001 || Reset, Halilintar ❥

5.8K 308 37
                                    

✯ Kalau kamu malas, berarti kamu engga rajin ✯

★ ★ ☯ ★ ★

BUGH!

Terdengar isakan, dibarengi suara benda tumpul beradu dengan benda lain hingga timbul erangan. Pelaku yang menghantam benda itu mengusap wajahnya sekilas, wajahnya basah baik karena tangis dan keringat. "Kenapa? Aku selalu menganggap kakak yang terbaik, hanya aku yang rela mengunjungi kakak saat saudara lain sudah lelah dengan sikap kakak. Tapi? Ini salahku, aku terlalu buta untuk menyadarinya."

Halilintar-sosok yang terbaring lemah itu tidak bisa melakukan apa-apa saat sang adik-Taufan, mengangkat tubuhnya dengan bola angin dan menghantamnya ke dinding ruangan. "A-aku, iya, aku memang membunuhnya. Dan apa itu tangis yang aku lihat di wajahmu, Taufan? Jika kau akan berdiri sebagai kakak tertua setelahku, kau harus kuat untuk menghukum pengkhianat."

Decihan keluar dari sosok pemakai kacamata, ia melipat kedua tangannya dengan mata cahaya yang terus mengarah pada sosok 'pengkhianat'. "Setelah apa yang terjadi, kau tidak merasa salah atas semua perbuatanmu? Bejat! Habisi saja, kak Taufan! Aku-kami, sudah muak dengannya!"

Walau secara angka, Taufan adalah nomor dua yang pantas setelah Halilintar, nyatanya Gempa sebagai nomor tiga mengambil alih apa yang menjadi kekuasaan kerajaan mereka. Lagipula, Taufan sendiri yang mengatakan ia tak sehebat Halilintar dan Gempa urusan memimpin, antara si dingin dan si tegas. Gempa, lelaki itu menatap mahkota kerajaannya, sudah tidak ada lagi nama Kerajaan Elemental akibat sang kakak.

Kekuatan Halilintar sudah habis melawan sang raja-Retak'ka beserta bawahannya. Bagaimana ia bisa melawan keenam adiknya? Mereka kuat, tak bisa dipungkiri, dan Halilintar yang lemah usai bertarung dengan Retak'ka tak mampu melawan mereka berenam sekaligus.

Taufan adalah sosok adik periang, ia seringkali mengunjungi dan tak menyerah mencoba menjalin silaturahmi dengan sang kakak. Namun, orang yang sama itu kini telah berdiri di hadapan Halilintar, menyiapkan serangan dengan bola angin andalannya. Halilintar tahu, bagi Taufan ini adalah hal berat, ia paling tidak menginginkan semua berakhir seperti ini. Sosok kakak panutan, tapi setelah ini Halilintar bukan panutan lagi.

Terutama bagi Taufan.

"Tamat."

"Eh? Baru juga datang!" protesku tidak terima, padahal baru ditinggal sebentar untuk ambil cas ponsel. "Sad ending? Banyak readers yang kurang sreg sama ending begitu. Katanya buat novel kali ini bakal happy ending?"

Respon pertama yang kudapat adalah tawaan, ia-gadis berambut coklat dengan mata ocean itu menyimpan kembali bukunya. Benar, dialah si penulis, lantas ia mengeluarkan benda pipih nan besar bernama laptop. "Aku bikin alternative ending, lagian aku keseringan nyiksa tokoh."

Sadar diri juga. Bukannya aku melarang, tapi aku dibuat gemas sendiri dengan akhir cerita di mana si tokoh utama terlalu menderita. "Ending alternatif di mana tokoh utama bisa bahagia sama adik-adiknya?" tebakku, agak nawar juga karena aku bersimpati dengan tokoh Halilintar.

Gadis itu tersenyum.

"Aku engga ngejanjiin banyak, ya."

★ ★ ☯ ★ ★

Sial.

Siapa yang sial? Tentunya aku.

Terbangun sebagai tokoh utama dalam kisah fantasi murahan yang dibuat sahabatku. Oke, mungkin tidak begitu murah, tapi rasanya tidak afdol memuji karya sahabat tanpa mencampuri bumbu-bumbu hinaan di dalamnya. "Halilintar?" Nama itu refleks keluar, aku menatap diriku nanar di depan kaca dan langsung berdecak.

RESET ➜ HALILINTAR [COMPLETED ✔]Where stories live. Discover now