BAB 53

156 7 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Setelah beberapa hari berlibur di rumah menantu, pak Bambang dan Bu Anissa memutuskan untuk kembali pulang ke rumah mereka. Meski nyatanya mereka masih ingin berlama-lama namun mengganggu kebersamaan putra dan menantunya itu bukan lah hal yang baik. Meski masih rindu mereka membulatkan tekad untuk kembali ke rumah.

"Ma.. pah.. makasi ya uda jengukin kami disini.. kapan-kapan kami yang pulang ke rumah.." ujar Wulan.

"Sebelum pulang ke rumah mama, pulang dulu ke rumah ibuk kamu ya sayang.. pasti mereka jauh lebih merindukan kalian.. terutama kamu.." ujar Bu Anissa sambil menggenggam erat jemari menantunya.

Seketika Wulan langsung teringat akan ibu dan bapaknya yang berada di kampung. Rasa rindunya juga cukup besar kepada mereka. Ingin rasanya ia pulang kampung namun mengingat pekerjaan suaminya membuat Wulan masih menunda untuk mengutarakan keinginannya pulang kampung.

"Iya mah.. nanti kalau Adi uda libur mah.." jawab Wulan.

"Yasudah papa sama mama berangkat dulu ya.. kalian hati-hati di rumah, jangan bertengkar dan jangan buat mama sama papa kawatir.." ujar Bu Anissa mengingatkan.

"Papa juga minta sama kamu Adi, jaga Wulan dengan baik.. papa mengandalkan kamu.." pak Bambang menimpali.

"Iya pah.. papa sama mama jangan kawatir.. Wulan itu tanggung jawabnya Adi.. Adi akan menjaga Wulan dengan baik.. iya kan sayang.." ujar Adi sambil merangkul pundaknya Wulan. Wulan hanya bisa tersenyum meringis karena sikap Adi yang terlalu berlebihan kepadanya. Apalagi sampai merangkulnya sedekat ini.

"Nah gitu dong.. kalian jangan kalah mesra dari mama sama papa.." ujar Bu Anissa merasa bahagia melihat keromantisan putra dan menantunya.

"Ayuk mah segera berangkat.. nanti kita kelamaan di jalan.." ujar pak Bambang.

Akhirnya mereka segera berangkat namun ada satu yang kurang. Randy tidak terlihat berada di dalam mobil bersama orang tuanya. Ternyata Randy sudah lebih dahulu pulang karena urusan pekerjaan. Padahal ia berniat untuk sedikit lebih lama dari orang tuanya. Namun pekerjaan di kantor sudah menantinya dan tidak bisa ia tinggalkan.

Rumah mulai sepi kembali setelah kepulangan ibu dan ayah mertuanya. Kini mereka kembali hanya berduaan di rumah mungil itu. Biasanya Wulan tidak merasa canggung dengan situasi yang mengharuskannya hanya berduaan saja dengan suaminya. Namun setelah kedatangan ibu mertuanya semua terasa berbeda. Di tambah lagi dengan tuntutan mereka segera memiliki momongan. Namun nyatanya bukan itu poinnya, mereka tidak menuntut untuk harus memiliki bayi detik ini juga. Melainkan mereka seharusnya sudah utuh sebagai sepasang suami istri. Namun saat ini mereka seperti hanya sedang tinggal bersama bukan hidup bersama.

"Sepi ya.." ujar Adi.

"Iya.. sepi.. biasanya ada suara mama sama papa.." jawab Wulan canggung.

"Setelah ini kita mau ngapain?" Tanya Adi.

"Haaa? Kita? Memangnya mau ngapain? Kan gak ada yang harus di kerjakan.." jawab Wulan kaget dan semakin gugup.

"Tapi kan kata mama.. kita harus..."

"Ohh iya piring.. iya.. piring lupa di cuci.. aku mau cuci piring dulu.. kamu kalau mau nonton silahkan nonton aja ya Di.. pekerjaan aku uda nunggu tuh.." ujar Wulan memotong perkataan suaminya. Ia pun hendak beranjak dari duduknya agar bisa kabur menghindari pembicaraan Adi yang sepertinya tengah menjurus ke arah yang lebih intim. Wulan benar-benar masih belum siap untuk hal itu bahkan hingga saat ini ia belum mendengar kata cinta dari suaminya. Bukankah hal yang sangat aneh jika mereka melakukan hubungan suami istri sedangkan mereka belum sama sekali mengatakan saling mencintai.

SOMETHING IN THE SOCIAL MEDIA [HIATUS]Where stories live. Discover now