5. Sebuah Kejutan

485 95 8
                                    

"Lian.. dimana kedua bocah yang ada bersamaku?" Pertanyaan Indonesia sukses membuat Lian terdiam dan menunduk.

"Jawab aku" desak Indonesia dan barulah saat itu pemuda tersebut mengatakan sesuatu yang membuat Indonesia tanpa menunggu lama segera berlari keluar ruangan.

"Tunggu tuan!"

Indonesia terus berlari, melewati semua pelayan dan tamu yang entah sejak kapan ada di masion itu, Indonesia tidak peduli dengan sekitarnya yang ia pikirkan kini hanyalah adik-adiknya, alasan ia harus terus hidup dan ada di dunia ini. Langkahnya kemudian menuruni tangga dengan cepat, menerjang kegelapan lorong bawah tanah yang terasa dingin dengan degup jantung yang tidak teratur karena kawatir hingga akhirnya tibalah ia di tempat yang ia tuju.

Indonesia menatap sebuah sel dengan nafas yang terengah-engah, dengan kelelahan ia memegang sel dengan tangan yang berkeringat. Matanya menatap sosok kedua anak yang ia kenali tengah duduk di dalam sana "kalian.." ujarnya.

'sial! Ni si Lian kenapa pakai acara nahan mereka di penjara bawah tanah!'batin Indonesia, kedua anak itu kemudian merangkak mendekat, Indonesia yang melihat hal tersebut segera sadar ada yang aneh dengan kedua adiknya itu. Tak lama kemudian Lian berhasil menyusul dan tanpa menunggu lama Indonesia segera memintanya membukakan sel "lepaskan mereka" namun dengan berat hati Lian mengatakan ia tak bisa.

"Maaf tuan.. saya tidak bisa melakukan itu"

"Mengapa? Apa sekarang kau mencoba menentangku?" Jujur nada bicara Indonesia sedikit bergetar kala mengancam pelayan itu.

"Mereka mencoba melukai anda, mereka.. seorang budak yang dikirimkan oleh paar bangsawan lain untuk membunuh Anda" Indonesia tercengang kini, budak? Yang benar saja, Indonesia bahkan tak tahu hal ini. Indo menatap kedua anak itu yang kini memegang jeruji sel, mata indah mereka yang tampak sama sekali tak bercahaya kala melihat dunia membuat Indonesia sadar, apa seperti ini sosok Malaysia dan Singapura yang tak ia ketahui, sosok kedua saudara yang menginginkan kebebasan, bila Indonesia bagaikan Garuda yang ingin terbang jauh maka Malaysia adalah harimau yang ingin berlari sebebas mungkin sedangkan Singapore hanya ingin menjadi layaknya seekor singa yang bebas melakukan apa yang ia mau, namun mereka kini terkekang, terkekang oleh suatu hal yang tak Indonesia ketahui selama ini.

'mungkin inilah penyebab kematian mereka..' batin Indonesia berjongkok menyamakan tingginya dengan adik-adiknya itu. "Apa tak ada cara untuk memerdekakan mereka?" Lian tampak kaget saat mendengar hal itu "jangan salah paham, entah mengapa aku merasakan mereka punya potensi.. aku ingin merawat mereka, bukankah akan sangat bermanfaat bila mereka kita gunakan daripada terkurung di sini dan mati?" Indonesia berbohong, yang terpenting baginya sekarang menyelamatkan kedua anak itu tak peduli kalau kini ia di pandang sebagai seorang munafik atau penjahat, indo hanya ingin menyelamatkan mereka.

"Tuan.. anda benar! Mari kita manfaatkan mereka!" Lian tampak sangat setuju, hal itu justru membuat Indonesia senang namun sedikit kawatir dengan apa yang Lian pikirkan saat mendengar kata 'memanfaatkan' yang artinya bisa lebih buruk daripada yang ia bayangkan.

"Y-ya kalau begitu pertama bagaimana caranya memerdekakan mereka dulu"

"Loh bukan dijadikan budak tuan saja?"

"Itu.. ribet"

"Ah saya mengerti, anda pasti merasa sangat tidak suka mengawasi budak rendahan ya.. kalau begitu biar saya—"

"Bukan gitu!" Indonesia menutup mukanya dengan tanganya "dengar.. intinya bebaskan mereka dari status budak bangsawan itu, aku ingin mereka sepenuhnya menjadi milik kita, milik keluarga Marquis Kendrick" tintah Indonesia. Lian tersenyum sebelum akhirnya membungkuk dan menyerahkan kunci untuk Indonesia membuka sel.

Impian Untuk Hidup (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang