BAB 18

312 23 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Wulan dan Adi sudah duduk berdampingan di hadapan pak penghulu dan juga beberapa saksi. Ayahnya Wulan juga ada di hadapan mereka karena nantinya ayahnya lah yang menikahkan mereka. Wulan terus menggenggam jemarinya sendiri karena merasa gugup yang tak tertahankan.

"Kenapa belum mulai sih, lebih cepat selesai lebih baik.. gak nyaman banget duduk sedeket ini sama ini orang.." gumam Wulan di dalam hatinya, namun ia sedikit melirik ke arah Adi yang mengenakan pakaian warna putih senada dengan dirinya. Tidak lupa sebuah peci putih menghiasi di kepalanya menambah ketampanannya Adi.

"Ngomong-ngomong ini orang cakep juga ya.. gak kalah cakep sama mas Randy.." gumam Wulan lagi.

Seketika hati Wulan mulai merasa sedih kembali saat mengingat Randy, pria yang ia sukai namun pergi meninggalkannya. Namun Wulan sama sekali tidak ingin menyalahkan Randy. Bagi Wulan dengan kepergian Randy demi bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya itu lebih baik dari pada melihat Randy menikahinya. Namun ada wanita lain yang sedang mengandung anak dari pria yang menjadi suaminya.

"Apakah semuanya sudah siap?" Tanya pak penghulu.

Adi dan pak Sardi menganggukkan kepalanya namun tidak dengan Wulan. Wulan masih melamun dan larut dengan fikirannya sendiri. Adi menoleh ke arah Wulan sesaat pak penghulu menatap bingung ke arah calon istrinya itu.

"Bagaimana nak Wulan? Apakah sudah siap?" Tanya pak penghulu lagi.

"Oh iya pak saya siap.." jawab Wulan yang tersadar.

"Baiklah, akad nikah akan segera dimulai.. semoga masnya bisa mengucap ijab qabul dengan lancar dan benar supaya tidak harus diulang-ulang.. jangan lupa baca bismillah biar barokah dan dilancarkan sama ALLAH.." ujar pak penghulu.

Pak Sardi langsung mengenggam jemari calon menantunya itu dengan erat. Pak Sardi merasa kalau Adi terlihat gugup, getaran tangannya begitu terasa oleh pak Sardi.

"Gapapa.. jangan gugup, kamu pasti bisa.." ujar pak Sardi mencoba untuk menyemangati calon menantunya itu.

Adi yang mendapat asupan semangat dari pak Sardi menyunggingkan senyumnya. Ia pun yakin kalau dirinya mampu mengucapkan ijab qabul dengan lancar dan benar.

Wulan masih dengan lamunannya sendiri hingga ia tidak sadar kalau Adi sudah selesai mengucapkan ijab qabulnya. Fikiran Wulan seperti tidak pada tempatnya. Bukan karena memikirkan Randy, hanya saja Wulan memikirkan tentang bagaimana pernikahannya setelah ijab qabul ini selesai.

"Bisa gak ya gue jatuh cinta sama ini brondong.. engga..engga.. pertanyaannya salah, bisa gak ya gue jalanin pernikahan tanpa rasa cinta begini.. gue gak pengen bikin kecewa tante Anissa.. tapi gue juga bingung gimana caranya ngejalanin ini semua... tolongin gue.. gue pengen kaburr.." gumam Wulan di dalam hatinya.

Lamunan Wulan mendadak tersadar saat ia kaget mendengar semua orang berteriak kata SAH. Itu artinya ijab qabul berhasil dengan lancar dan mereka sudah menjadi suami istri yang sah di mata ALLAH dan hukum.

"Eh.. uda selesai? Kok gue gak nyadar ya.. kok gue gak denger ya.." gumam Wulan bingung di dalam hatinya.

Bu Anissa dan Bu Asih terlihat bahagia bahkan mereka meneteskan air mata bahagia. Bu Anissa mengenggam jemari bu Asih dengan erat kini mereka sudah menjadi keluarga. Pak Bambang hanya diam menatap putra bungsunya dari belakang. Ia merasa bahagia sekaligus sedih melihat putranya itu. Ia paham kalau putranya itu memaksakan dirinya menerima pernikahan ini. Namun pak Bambang merasa bangga dengan putra bungsunya itu.

"Papa tau kamu menerima ini semua dengan keterpaksaan tapi Wulan gadis yang baik.. papa yakin nantinya kamu akan mencintai Wulan dengan setulus hati nak.." gumam Pak Bambang di dalam hatinya.

SOMETHING IN THE SOCIAL MEDIA [HIATUS]Where stories live. Discover now