9 - Drop Out

738 37 12
                                    




Hallo Apa kabar?

Maaf banget slow update huhu...

Selamat Membaca Kembali ya, Kisah ARKASADIRA!!

________________________________________________________

Ketika sebuah kebenaran dianggap sebagai ketidak jujuran, disitulah adanya kecurangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika sebuah kebenaran dianggap sebagai ketidak jujuran, disitulah adanya kecurangan

***

Lini menatap Shadira masih penuh dengan amarah. Uangnya memang masih utuh, tidak ada yang berkurang, tetapi ketika mengingat bagaimana uang itu berada di dalam tas milik Shadira Lini benar-benar masih tidak terima. Tidakah Shadira tau bahwa untuk mendapatkan uang sebesar itu orang tuanya sangat berkerja keras dari pagi hingga larut malam.

Shadira yang merasa mendapatkan tatapan amarah dari orang disebalahnya berusaha untuk balik menatap. Tatapannya sendu, dari tatapan matanya seakan menjalaskan bahwa dia bukan pelakunya, dia benar-benar tidak melakukan semua itu, tapi mau bagaimana, pun, ia berusaha membela dirinya, semua orang yang berada diruangan ini tetap tidak percaya, tidak ada saksi apapun yang dapat membelanya.

"Shadira, ibu bertanya sekali lagi, dan ibu berharap kamu jujur. Apakah benar kamu yang mengambil uang Lini?" Tanya Bu Rita memecah keheningan.

Shadira menggelengkan kepalanya lemah. Sungguh dia bukan pelakunya, dia sudah berusaha berkata jujur sedari tadi. Apakah ia harus mengatakan bahwa dirinya,lah, yang mengambil? Apakah ia harus menjawab seperti itu? Apakah mereka yang berada disini ingin melihat Shadira menjawab hal yang tidak dia lakukan sama sekali?

"Baik, Shadira, jika kamu tetap berbohong seperti ini, saya akan langsung memanggil orang tua kamu sekarang tanpa melalui surat panggilan terlebih dahulu!" Tegas Bu Rita, kemudian beliau berjalan mendekati telepon kabel yang berada di meja ujung sana.

"Berapa Nomer telepon orang tua kamu, Shadira?" tanya Bu Rita.

Shadira tidak menjawab, dia hanya terdiam, memikirkan apakah ia harus menyebutkan nomer ponsel Bundanya? Tapi ia takut, bagaimana jika nanti disana Bundanya, panik. Bagaimana jika nanti penyakit Bundanya yang kian membaik akan memburuk lagi? air mata Shadira berhasil lolos begitu saja, dia telalu takut akan kemungkinan – kemungkinan yang terjadi nantinya.

"Shadira, berapa nomer orang tua kamu?" Bu Rita kembali bertanya. Kali ini nada bicaranya sedikit meninggi.

Shadira mulai menyebutkan nomer itu satu persatu, air matanya terus mengalir. Dia hanya berharap semoga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan kepada Sang Bunda.

                                       *********

Di sebuah rumah yang tampak tenang, terlihat seorang wanita tengah duduk disebuah sofa yang berada di ruang tamu. Wanita yang kini memasuki usia 42 tahun itu tengah asik menonton serial TV yang sedang berlangsung. Namun, tiba-tiba saja suara ponselnya berdering, memecah fokusnya pada acara yang sedang wanita itu tonton. Matanya beralih menatap ponsel yang berada di meja depannya, terlihat sebuah panggilan masuk dari nomer yang tidak dikenal. Wanita itu mengambil ponselnya, dan mulai menggeser tombol hijau yang tertera pada layar ponsel miliknya.

ARKASADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang