ya? Gue kok ngerasa ada yang kurang." Gumam Amara.

"Kurang mandi, iya." Ceplos Yolan tanpa pikir panjang. Keduanya pun kicep.

Tersisa 30 menit lagi saat mobil taksi mereka tiba di bandara.

Setelah turun dari taksi, dua cewek itu berlarian sambil menyeret-nyeret koper. Beruntung, Yolan dan Amara masih bisa masuk pesawat tanpa ketinggalan.

Keduanya sama-sama menghela nafas lega. Pesawat mereka pun lepas landas.

Surabaya im coming!!

***

Halooo selamat malam semua:v

Kaget ga aku publish cerita baru?

Sumpah. Ini gak ada rencana. Tiba2 pengen aja bikin cerita roman lagi ehehe.

Kali ini cowoknya abdi negara guys😶

Rada deg2 an sih pas mau awal nulis. Tapi pede aja dulu lah! 😄😄

Semoga kalian suka yaa

Ohya ada warning ⚠️ cerita ini aku kategori in young adult ya.... jdi yg bisa baca 16+

Buat adek2 yg belum cukup umur, silakan balik kanan bubar jalan😅  aku udh peringatan lho, aku ga mau ya otak kalian tercemar hahaha.

Oke sekian dari aku.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!! See ya❣️

Rammdinn🤘
Jogja, 28 juni 2022

Hi, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang