Part 4

7 1 0
                                    


Aku tidak tahu apakah kami akan terlambat pesta. Denting jam hampir menunjukkan pukul satu malam takala Erik menunggu sembari merokok di halaman depan rumah. Pria itu mengendusku, bertanya kenapa aku seperti wangi tubuh Sofia. Bagaimana tidak, selayaknya tanaman, aku disemprot begitu saja oleh parfum wanita itu.

Berangkatlah kami ke rumah senior Meisy. Aku tercengang melihat rumah besar dengan pagar tinggi menjulang. Tidak seperti komplek perumahanku, aku harus memanjat pagar dulu untuk bisa melihat seisi halaman rumah. Setelah melalui pemeriksaan undangan di muka gerbang rumah, kami memarkirkan kendaraan pada tempat yang disediakan.

"Wow, ini rumah atau mall. Parkirannya luas sekali ....." Aku mengedarkan pandangananku ke seluruh kawasan rumah.

Bagaikan istana rumah itu berdiri dengan lampu terang dan ornamen indah sebagai penghias. Tanaman tumbuh memberikan warna pada gelapnya malam. Pohon palem hias membuatku seperti di musim panas tepi pantai. Sebagai orang udik yang tidak pernah ikut dalam hal-hal seperti ini, aku tidak bisa menyembunyikan rasa takjubku. Orang-orang datang dengan pakaian terkeren mereka, lalu turun dari mobil mahal yang terparkir baru saja. Wanita-wanita sexy berjalan dengan anggun untuk menarik mata pria sembari menggeraikan rambutnya.

"Hmmm ... apakah teman-teman Meisy seperti ini semua?" tanya Sofia yang baru saja selesai memakai hoodie.

"Seperti yang kau lihat? Kita juga temannya bukan?" Erik merangkul kami berdua.

"Aku bukan temannya Meisy. Kenal saja tidak," sanggahku.

"Oleh karena itu, mari kita berkenalan." Erik menoleh padaku. "Jika ada orang asing yang menawari minum, silahkan tolak. Kecuali, kau dapat langsung dari bartender. Aku tidak mau kau gila malam ini karena narkoba."

"Aku paham itu ...."

Bunyi berdentang musik EDM menyelinap ke dalam nadi kami. Rumah besar ini disulap seperti club malam dengan lampu kerlap-kerlip dan lantai dansa di tengah-tengahnya. Baru saja kami datang, kami ditawari minum oleh panitia pesta. Erik mengizinkan kami minum asalkan jangan terlalu banyak. Repot membawa Sofia ketika mabuk dan Erik tidak mau hal itu terjadi lagi.

Seorang wanita yang menjadi bintangnya malam ini menoleh kepada kami. Erik berkata jika wanita bertubuh ramping dan rambut pendek itu merupakan Meisy. Aku tidak asing dengan wajah itu karena pernah tampak di kawasan fakultas. Erik menghampirinya, lalu Meisy memberikan pelukan mesra.

"Kenalkan ini temanku, Noah." Erik sedikit mengencangkan suaranya karena musik yang berdentum.

Meisy tersenyum padaku. "Oh hai! Aku Meisy. Semoga bersenang-senang!"

"Pasti ... ini pesta yang meriah."

"Sofia, bawa Noah berkeliling. Mana tahu ada anak fakultas kita yang datang."

Sofia sontak menggandeng tanganku agar tidak lepas. "Ayo kita pergi."

Dentum musik dan ramainya orang membuatku sedikit mual. Aku mengeluh hal itu kepada Sofia, sayangnya ia malah menertawaiku karena dianggap terlalu lama mendekam di dalam goa. Untuk menghindari hal tersebut, kami bertandang ke bagian belakang rumah. Setelah melewati dinding kaca besar yang transparan, kami melangkah ke area kolam renang.

Bunyi denting botol bir terdengar tatkala Sofia mengambilnya dari kotak pendingin minuman. Ia bertanya apakah aku masih mempunyai rokok dan jenis rokok apa yang aku punya karena ia tidak suka rokok dengan campuran cengkeh. Kami pun mendapat view yang bagus untuk duduk, yaitu seberang kolam renang bagian tengahnya. View rumah besar ini terlihat jelas, ditambah dengan wanita-wanita cantik dengan kemolekan tubuhnya dapat aku pandang dari sini.

"Cheers!" Sofia mendempetkan botol birnya tanpa aku pinta. Ia tampak tersenyum dengan rokok yang masih berada di ujung bibirnya. "Hah ... Erik kalau sudah bicara dengan cewek, dia pasti udah lupa teman."

"Mungkin karena dia itu tampan."

Sofia tertawa kecil. "Mungkin salah satunya itu. Tapi, ada hal yang lain."

"Apa?"

"Secara insting, pria punya kecenderungan untuk mendominasi wanita. Sedangkan wanita, punya kecenderungan untuk didominasi oleh pria. Walaupun aku seorang feminis, aku tetap mengakui hal itu." Ia menoleh padaku. "Kau tahu maksudnya?"

"Aku paham, tapi tidak dengan konteks Erik sekarang."

"Selalu ada tujuan setiap Erik berbicara dengan wanita. Ia bisa menggunakan Meisy untuk sesuatu. Jika kau tanya aku, aku jawab tidak tahu. Nanti kita akan tahu dengan sendirinya." Tangan Sofia membuka tank topnya, lalu setengah telanjang di bangku santai sampingku. "Kau tidak kepanasan?"

"Iya, aku kepanasan sekarang," ucapku sembari melihat sekelompok wanita cantik yang sedang berenang.

"Ajak mereka bicara. Buka bajumu, lalu kita gabung dengan mereka."

"Kau gila?!"

"Kau pengecut?!" balas Sofia tidak mau kalah. "Hei Noah, aku tahu apa yang dipikirkan pria. Walaupun punyaku kecil, kau tetap melirikku."

"Please jangan bicarakan hal seperti itu sekarang," balasku singkat.

Mata Sofia tampak melebar ketika Erik baru saja tiba di area kolam renang. Ia sedang bersama Meisy dan satu orang yang membuatku heran. Bella bersama mereka, tepat di sisi kanan Erik yang sedang memegang minuman. Mereka berjalan perlahan ke arah kami.

Untuk apa Bella ke sini? Bersama Erik?

"Itu Bella, kan? Erik bilang kalau cewek itu orang yang kau suka."

"Aku tidak mengerti kenapa dia ada di sini."

Sofia memejamkan mata sejenak. "Sekarang aku paham kenapa Erik membawa kau ke sini. Meisy akan mengajak Bella. Kau lihat? Itulah keajaiban Erik."

Aku mengabaikan kalimat Sofia hingga ia kesal sendiri dengan raut wajah berpaling. Tatapanku lurus kepada Bella yang kontras sekali cantiknya malam ini. Apakah ia sendiri? Bersama teman? Atau bersama seorang pria? Aku tidak mengetahui hal itu. Terlihat mereka berhenti di penurunan kolam renang, lalu Erik meninggalkan kedua wanita itu. Seperti biasa, wajah Erik dingin ketika berjalan ke arah kami.

Tatkala ia tiba di hadapanku, ia pun berkata.

"Jika kau tidak bisa pergi dengan dia malam itu, maka biar aku buat dia datang padamu malam ini."

"Dia diundang?" tanyaku.

"Jika dia tidak diundang, maka aku buat dia diundang. Noah ... kau satu langkah dekat dengan Bella. Tinggal bagaimana usahamu sekarang," balas Noah.

Sofia mendorongku dengan tangannya. "Ayo kita berenang. Lihat mereka di tepian kolam renang."

"Kau denganku. Jangan dekat Erik di dalam sana." Erik mulai membuka kaos hitamnya.

"Oke ... i got it. Aku belum mabuk, jadi tidak akan mengacau rencana." Satu tegukan besar, habislah bir di dalam botol miliknya. "Huuh ... bir ini bikin hangat dadaku."

"Jangan banyak minum malam ini, Sofia."

Sofia pun tertawa. Ia bersenggayut pada leher Erik selayaknya seorang kekasih.

"Buka bajuku, Sayang ...."

Aku tidak mengerti bagaimana mereka sedekat ini, tetapi tetap menjalin hubungan persahabatan. Kini aku tahu kenapa Erik berteman dengan Sofia, wanita itu sedikit berbeda.

***

The Man RulesOù les histoires vivent. Découvrez maintenant