29

57 54 1
                                    

edgar berjalan menuju kantin, dia berniat untuk membelikan makanan untuk alleta. meskipun saat ini alleta notabe nya adalah pasien rumah sakit, tetapi bisa di pastikan gadis itu tidak akan memakan makanan yang di sediakan oleh pihak rumah sakit. gadis itu pasti akan bilang makannya hambar, kaya buat orang sakit.

edgar merasa lega telah menceritakan semua yang dia tutupi selama ini. walau tak bisa di pungkiri bahwa di sempat kecewa pada sahabatnya saat itu, karena telah berani meninggalkan adiknya begitu saja. hampir saja dia menghabisi yardan saat itu juga, tapi saat dia tahu kenyataannya niat itu urung.

edgar sudah sampai di kantin, dan sudah memesan beberapa makanan untuk alleta dan juga untuk dirinya. kini saat nya kembali ke kamar rawat alleta, tapi belum sempat dia melangkah suara ponselnya seakan mengintruksinya untuk segera mengecek ponsel itu. rupanya ada panggilan masuk dari salah satu anak bruiser. langsung saja dia angkat panggilan itu.

"kenapa?"

"lo dimana pak?" tanya seseorang di seberang sana.

"kantin"

"dokter yang nanganin yardan mau ngomong sama lo"

"gue kesana sekarang" dengan tergesa-gesa edgar sedikit berlari untuk sampai ke kamar rawat inap yardan, yang kebetulan bersebelahan dengan ruangan alleta yang tadi sempat pingsan.

saat telah sampai di sana edgar sudah di tunggu oleh suster, "mas bisa ikut saya, dokter mau bicara" egdar mengangguk, dia kemudian menatap anggotanya lalu menyerahkan makanan yang dia bawa.

"asik buat kita nih pak?" tanya salah satu anggota dengan antusias. jelas, siapa sih yang tidak antusias jika di kasih makanan gratis.

"titip bentar, buat alleta" jawaban edgar seakan menyambar anggota itu, dia merasa sangat malu.

edgar mengikuti suster itu, hingga dia telah sampai di depan ruangan dokter.

"silahkan mas" edgar mengangguk, lalu mengetuk pintu ruangan itu.

dia pun memasuki ruangan itu, dihadapannya telah ada dokter yang di maksud.

"silahkan duduk" edgar lagi-lagi hanya mengangguk, lalu duduk di kursi tersebut.

"saya hanya ingin menyampaikan kondisi pasien. sebenarnya pasien telah melewati masa kritisnya. saya heran, perkiraan saya pasien akan melampaui masa kritis itu saat hari ke tujuh atau hari ke sepuluh. namun ini baru hari ke tiga pasien sudah sangat membaik, walaupun belum bisa sadar."

dokter itu menghentikkan ucapannya sebentar sambil membaca sebuah kertas yang dia pegang. "sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan, tetapi karena kemarin sempat ada pecahan kaca yang tertancap di salah satu saraf penghubung ke sumsum tulang belakang, itu yang membuat kinerja sarafnya terganggu, sehingga dia tidak bisa menggerakkan otot-otot kakinya. bisa di katakan pasien lumpuh"

egdar terlonjak kaget, tadi dokter itu bilang bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan. apakah kelumpuhan pasien adalah sesuatu yang bisa di biarkan? kita hanya biasa saja tidak boleh khawatir? aneh.

"apakah itu lumpuh total dok?" tanya edgar.

"bisa di kataka seperti itu, karena kemarin letak tertancapnya pecahan kaca itu persis mengenai beberapa saraf. saya belum bisa memprediksi akan ke depannya, untuk saat ini saya baru bisa mengatakan bahwa pasien lumpuh. bisa juga pasien akan mengidap beberapa penyakit, karena daya tahan tubuhnya tidak sekuat dulu."

edgar mengangguk lemah, dalam hatinya dia menyumpahi orang yang telah membuat sahabatnya seperti ini. lihat saja orang itu pasti akan bernasib sama seperti yardan sekarang. "baik dok, terima kasih atas penjelasannya, saya izin keluar dulu"

dokter itu mengangguk, "silahkan"

edgar kembali menghampiri anak bruiser yang ada di depan ruangan yardan dan alleta, "bilang ke semua anggota, nanti malam kita kumpul di markas, kita cari tikus yang lagi sembunyi" ucap edgar dingin.

"tikus bang?? perlu kita apain??" tanya salah satu anak bruiser.

"yardan pasti gak suka kalau orang itu kenapa-kenapa, buat dia merasa bersalah aja. gak perlu di bunuh, cukup siksa mentalnya" terang edgar.

"kita minta persetujuan pak ketua dulu gak?"

"gue yang bakal bilang bang sahya sekalian kumpul nanti malam. gue masuk ke ruangan alleta dulu, kalau ada yang mau masuk ruangan yardan siapa pun itu jangan kasih. kecuali nyokap bokap gue sama inti bruiser" ucapan edgar di angguki oleh semua yang ada disana.

edgar melangkahkan kakinya mendekati alleta yang sedang duduk di atas ranjang, tatapan gadis itu kosong. sebenarnya dia bingung, dia salah atau tidak menceritakan semua rahasia itu pada alleta.

"hai cantik. ngelamun aja" ucap edgar sambil duduk di kursi di sebelah ranjang gadis itu. "kakak bawa makanan buat kamu" sambungnya dengan tangan mengangkat bungkusan plastik yang dia bawa.

alleta menatap edgar, tatapannya masih sendu seperti terakhir kali "aku gak laper kak" 

"kamu harus makan sayang, nanti drop lagi"

"aku mau makan kalau kak yardan juga makan"

"yardan juga makan kok, sumber energi yardan saat ini kan infusan. jadi dia sudah makan dong, nah sekarang giliran kamu yang makan" ucap edgar sambil berusaha membuka bungkus makanan yang dia bawa untuk alleta.

"abis makan kita pulang ya, tadi kakak sempat di telpon bunda kirana katanya tadi ada teman-teman kamu. sama katanya mulai malam ini kamu pulang ke rumah" sambung edgar di akhiri elusan di surai hitam gadis itu.

"kamu cantik al, jangan sampai air mata melunturkan kecantikanmu. kakak berjanji, kakak akan selalu ada untuk kamu" batin edgar. jika saja alleta bukanlah adik sepupunya sudah dipastikan edgar akan memacari alleta. gadis cantik nan polos itu seharusnya tidak boleh disakiti, seharusnya tidak boleh sampai menangis berkelanjutan. boleh kah edgar bepikir dia akan menjalin hubungan lebih dengan alleta? sepertinya tidak akan mungkin.

alleta menggeleng cepat "aku gak mau kak, aku takut sama ayah."

"om andri sudah di beri pelajaran kok sama ayah, jadi kamu gak usah takut"

alleta tidak salah dengar kan? om tio memukuli ayah nya? kalau ayahnya malah balas dendam padanya gimana?

edgar mulai menyendokkan bubur itu lalu menyuapi alleta, "makan yang banyak ya sayang"

edgar menatap alleta, gadis itu seperti kehilangan semangatnya, gadis itu juga terlihat sangat bersalah. maafin kakak al, seharusnya kakak masih sembunyiin itu semua. pada akhirnya kamu kembali merasa tersakiti karena kakak.








hi hi, apakabar semuanya?? maaf aku slow update.

ketahui lah aku sempat sakit beberapa minggu. dan akhir-akhir ini tugas sekolah ku menumpuk sekali, tapi demi kalian aku sempatin update hari ini.

mohon untuk senantiasa memberikan dukungan.

:)

Tudung senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang