19

41K 3.4K 27
                                    

Sore itu Rengganis sibuk di restoran, karena restorannya disewakan untuk acara pernikahan. Wanita itu sejak subuh sudah berangkat dan mempersiapan bahan masakan catering pernikahan itu.

Ini pertama kalinya pernikahan dilaksanakan di restorannya. Wanita itu begitu antusias dalam mempersiapkan semuanya. Ia sebenarnya tidak menyangka mendapatkan tawaran kerjasama dari salah satu WO yang ada di daerahnya. Mungkin ini akan menjadi peluang bisnis untuk kedepannya.

Selain tempat makan, catering, juga menerima sewa tempat untuk pernikahan atau pun acara-acara lainnya. Restorannya memiliki pemandangan yang asri, sejuk, indah, interior yang unik sepertinya akan banyak diminati oleh orang-orang.

Karena kondisi restoran yang sangat ramai dan sedang sibuk-sibuknya. Anak-anak Rengganis tinggal di rumah, beruntung ada Angga sedang libur dan juga Mbak Nana.

Saat pulang dari Kelurahan, Bara disambut oleh tangis Jay. Balita itu lesehan di dapur, wajahnya belepotan dengan butir-butir nasi.

“Kenapa Mbak?”

“Engga mau makan dari tadi siang Pak,” jawab Mbak Nana takut-takut.

Masih menggunakan seragam kerjanya, Bara menggendong anak bungsunya. Pria itu membawa putranya ke ruang tamu.

“Si kembar kemana?”

“Baru mandi sama Mas Angga.”

“Adek mau makan Bakso?”

Bara menawarkan makanan yang pasti tidak akan ditolak oleh anaknya itu. Jay memang sangat menyukai bakso, terdapat bakso langganan mereka yang terletak di dekat rumah di samping taman bermain.

“Mau bakso,” mata balita itu langsung berbinar.

“Ayah mandi dulu, nanti beli bakso sama Kakak juga.”

o0o

            Setelah selesai memakan bakso, Bara mengajak anak-anaknya ke taman bermain yang tidak jauh dari rumah mereka. Angga dan Mbak Nana memilih untuk langsung pulang, karena ternyata pengsuh Jay itu belum sempat salat Asar.

Bara mendorong komedi putar yang sedang dinaiki si kembar dan jay. Setelah puas bermain komedi putar Bara lalu mengayun Jay yang sedang asik duduk di ayunan. Mira yang saat itu sedang joging sore terpana melihat Pak Lurah yang terlihat begitu menyayangi anak-anaknya.

“Sore Pak Lurah. Lagi main sama anak-anaknya?”

“Iya ini Mbak.” Bara mencoba tersenyum, pria itu mengingat pertemuan terakhir mereka yang tidak menyenangkan.

Mira memilih untuk beristirahat, wanita itu duduk di kursi taman yang tidak jauh dari tempat Bara berdiri.

“Yahh dorong lagi, yang kenceng!” perintah Jay dengan riang.

“Jangan kenceng-kenceng kan tadi Adek habis makan bakso banyak. Nanti ndak muntah.”

Karena Bara yang tidak meu mengayun dengan kuat, Jay merasa bosan dan memilih bergabung bersama kakaknya yang asik bermain perosotan.

“Pak boleh ngobrol sebentar?” Mira menggeser duduknya, seolah memberi kode agar Bara duduk di sampingnya. “Setelah kejadian di Kelurahan itu, saya ke rumah Pak Lurah malamnya.”

“Iya istri saya cerita Mbak.”

“Saya menyesal Pak, karena terbawa emosi.”

“Tidak apa Mbak, yang lalu biarlah berlalu.”

Mira menatap Bara, wanita itu mengagumi wajah Pak Lurah yang sesuai dengan pria idamannya itu. Bertahun-tahun ia memendam rasa untuk Pak Lurah. Namun ia malah ditinggal nikah.

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Where stories live. Discover now