BAB 17 : Apartement.

1.4K 178 10
                                    

Lantunan ayat suci Al-quran terdengar indah dibaca oleh Sagara. Suara merdu bocah itu membuat Alea terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam Beker dinakas dekat tempat tidur. Jam 3 pagi? Ini bahkan belum subuh. Jadi kenapa Sagara bangun lebih awal? Apa jangan-jangan bocah itu belum tidur sama sekali?

"Saga?" Panggil Alea dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Sodakollohhuladzim." Baca Sagara diakhir lalu menutup kitab suci Al-quran dan menciumnya sebelum ia letakan benda suci itu ke lemari diujung ruangan.

Sagara melepas sarung yang ia pakai kemudian melipatnya rapih seperti semula.

"Lo gak tidur?" tanya Alea dengan menarik selimutnya kembali sampai batas dada.

Sagara menggeleng. Setelah meletakan sarung ke atas meja kerja Alea, bocah itu naik ranjang dan merebahkan diri disamping Alea.

"Maaf, ganggu tidur kamu mbak," lirih Sagara dengan menatap langit-langit kamar.

"Gak apa-apa. Lo kenapa gak bisa tidur? Karena gak minum susu?" Heran Alea dengan tingkah aneh Sagara yang tiba-tiba berubah menjadi sangat pendiam.

Lagi-lagi Sagara menggeleng dengan wajah yang terlihat kasihan dimata Alea. Bahkan lesung pipinya tak lagi terlihat.

"Mau gue bikinin susu?"

Bukanya menjawab, Sagara justru menggenggam telapak tangan Alea kuat seakan takut kehilangan.

"Jangan dilepas ya mbak, sampai saya tidur."

"Hah?"

Mereka kan ingin tidur bukan ingin menyebrang jalan? Kenapa harus gandengan segala?

Alea sebenarnya ingin protes tapi melihat Sagara memejamkan mata dengan alis yang masih berkerut merasa tak nyaman membuat Alea tak tega.

Alea sebenarnya ingin protes tapi melihat Sagara memejamkan mata dengan alis yang masih berkerut merasa tak nyaman membuat Alea tak tega

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Ranjang milik Alea memang ukuran single. Dulu Bobby saja harus tidur miring karena tak muat untuk badannya. Apalagi sekarang Sagara yang tidur disebelahnya, badan bongsor bocah itu pasti tak nyaman.

Alea memiringkan tubuhnya dan menggeser posisinya agar Sagara bisa lebih mendapatkan ruang. Merasa ranjang bergerak-gerak karena Alea yang tak nyaman, Sagara-pun ikut memiringkan tubuh bongsornya membuat mereka berdua saling berhadapan.

Dari jarak sedekat ini Alea bisa mencium aroma lemon dan mint dari tubuh Sagara. Ini terlalu dekat.

"Jangan terus bergerak-gerak!"

Pinggang Alea dipeluk begitu erat oleh Sagara. Sampai hidung mungil Alea menyentuh dada bidang bocah 18 tahun itu.

Berdebar namun sedikit canggung, tapi entah kenapa tetap terasa nyaman. Membuat kantuk keduanya menjemput ke alam mimpi.

***

Bunyi dering telpon, mesin fotocopy, mesin pembuat kopi dan ketikan di keyboard komputer menandakan betapa sibuknya karyawan di kantor itu.

Married First Love Later [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora