37

33.5K 3.4K 64
                                    


Bara memperhatikan Rengganis yang malam ini lebih banyak diam. Semenjak kedatangannya wanita itu hanya mencium tangannya tanpa banyak bicara. Wajahnya pun tampak datar, meskipun ia tetap tersenyum ketika ada yang menyapanya.

“Wah Bara makin hari makin berisi yaa!” goda Tante Lis, salah satu adik dari ibunya.

“Wahh ya biarin aja tho Lis, berarti kan makin bahagia. Sekarang ada yang ngurursi, masakin enak-enak,” jawab ibu Bara.

“Lha iya pantes, apalagi istrinya cantik begini. Makin betah di rumah. Cepet-cepet nambah anak, mumpung kamu masih kuat Bar. Masak besok kalo ketua-an malah dikira kakeknya bukan ayahnya..”

“Doakan yang terbaik buat keluarga Bara aja tante. Sedikasihnya Allah saja,  lagian rumah juga udah rame.”

Bara memaksakan senyumnya lalu menatap istrinya yang hanya diam. Perasaan wanita itu pasti terluka. Mana tega Bara melihat istrinya sedih, diambilnya tangan Rengganis. Digenggamnya tangan wanita itu erat, seolah menguatkannya.

Suasana rumah Bisma masih ramai meskipun acara pertunangan itu sudah selesai, saat ini para kerabatnya masih asik bercengkrama. Rengganis hanya memakan sepotong roti kecil karena tidak napsu makan.

Si kembar sedang asik bermain di teras bersama dengan para sepupunya, sore tadi mereka datang bersama ayahnya. Jay sedari tadi juga mengekori kakak-kakaknya, balita itu tidak mengantuk karena sudah tidur siang.

“Ohh iya Bar kemarin Tante ketemu sama mamanya Gio, dia masih engga ngakuin anaknya Mayang ya? Sampe sekarang Gio sama Mayang juga belum nikah. Sukurin, salah siapa ninggalin suaminya malah milih selingkuhannya yang engga jelas. Ehh sampe sekarang malah engga dinikah-nikahin. Ihh gedheg Tante itu sama perempuan satu itu. Kok dulu kamu mau sih nikah sama dia?”

Tante Anne, adik bungsu dari mama Bara mulai menggosip. Pria itu merasa tidak nyaman dengan pembicaraan tante tantenya itu apalagi membahas mengenai Mayang. Pria itu merasa tidak enak ketika pembicaraan itu dilakukan di depan Rengganis.

“Semua itu udah masa lalu Tan. Bara mau pamit dulu, besok harus berangkat pagi ngurus perkebunan.”

“Loh kok udah mau balik? Itu anak-anak aja masih asik main sama sepupu sepupunya.” tanya mama Bara.

“Besok Rengganis juga harus berangkat pagi ke restorannya Ma. Udah jam 11 juga, anak-anak besok harus berangkat sekolah.”

Rengganis langsung menatap suaminya, ia sama sekali tidak mengatakan pada pria itu jika besok harus berangkat pagi.

“Kalo gitu sekalian tidur sini aja, kalian jarang tidur sini loh.”

Rengganis meringis, wanita itu memang jarang tidur di rumah mertuanya. Ia merasa bersalah.

“Besok Sabtu kami nginep sini Ma. Kan anak-anak besoknya libur, jadi nanti bisa main sama sepupunya.”

Rengganis menjanjikan menginap di rumah mertuanya. Wanita itu harus mendekatkan diri dengan mertuanya. Mama Bara memang wanita lemah lembut dan begitu baik pada menantunya.


o0o


Di perjalanan pulang, Bara berhenti di deretan warung tenda pinggir jalan. Pria itu memarkirkan mobil yang tadi pagi dipakai Rengganis ke rumah mamanya. Sore tadi Bara dan anak-anak diantar oleh Jati, agar pulangnya dapat mengendarai mobil Rengganis.

“Kenapa berhenti?” tanya Rengganis.

Anak-anak sudah tertidur pulas di belakang. Sedangkan Mbak Nana sepertinya juga sudah sangat mengantuk.

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Where stories live. Discover now