BAB 23 : Innerchild

1.3K 178 22
                                    

Alea melirik sekilas pada sosok yang duduk di kursi samping. Bocah itu murung tak seperti pagi tadi. Wajahnya pun semakin pucat. setelah diamati, tangan Sagara terus bergetar tremor.

"Lo kenapa, Sagara?" tanya Alea memecah keheningan.

Sagara melirik Alea dikursi kemudi. "Sedikit pusing, mbak."

"Lo sakit? Mau gue antar ke dokter?" tanya Alea perhatian.

"Gak perlu mbak. Ditinggal tidur nanti juga sembuh."

Lampu merah berganti hijau dan Alea segera menjalankan kembali mobilnya karena mendengar klakson dari mobil dibelakang.

45 menit Alea menyetir dari lokasi syuting menuju unit apartemennya.

Sagara masih diam. Mungkin karena efek pusing bocah itu langsung tertidur diranjang tanpa makan malam.

Alea sendiri memilih untuk mandi kilat dan lanjut memesan makanan melalui pesan antar karena Alea sama sekali tidak bisa masak kecuali memasak mie instan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alea sendiri memilih untuk mandi kilat dan lanjut memesan makanan melalui pesan antar karena Alea sama sekali tidak bisa masak kecuali memasak mie instan.

Sembari menunggu makanan yang dipesan datang, Alea memilih menyibukkan diri didepan meja kerjanya. Menyusun laporan dari beberapa proyek yang sudah dijalankan.

20 menit berlalu Abang ojol datang juga membawa makanan yang dipesan Alea. Setelah membayar dan tak lupa mengucapkan terimakasih Alea menata makanan di piring.

Melihat jam sudah menunjukan di angka 10 malam. Alea pun jadi tak tega membiarkan Sagara tidur dengan perut kosong. Pantat yang semula sudah nyaman duduk dikursi makan terpaksa harus Alea angkat lagi menuju kamarnya.

Posisi tidur Sagara masih sama seperti terakhir kali Alea meninggalkan Sagara saat pergi mandi. Tapi kali ini wajah Sagara sudah penuh dengan peluh keringat. Poni rambutnya bahkan sudah lepek seperti di sauna.

Erangan kecil Sagara membuat Alea panik. Apalagi saat dicek menggunakan termometer, suhu badan Sagara sangat panas mencapai 39derajat Celcius.

"Sagara, sadar Sagara!"

Alea bertambah panik melihat Sagara tak sadarkan diri dan hanya mengigau tak jelas.

"Mama..."
"Takut..."

Selalu kata itu yang diucapkan Sagara dengan lirih.

Alea bingung dihadapkan dengan orang sakit. Dirinya belum pernah merawat orang sakit. Haruskan ia menghubungi umi Maryam? Pasalnya Sagara terus memanggil mama dalam tidurnya.

Tapi Alea tidak ingin membuat semua orang cemas, terlebih itu umi Maryam. Alea tak mau dianggap istri yang tidak becus merawat suami. Meski kenyataanya memang begitu, karena selama ini semua urusan rumah dipegang oleh Sagara bahkan masak dan mencuci pakaian sekalipun.

Alea jadi berpikir jangan-jangan Sagara sakit karena terlalu lelah mengurus rumah. Bukankah semua tugas dapur seharusnya menjadi tanggung jawab Alea sebagai seorang istri?

Married First Love Later [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang