26

33.6K 3.3K 97
                                    

Suasana restoran siang itu begitu ramai karena jam makan siang. Rengganis melihat jam tangan Gucci yang melingkari pergelangan tangannya, ia harus menjemput si kembar dari sekolahnya. Namun banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.

Rengganis keluar dari ruangannya, wanita itu mencari Mbak Nana dan putra bungsunya. Sejak tiba di restoran memang wanita itu berkutat dengan laporan keuangan di dalam ruangannya.

"Mbak Nana, Jay dimana?"

"Lagi makan sama Bu Ira, Mbak."

Rengganis memang tidak ingin dipanggil Ibu, ia meminta agar dipanggil Mbak saja.

"Boleh saya minta tolong jemput si kembar? Kebetulan ini masih ada kerjaan yang harus segera saya selesaiin."

"Oh baik Mbak,"

"Pakai mobil restoran aja ya, kasian panas soalnya." Beruntung Mbak Nana dapat menyetir mobil.

Rengganis kembali ke ruangannya, pagi tadi ia meminjam laptop suaminya dikarenakan laptopnya rusak dan tidak bisa menyala. Akhirnya ia menggunakan laptop Bara untuk memeriksa laporan keuangannya.

Beberapa jam kemudian pekerjaannya selesai, Rengganis meregangkan badannya karena merasa pegal. Sejak siang tadi si kembar sama sekali belum menemuinya, mungkin karena tadi ia berpesan agar tidak diganggu dahulu.

Iseng, wanita itu membuka folder-folder yang ada di laptop Bara. Ia menemukan folder foto yang menarik perhatiannya. Selama ini pria itu jarang berfoto, bahkan instagramnya hanya berisi 3 post foto anak-anak dan pemandangan.

Rengganis menahan napas ketika menemukan folder foto dengan nama family, ia tertegun ketika menemukan banyak foto-foto Bara dan Mayang di sana. Jantungnya serasa di remas saat membuka satu persatu foto itu.

Salah satu foto menunjukkan Mayang yang sedang berada di pelukan Bara, Mayang tersenyum menghadap kamera sedangkan Bara mengecup pipinya mesra. Foto foto lainnya banyak menunjukkan kemesraan mereka. Di sana Bara tampak tersenyum bahkan tertawa bahagia, Rengganis tersenyum kecut.

Hatinya terasa perih, namun ia tetap melihat semua foto-foto itu. Bahkan terdapat video yang sepertinya direkam ketika Mayang memberikan kejutan ulang tahun untuk Bara. Wanita itu tampak seksi dengan gaun malamnya, membawa kue tart sembari menyangikan lagu selamat ulang tahun.

Latar tempat video itu sepertinya di kamar mereka, sedangkan kamera diletakkan agak jauh sehingga dapat merekam moment romantis mereka. Pertahanan Rengganis runtuh ketika rekaman itu berlanjut, tampak Bara yang mencium Mayang lalu berlanjut adegan yang lebih intim...

Tangan wanita itu bergetar, sedangkan air mata sudah mengalir deras membasahi wajahnya. Rengganis menutup matanya, tidak sanggup untuk melihat kelanjutan dari rekaman itu. Ditutupnnya laptop itu dengan kasar, ia terisak memgangi dadanya yang terasa sesak.

Mengapa pria itu masih menyimpan semua foto dan video rekaman kebersamaannya dengan mantan istrinya? Rengganis tidak bisa berpikir dengan jernih, wanita itu mengusap wajahnya ketika si kembar menyeruak masuk ke dalam ruangannya.

"Bun, ayoo pulang! Ayah udah jemput!"

Memang tadi mereka berangkat diantar oleh Bara, sekalian pria itu ke Kabupaten. Ia berjanji untuk menjemput mereka sore itu.

Jejak air mata dan matanya yang sembab tidak bisa wanita itu sembunyikan dari si kembar dan pengasuhnya. Seketika mereka terdiam, Rengganis memaksakan senyumannya, wanita itu memasukkan latop ke dalam tas lalu berjalan keluar ruangannya untuk kembali pulang ke rumah.

"Bunda kenapa nangis?" tanya Dewa takut-takut.

"Ohh tadi Bunda liat film, sedih banget ceritanya jadi Bunda nangis deh." Rengganis mengusap kepala Dewa menggandeng mereka untuk segera menuju mobil.

"Kok Bunda engga ajak-ajak sih nonton filmnya. Kata Mbak Nana Bunda sibuk, kok malah nonton film!" Dewa protes karena tidak diajak menonton film bersama, Rengganis tertawa getir. Film yang dilihatnya tadi memang terlalu menyedihkan untuknya.



o0o



Bara keluar dari kamar mandi, ia menggosok rambut basahnya dengan handuk. Pria itu menemukan istrinya yang sudah tertidur di ranjang mereka. Jam masih menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tidak biasanya Rengganis tidur awal.

Selama perjalanan pulang pun tadi wanita itu lebih banyak diam dan menatap pemandangan perbukitan kebun teh. Ia hanya kan menjawab seperlunya jika Bara bertanya.

Karena masih terlalu sore untuk dirinya tidur, Bara memutuskan untuk ke perpustakaan yang ada di rumahnya. Ia memang mengoleksi banyak buku, sehingga membuat ruangan khusus untuk buku-bukunya yang sekaligus ia gunakan sebagai ruang kerja. Kadang Angga pun menggunakan ruangan itu untuk belajar.

Tidak terasa Bara telah menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku di perpustakaan. Saat ini tenyata sudah tengah malam, karena sudah mengantuk dan besok harus kembali bekerja Bara memutuskan untuk segera istirahat.

Bara berbaring di samping istrinya, pria itu menyerngit bingung saat menemukan jejak air mata di wajah Rengganis. Ia pikir mungkin wanita itu bermimpi buruk sehingga menangis dalam tidurnya.

Ia memeluk tubuh Rengganis, memberi wanita itu kenyamanan agar tidurnya lebih nyenyak. Bara mengecup puncak kepala Renganis, menghirup dalam dalam aroma shampo wanita itu.

Saat pintu kamarnya dibuka Rengganis langsung menutup matanya, pura-pura tertidur. Ia sadar Bara berbaring di sampingnya dan merengkuh tubuhnya. Wanita itu menahan diri agar tidak terisak.

Sejak tadi memang ia memang hanya pura-pura tidur, wanita itu masih belum siap untuk berinteraksi dengan suaminya. Ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Rasanya menyesakkan melihat potret bahagia suaminya dengan wanita lain, meskipun wanita itu hanya masa lalunya. Rasanya tidak rela membayangkan suaminya mencium dan mencumbu wanita lain, rasanya menyakitkan.

Mengapa Bara masih menyimpan semua kenangan itu? Apakah pria itu masih sering membuka buka folder itu, mengenang kebersamaannya dengan mantan istrinya.

Apa alasan Bara tidak kurang menyukai pembicaraan mereka mengenai Mayang karena sebenarnya pria itu masih sakit hati dikhianati oleh wanita yang dulu ia cintai? Apa sebenarnya pria itu belum merelakan Mayang dengan pria lain?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Rengganis. Membuatnya semakin tenggelam dalam kesedihan.

o0o



Pagi itu rumah keluarga Bara tidak seramai biasanya. Angga memang sudah berangkat ke Yogyakarta, remaja itu setelah mendapatkan SIM nya tanpa nyongok-menyogok. Angga langsung meminta izin ke orang tuanya untuk berkendara menggunakan motor barunya ke Yogyakarta.

Rengganis pagi ini pun menyiapkan sarapan dan keperluan anak serta suaminya dalam diam. Wanita itu menghela napas panjang, saat ini sedang sibuk menyiapkan bekal bento untuk si kembar.

"Yah Bunda mau izin ke Jogja bareng Kelana, kebetulan dia baru ada di Solo semalem."

Rengganis meletakkan kopi di depan pria itu, Bara menatap istrinya. Entah mengapa ia merasa jika wanita itu menghindari tatapannya. Namun karena saat ini sedang berada di depan anak-anaknya, Bara menahan diri untuk tidak bertanya.

"Ngapain ke Jogja Bun?"

"Bantuin Angga beli perlengkapan apartemen, kan banyak yang harus dibeli."

Rengganis duduk di seberang Bara, wanita itu gantian menyuapi Jay yang sedang duduk di baby chair.

"Kenapa engga nunggu hari Sabtu atau Minggu aja, biar barengan ke sana."

"Kelamaan, kasian dia. Kebetulan Mama tidur di rumah Eyang, jadi nanti si kembar sama Jay bisa dijagain Mama."

Bara menyerngit, ia sebenarnya kurang suka dengan rencana istrinya itu. Namun melihat koper yang ada di ruang tamu membuat pria itu menghembuskan napas pasrah, menuruti keinginan Rengganis. 













Gimana? Gimanaaa?

Yuk jangan lupa vote, comment, & follow  @Lembayunsenj  yaaa 

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Where stories live. Discover now