037: berduka cita

86.4K 8.1K 222
                                    

Happy reading chinggu ya❣️

***

Yolan memutuskan untuk menuruti apa kata mamahnya beberapa saat yang lalu.

Hari pun sudah semakin gelap. Yolan harus isi perut jika tidak ingin ikutan sakit dan tidak bisa menjaga papahnya.

Tidak jauh dari rumah sakit tempat papahnya dirawat, Yolan mengajak Wira makan disebuah restoran shabu-shabu. Mereka berdua pun makan bersama dengan lahap. Itu antara makanannya enak sama kelaparan dari siang belum makan.

Selesai makan di restoran tersebut keduanya lanjut kembali ke rumah sakit tanpa mau berlama-lama. Barusan Yolan dapat kabar kalau papahnya sudah sadar dan ingin bertemu dengan anaknya. Makanya Yolan buru-buru minta pada Wira untuk langsung kembali saja.

Sesampainya di RS Yolan disambut om Tian. Adik papah satu-satunya sekaligus sekretaris papahnya di kantor.

"Om." Yolan salim pada pamannya.

"Kamu ditungguin papahmu tuh di dalem. Masuk gih." titah om Tian yang segera Yolan angguki.

"Aku masuk dulu ya Om."

"Iya-iya. Eh ini pacarmu gak diajak masuk?"

Sejenak Yolan melongo. "Dia bukan pacar aku atuh Om."

"Masa sih? kirain pacarmu. Yauda tetep diajak masuk aja sekalian kenalan sama papahmu."

Wira hendak menolak jika memang Yolan tak ingin mengajaknya masuk bersama. Namun sedetik kemudian dugaan Wira salah. Yolan lantas menarik tangan Wira agar ikut bersamanya.

"Iya ini aku ajak masuk Om." gumam Yolan membuat om Tian terkekeh.

Yolan dan Wira siap-siap masuk ke ruangan di mana papahnya Yolan dirawat. Begitu Yolan masuk dan bersitatap dengan papahnya, air mata Yolan tidak bisa lagi dibendung. Yolan kembali menangis untuk yang kesekian kalinya pada hari ini.

"Papahhh." Yolan segera mendekat dan pelan-pelan memeluk papahnya.

"Anak papah apa kabarnya? Udah lama ya papah gak ketemu kamu."

"Hiks. Papah kenapa bisa sakit gini? gimana sih katanya mau dateng ke wisudan aku."

Papah Yolan tertawa pelan dengar gerutuan anaknnya. "Maafin papah ya. Papah gak bisa jaga diri papah sendiri."

"Iya memang papah salah! Kerjaan terus sih yang diurusin."

Lagi-lagi papah Yolan terkekeh pelan.

"Eh itu siapa? papah kedatangan tamu nih ceritanya?" tanya papah Yolan saat tak sengaja melihat sosok Wira berdiri menjulang di samping istrinya.

Yolan pun terpaksa melepaskan pelukannya. "Emang Mamah gak kasih tau papah?"

Mamah Yolan yang dilirik Yolan hanya mengedikkan bahunya santai lalu memilih beranjak duduk bersama tas mahalnya. "Mamah diem aja lho dari tadi." kata Mamah Yolan melindungi dirinya sendiri.

Yolan mengerucutkan bibir. Rasanya males kalo harus ngenalin Wira terus kesemua orang pada saat ini. Coba udah berapa kali Yolan perkenalin Wira ke anggota keluarganya?

"Permisi Om. Saya Wira, kakak dari teman kampus Yolan." Wira pun yang peka langsung memperkanalkan dirinya secara mandiri.

"Owh Wira. Terimakasih ya sudah temani anak saya kemari."

"Iya Om sama-sama."

Hangatnya perbincangan keluarga itu pun tidak bisa bertahan lama. Karena setelahnya dokter pribadi papah Yolan datang dan meminta waktu agar papah Yolan bisa istirahat lagi.

"Papah yang kuat ya, cepet sembuh biar bisa datang ke wisudaan aku." pinta Yolan sungguh-sungguh sambil terus mengecupi punggung tangan papahnya yang bebas dari jarum infus.

"Iya kamu juga doain papah cepat sehat dong."

"Selalu Pah. Aku kan anak baik, suka beribadah dan rajin menabung." canda Yolan membuat semuanya jadi terkekeh geli.

"Papah mau peluk dong."

Yolan yang mendengar permintaan itu langsung memeluk papahnya tanpa diminta dua kali.

Air mata Yolan kembali menetes entah karena apa. Padahal dia sudah bertemu dan berbincang-bincang sebentar dengan papahnya.

"Papah tidur yang nyenyak, gak usah mikirin kerjaan dulu. Biar om Tian aja yang sibuk pikirin perusahaan." kekeh Yolan.

"Iya sayang...."

Dengan berat hati Yolan menjauhi papahnya. Yolan terus melambaikan tangan ke arah papahnya sambil terus mundur.

"Om, saya pamit dulu." Giliran Wira yang ijin pulang. Dia menyalimi tangan papah Yolan. Namun saat ingin dilepas, tangannya Wira justru ditahan.

"Senang bisa jumpa dengan kamu, Wira. Saya sebenarnya sudah dengar banyak tentang kamu dari istri saya." kekeh papah Yolan. Suaranya sengaja bisik-bisik agar Yolan tidak dengar.

"Di lain waktu kita harus ngobrol lebih banyak lagi ya."

"Siap Om. Saya akan tunggu waktu itu. Semoga Om lekas sembuh." balas Wira seraya tersenyum simpul.

Setelah itu Yolan, Wira dan Mamah Yolan benar-benar harus harus keluar ruangan. Yolan sempat dadah-dadah lagi di balik pintu kaca sebelum akhirnya di antar oleh Om Tian ke hotel.

***

Jam telah menunjukan pukul 1 dini hari. Wira yang tadinya sudah tidur dari jam 11 kini terbangun karena merasa haus.

Saat duduk di atas kasurnya dan meminum air yang ada di samping kasur tiba-tiba pintu kamar hotel nya seperti diketuk dari luar.

Mau tidak mau Wira beranjak dari kasur itu untuk memastikan ke depan. Pada saat dilihat siapa pelakunya ternyata Om Tian.

Wira segera membuka pintu itu.

"Wira maaf saya ganggu waktu tidur kamu." Kata Om Tian dengan muka yang menurut Wira kacau.

"Gak apa om kebetulan saya lagi bangun buat minum."

Terdengar halaan nafas berat dari Om Tian.

"Ada apa Om?" Tanya Wira setelahnya.

"Barusan saya dapat kabar dari rumah sakit." Om Tian tidak langsung melanjutkan ucapannya. Dia justru menelan ludahnya seperti susah payah dan kedua matanya berubah berkaca-kaca.

"Papah nya Yolan dinyatakan meninggal dunia pukul setengah satu tadi Wir."

Deg.

Jantung Wira rasanya seperti kehilangan detaknya sekilas. Arah mata Wira kini langsung tertuju pada pintu di sebrang kamar hotelnya. Yang tidak lain tidak bukan adalah kamar inap Yolan.

***
Sangat singkat yak ehehehe

Terimakasih ya atas dukungan kalian selama ini. Yg selalu setia nungguin aku up sampe berminggu2. Ily so much!! <33

Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Babyee🥰








Hi, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang