BAB 29 : Plagiat

1.2K 170 8
                                    

Ruang rapat itu terlihat ribut seperti biasanya. Suara bisikan bisikan membicarakan Alea dan si boss menjadi topik perbincangan hangat hari ini.

Kemarin sama-sama tak masuk kantor karena pergi ke Bogor dan hari ini tanpa sengaja juga mereka masuk kedalam ruang rapat secara bersamaan. Apalagi pagi tadi adegan didepan lift membuat praduga semakin kuat.

"Kenapa ruang rapat ramai sekali? Lebih baik gunakan mulut kalian untuk mulai rapatnya!" ucap pak Milo mengetuk meja membuat semua mulut terdiam.

Alea tak peduli dilirik oleh puluhan pasang mata diruang rapat itu karena masuk bersamaan dengan pak Milo. Entah kenapa Kebetulan selalu membawa bencana jika Alea bersama si boss bokong sexy itu, karena hubungan mereka tentu akan terlihat semakin meyakinkan jika sering terlihat berdua.

"Kumpulkan laporan tiap divisi untuk proyek masing masing." Titah pak Milo langsung memulai rapat.

Doni, Stella, Alea dan kepala divisi lain langsung mengumpulkan map rancangan proyek terbaru mereka masing-masing. Seperti rutinitas bulanan mereka.

Alis pak Milo menyatu membaca salah satu laporan yang diterimanya.

Dua laporan yang sama dengan konsep yang sama. Tapi dari tim divisi yang berbeda.

"Alea, stella. Kalian sam- sama mendapatkan proyek dari perusahaan permen?" tanya Milo pada kedua orang yang duduk saling bersebelahan.

"Iya pak dari perusahan permen rilexaja," jawab Stella semangat. Sedangkan Alea hanya mengangguk tak minat.

"Kamu dari perusahaan apa, Alea?"

"Dari perusahaan permen kecup, pak."

"Jelaskan pada saya kenapa konsep kalian sama persis? bayangkan jika kalian sama-sama Munggah syuting dengan konsep yang sama. Perusahaan kita pasti akan dapat masalah dari kedua perusahaan." Amuk Milo dengan membanting kedua laporan konsep ditangannya.

"Saya menggaji kalian bukan untuk menjadi seorang plagiat. Sekarang mengaku, siapa yang mencuri ide siapa?" Tatap Milo pada Alea dan Stella bergantian.

"Itu bukan saya pak, mungkin ada seseorang yang sakit hati pada saya hingga mencuri ide saya," jawab Stella langsung. Alea yang sedang sensitif  mengepalkan tangan kuat sangat tak terima. "Kamu menuduh saya?!"

"Sory saya gak pernah tuh sebut nama kamu, kalo kamu tiba-tiba tersindir sudah jelas kan siapa malingnya disini?" Pancing Stella menggiring opini publik membuat ruang rapat itu kembali riuh dengan bisikan-bisikan membicarakan Alea.

"Jaga omongan kamu, ya! asal kamu tau, saya tidak pernah mencampur adukan masalah pribadi dan pekerjaan. Dan lagi, saya tidak pernah mencuri ide siapapun."

Pak milo menggebrak meja mencoba menenangkan ruang rapat yang tak kondusif lagi.

"Stella, apa kamu yang menulis konsep itu sendiri?" Tatap Milo serius.

"I... iya pak," jawab Stella terbata takut akan intimidasi dari bossnya itu.

"Alea, benar kamu tidak mencuri ide Stella?" tanya Milo bergantian menatap Alea serius.

"Demi tuhan saya tidak pernah mencuri ide siapapun, pak. Saya bahkan berani keluar dari perusahaan ini jika saya berbohong." Yakin Akea penuh emosi. Bagas yang kaget langsung menyenggol siku Alea agar wanita itu menarik ucapanya.

"Saya pegang janjimu itu,"jawab pak Milo tertarik dengan keberanian Alea.

"Stella, bagaimana denganmu? Kamu mau bertaruh seperti Alea?" Tantang pak Milo memainkan peranannya sebagai pihak netral.

"Sa ... saya...," Stella tergagap bingung untuk menjawab.

"Sepertinya kamu dengan lantang bisa menuduh seseorang tapi tidak berani membuktikannya."

Married First Love Later [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang