BAB 26

269 25 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Wulan mengikuti Adi dari belakang sedangkan Adi membawa barang mereka sambil menuntun arah jalan dimana kamar yang akan mereka tempati selama menginap beberapa hari dirumah orang tuanya. Wulan merasa penasaran bagaimana bentuk kamar yang di miliki oleh suaminya itu.

"Pasti kamarnya berantakan.. cowok kan begitu.." gumam Wulan mencemooh.

"Tapi masa iya gue harus beresin lagi itu kamar.." gumam Wulan lagi karena merasa tidak setuju. Perjalanan panjang sudah membuatnya lelah. Untungnya masuk angin yang sempat melanda kini sudah mereda setelah ia menenggak wedang jahe hangat yang khusus dibuatkan untuknya.

"Maaf kalau kamar aku sedikit berantakan.." ujar Adi sebelum membuka pintu kamarnya.

"Emang dasarnya cowok begitu kan.." jawab Wulan.

"Apa?"

"Eh engga.. maksud aku berantakan sedikit gapapa lah yang penting masih bisa istirahat dan tidur.." ujar Wulan meralat perkataannya. Wulan tersenyum kikuk karena ia yang tidak bisa menahan perkataannya sendiri. Beruntung Adi tidak mengambil hati perkataannya.

Adi membuka pintu kamar miliknya dengan perlahan, terlihat lah kamarnya yang sangat jauh dari kata berantakan seperti apa yang dikatakan sebelumnya. Wulan bahkan sampai kaget dan ternganga melihat bagaimana rapinya kamar itu. Semua barang tertata rapi disana sama sekali tidak ada sampah kecil bahkan debu menempel sekalipun.

"Ini yang dia bilang sedikit berantakan?" Gumam Wulan di dalam hatinya sambil menatap kesana kemari. Sebuah lemari kaca berisikan piala-piala berjejer dengan sangat rapi. Piala yang mungkin Adi dapatkan selama ia menempuh pendidikan.

Rasa penasaran Wulan akan piala itu membuatnya tanpa sadar kini sudah berada tepat di depan lemari kaca.

"Waaaaahhhhhh... ini sih luar biasa..  apa dia sepintar itu?" Gumam Wulan melirik ke arah Adi yang sedang mengeluarkan pakaian dari dalam koper ke lemari.

Terlihat piala paling pertama yang di miliki Adi tepat saat Adi sekolah dasar. Rata-rata yang piala yang dimilikinya itu selalu piala juara satu. Mendadak Wulan menelan ludahnya kasar dan menyadari kalau saat ini ia menikahi pria yang memiliki standart yang cukup tinggi. Bahkan sangat jauh dibanding dirinya yang hanya pernah mendapatkan rangking dua puluh lima saat sekolah dasar dulu.

"Aissshhh kenapa gue jadi insecure gini sih.. berasa rendah banget gue di hadapan dia.." gumam Wulan sambil mengerutkan keningnya.

Karena mulai jengah Wulan memilih untuk melihat-lihat hal yang lainnya. Wulan berharap akan menemukan sesuatu kelemahan yang ada di kamarnya Adi. Setelah melihat-lihat kesana kemari Wulan sama sekali tidak menemukannya. Semua tertata rapi bahkan jauh lebih rapi di banding kamar miliknya.

"Dia selalu tidur di kamar yang serapi ini.. kemaren dia tidur di kamar gue yang mungkin bagi dia uda kayak kapal pecah kali ya.. tapi itu anak kok anteng-anteng aja.. kagak ngomel ini itu.. ah gak mungkin karena memang dia sebaik itu.. palingan dalem hatinya juga ngedumel kayak gue.." gumam Wulan.

Karena mulai bosan Wulan berniat ingin mengeluarkan pakaiannya yang ada di dalam koper. Namun sebelum ia melakukannya ternyata Adi lebih dulu membereskan pakaian miliknya. Mendadak mata Wulan membelalak saat melihat pakaian dalam Wulan yang ia selip di sela-sela koper mencuat. Adi pasti akan menemukannya dan sangat memalukan jika Adi melihatnya.

"Beha gue..." gumam Wulan.

"SSSSTOOPPPPPP!!!!" teriak Wulan dengan sangat keras saat melihat tangan Adi sudah mendarat memegang pakaian dalamnya Wulan.

Adi menoleh ke arah istrinya menunjuk ke arah koper. Seketika Adi ikut mengarahkan pandangannya ke arah koper. Kini ia paham mengapa Wulan berteriak ke arahnya. Ia melihat tangannya sudah mendarat tepat di bulatan bra  miliknya Wulan.

SOMETHING IN THE SOCIAL MEDIA [HIATUS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora