8

929 112 22
                                    


"Maaf boleh aku tanya Yana?"

Dayana mengangguk, kali ini mereka makan berdua lagi di tempat yang berbeda saat mereka pertama kali jalan-jalan.

"Silakan Kak."

"Nggak ada hubungan apa-apa kan antara kamu dan Kak Pandu di waktu lalu?"

Dan Dayana tersendak, ia raih lemon tea hangat dan segera meneguknya. Abi jadi merasa bersalah.

"Maafkan aku kalo pertanyaanku mengganggumu."

"Nggak papa Kak, nggak ada, nggak ada hubungan apapun, kenapa tiba-tiba Kakak tanya hal itu?"

Abimanyu menghela napas berat, ia menatap wajah cantik Dayana, rambut lebatnya yang panjang tergerai sepunggung, kulit bersihnya juga mata, hidung, bibir yang serba menarik bagi Abi.

"Aku hanya takut menyakiti saudaraku sendiri, aku sering melihat Kak Pandu menatapmu dengan tatapan aneh, kayak nahan marah, sedang kamu kayak ketakutan sama dia."

Keringat dingin mulai memenuhi tangan Dayana tapi ia berusaha tenang, ia suapkan makanan ke mulutnya sedikit demi sedikit, lalu saat sudah tertelan ia tatap mata laki-laki sabar di sebelahnya.

"Aku hanya sungkan sama dia karena dia jarang bicara sama kayak Kak Abi, dan dia kayaknya nggak sesabar Kak Abi jadi aku agak takut."

"Ah ya aku lega Yana, aku bertanya untuk memastikan saja jika aku tak mengambil milik kakakku, karena aku mencintai kamu Dayana."

.
.
.

Pandu baru sampai dari kantor saat ia tertegun di depan kamar adiknya, samar-samar dari dalam kamar itu ia mendengar adiknya bersenandung hal yang sangat jarang dilakukan oleh Abimanyu sejak kecil, ia ketok kamar itu dan perlahan ia buka, terlihat Abi yang menyisir rambutnya dan kaget saat melihat Pandu yang terlihat terus menatapnya.

"Ada apa Kak?"

"Nggak salah dengar aku? Tadi kamu nyanyi-nyanyi?"

Dan Abi terlihat malu-malu lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hehe bahagia kali Kak."

Lagi-lagi Pandu berpikir ada apa?

"Aku tadi bilang ke Dayana kalo aku cinta sama dia."

Deg!

"Lalu tanggapan dia gimana? Dia juga cinta sama kamu?"

"Nggak jelas sih tapi dia mau mencoba berjalan sama aku, aku bahagia Kak, akhirnya aku menemukan wanita yang akan selalu ada di sisiku, aku berharap banget ia mau jadi istriku, aku ingin menikah tak la setelah Kak Pandu."

Hati Pandu bagai dicabik-cabik, ia seolah tak menapakkan kakinya di lantai. Tanpa berkomentar ia berbalik.

"Eh Kak Pandu sakit ya?"

Pandu menggeleng lalu perlahan masuk ke kamarnya. Ia tutup pintu dan memejamkan matanya, bersandar pada daun pintu. Ia pegang dadanya yang terasa sakit.

"Haruskan kita rebutan karena mencintai wanita yang sama Bi?"

Pandu meletakkan tas kerjanya lalu membuka seluruh bajunya melangkah ke kamar mandi dan berdiri di bawah shower, ia biarkan air dingin itu mendinginkan kepalanya yang yang terasa berat, berat baginya karena Abi ternyata juga mencintai Dayana, sedang dia lebih dulu merasa memiliki wanita yang telah mengambil cintanya hingga tak tersisa.

.
.
.

Malam hari saat malam telah sampai di ujung, Dayana merasakan hal tak biasa ia sulit bergerak, lalu saat ia buka matanya terlihat lengan kekar yang sangat ia tahu milik siapa. Dayana berusaha melepaskan diri, ia panik, namun semakin berusaha lepas pelukan erat semakin ia rasakan.

Dayana (Ketika Nafsu dan Cinta Tak Bisa Dibedakan)Where stories live. Discover now