BAB 30

297 23 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Adi sedang berada di wastafel tidak jauh dari tempat dimana mereka mengadakan acara barbaque. Ia sedang membersihkan tangannya yang kotor akibat ulahnya sendiri. Membasuh jemarinya yang berlumuran olahan sosis yang ia remas hingga tak berbentuk.

"Menyebalkan!! Kenapa dia begitu menyebalkan.." gumam Adi sambil menoleh ke arah Wulan yang sedang sibuk memanggang sosis di pamangangan.

Wulan tersenyum ke arah Randy yang sedang sibuk membuat api unggun agar mereka merasa hangat. Rasa cemburu di hati Adi semakin menjadi-jadi. Ia hampir saja membuat wastafel itu remuk dengan tangannya meski itu hanya sebuah khayalan saja, jelas Adi bukan lah mahkluk raksasa yang dengan mudahnya menghancurkan barang.

Rasa kesalnya membuat Adi tidak kunjung selesai membersihkan jemarinya. Tanpa Adi sadari Wulan sudah ada di belakangnya hendak mencuci buah yang akan ia potong-potong untuk pencuci mulut setelah makan daging-dagingan.

"Lama banget sih cuci tangan doang.." ujar Wulan membuat Adi langsung kaget dan menoleh ke belakang.

"Cuci tangan ya harus bersih dong.. memangnya kamu jorok.." jawab Adi ketus lalu pergi meninggalkan Wulan yang menatap jengkel ke arahnya.

"Hiiiihhh dasar bocah tengik.. enak aja dia bilang gue jorok.. minta di keplak ya itu anak.. gue ini jauh lebih tua dari pada dia.. gak ada sopan-sopannya.." gumam Wulan kesal.
Lalu Wulan segera menyelesaikan apa yang menjadi tujuannya. Meski ia kesal dengan Adi terbesit di fikirannya. Kalau saat ini ia adalah seorang istri yang sudah seharusnya menghormati suaminya. Walau kenyataan umur mereka jauh berbeda dalam hubungan suami istri itu bukan lah menjadi penghalang baginya untuk menghormati suaminya.

"Sadar Wulan.. dia kayak gitu juga uda jadi suami lo kan.. emang uda takdir kan lo nikahin brondong.." gumam Wulan merutuki dirinya sendiri.

Adi berjalan dengan ekspresi wajah yang kesal hingga ia pun tidak perduli dengan sapaan kakaknya yang memintanya membantu menghidupkan api unggun.

"Di.. Adi.. bantuin dong ini.. dari tadi apinya gak ngebul.." ujar Randy.

Namun Adi sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya. Bahkan ia juga sama sekali tidak menoleh membuat Randy bingung. Apa yang sedang terjadi dengan adiknya itu.

"Kenapa itu anak.." gumam Randy yang terus menatap Adi yang sedang menuju ke arah Villa.

"Randy.. itu adik kamu mau kemana? Kok balik ke villa.." tanya Bu Anissa.

"Gak tau tuh ma.. Tadi Randy ajak ngomong juga gak jawab.." jawab Randy.

"Kenapa anak itu.. mulai lagi dia.. ini udah ada Wulan loh.. masih aja gak suka acara ngumpul-ngumpul gini.." gumam Bu Anissa bingung dengan tingkah putra bungsunya itu. Adi memang tidak terlalu menyukai kegiatan piknik seperti ini. Namun hal yang membuatnya pergi bukanlah karena hal itu melainkan rasa cemburunya yang sedang membakar hatinya.

Setelah selesai membersihkan buah-buahan Wulan segera kembali. Ia tidak menemukan Adi dimana-mana. Mama mertuanya menyadari kalau saat ini menantunya itu sedang mencari suaminya.

"Cari Adi? Adi nya balik ke villa tuh.." ujar Bu Anissa.

"Oh.. engga kok ma.. Wulan gak cari Adi.." jawab Wulan salah tingkah karena kepergok mama mertuanya.
Bu Anissa terkekeh geli melihat menantunya yang malu dan salah tingkah.

Adi sedang menyeruput kopi hangat dan menikmati sebatang rokok di tangannya. Hal yang cukup jarang ia lakukan selama ini Adi begitu menjaga kesehatan dirinya agar tidak menyentuh rokok lagi. Namun perasaannya saat ini membuatnya ingin sekali menghisap rokok meski hanya satu batang.

SOMETHING IN THE SOCIAL MEDIA [HIATUS]Where stories live. Discover now