2

2.2K 153 8
                                    


"Tadi malam aku ke rumahmu, menyempatkan diri menjemputmu ternyata kau tak ada, masih sibuk di sini, di kantormu." Syila menyandarkan bokongnya ke meja kerja Pandu yang masih asik mengamati laptopnya.

"Menyingkirkan sebentar, aku masih kerja." Suara Pandu terdengar datar. "Tak biasanya kau ke sini, maaf tadi malam aku tak bisa datang."

"Siapa wanita muda dan cantik di rumahmu? Aku tadi malam bertemu dengannya bahkan dia yang mengatakan kamu tak di rumah."

"Tumben kamu memperhatikan hal kecil?"

"Jawab saja siapa dia?"

"Asisten mama."

"Lalu mengapa di sana?"

"Karena memang tinggal di sana."

Kening Syila berkerut.

"Bagaimana bisa? Aneh saja asisten kok sampai tinggal di rumah kalian."

"Tanyakan pada mama, dan aku mohon tinggalkan aku, aku masih banyak kerjaan."

Tiba-tiba saja Syila duduk di pangkuan Pandu dan Pandu cukup kaget.

"Mau apa? Aku sedang tak ingin apapun, aku sibuk, bisa kan menyingkir dari pangkuanku? Aku terganggu!"

Syila bangkit dengan wajah memerah, ia terlihat marah.

"Kau tahu, aku rasa ada kemiripan wajah wanita itu dengan wanita yang kau kejar tahun lalu, wanita belia penjaga cafe yang hanya mengejar hartamu, salahku saat itu tak langsung menemui dia, aku hanya mengamati dia dari jauh, aku berhasil membuat dia pergi dari hidupmu dengan menggunakan jasa temannya, aku membayar mahal untuk itu, dan bodohnya lagi karena merasa tak penting karena dia wanita dari kelas rendah tak sempat aku meminta foto agar tahu tampang jeleknya hanya masalahnya aku tak mau berurusan dengan orang rendahan, jadi aku katakan pada temannya agar bilang pada wanita pelayan di cafe itu jika kau sudah punya wanita yang siap dinikahi dan dia hanya jadi wanita selingan, lalu kini hadir lagi wanita dengan wajah mirip hanya yang ini penampilannya lebih keren dari pada wanita miskin berpenampilan aneh di cafe itu, meski aku tak jelas wajahnya tapi aku pernah melihat kau dan dia duduk berdua di cafe itu, benar-benar selera rendah untuk laki-laki sekelas kamu!"

"Ke luar! Jangan sampai aku berteriak dua kali!"

Dan tanpa menunggu Pandu benar-benar berteriak dua kali, Syila segera ke luar, matanya memanas, ia merasa marah dan tak diinginkan. Sementara Pandu menghentakkan tubuhnya bersandar di kursinya, ia menggeram marah saat tahu jika penyebab Dayana menjauh dulu adalah Syila.

"Brengsek! Dan semuanya jadi kacau, dia tak berhak menentukan dengan siapa aku dekat, bahkan jika dia menawarkan tubuhnya aku tak berminat, beberapa kali bersama di apartemen aku hanya menuruti keinginan mama agar lebih dekat dengannya, tapi untuk berhubungan lebih aku tak berminat, tubuh selembarnya membuat aku tak berminat bahkan hanya sekadar berciuman."

.
.
.

Dayana mendadak rikuh saat di ruang makan ada Abimanyu, niatnya yang hendak makan malam jadi urung dan pelan-pelan dia berbalik.

"Naya! Terus aja nggak papa, nggak usah merasa tak enak, aku sudah mau selesai juga, duduk saja jika kau ingin makan malam, tadi mama memang berpesan agar kau segera makan karena di butik pasti kau belum makan karena sibuk."

Dayana akhirnya berbalik dan melanjutkan langkah ke ruang makan dan duduk agak jauh dari Abi.

"Maaf mengganggu Kak Abi."

Abimanyu tertawa pelan.

"Ah nggak, duduk aja, silakan makan, kalo ada apa-apa bilang sama Bi Siti, dia baik kamu pasti dilayani."

Dayana (Ketika Nafsu dan Cinta Tak Bisa Dibedakan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang