3. Jalan Pintas

165 30 0
                                    

"Bagaimana?"

"Tidak tahu, dia selalu ada di rumah. Mengurus ini itu sampai aku saja bingung kenapa dia sangat sibuk." Heesoo menghembuskan napasnya lelah.

Aku dan Heesoo setelah pulang dari perjalanan ke puncak memutuskan untuk menyelidiki Justin. Jika dia bagian dari kastil pasti ada saatnya dia tak ada di rumah. Sayangnya dia selalu mengurusi kami. Khusunya ayah dan ibu yang banyak permintaan.

"Kalian mau jalan-jalan? Ada peternakan domba yang tidak jauh dari sini." Justin menawar sesuatu yang bermanfaat.

Peternakan domba cukup menarik! Aku bisa bertemu teman Heesoo disana.

"Sungguh?"

"Iya, lihat saja. Tapi aku hanya bisa mengantar, aku akan beli bahan makanan bersama ayah dan ibu kalian." Justin mengambil kunci mobilnya.

Aku mengangguk senang, mungin saja aku akan bertemu orang asing seusiaku. Heesoo juga terlihat senang tidak tinggal di rumah terpencil ini lagi. Aku memoles wajahku dan memakai pakaian bagus. Tidak masalah jika hanya melihat domba aku harus terlihat cantik dimata Justin dan lainnya.

Kupikir akan lebih lama dekat dengan Justin, dia sangat menjagaku sebagai tamunya. Mungkin dia sudah punya kekasih, aku jadi merasa kecil hati. Apalagi dia sangat tampan, pasti yang menyukainya sangat banyak. Aku sudah kalah saing.

"Heesoo?"

"Apa?"

"Sepertinya Justin bukan dari kastil itu."

"Kenapa? Kau sudah menyerah karena dia tampan?" Heesoo nampak terkejut.

"Bukan!"

"Lalu apa? Ayolah, kak. Kau bahkan bisa menemukan laki-laki yang lebih tampan dari Justin."

"Dia tipeku banget tahu! Tinggi, tampan, penyayang, perhatian, dan dia sangat dewasa. Mana mungkin aku berpikir dia bagian dari kastil tua itu. Tidak, ah. Sudahlah, mungkin kamera itu rusak."

"Hah, baru saja aku menjadi detektif. Kau ini jangan melihat dari luarnya saja, siapa tahu dia psikopat gila."

"Itu hanya di otakmu saja."

"Heh... Jika suatu hari nanti kau bertemu pria, kau harus melihat di dalam hati dan pikirannya juga. Mereka itu bisa saja terlihat kalem tapi otaknya buas. Atau yang terlihat seperti serigala kelaparan ternyata hatinya lebih rapuh dari biskuit."

Dia belajar darimana?

Anak kecil ini terlalu ikut campur urusan orang dewasa. Lagipula, aku kan hanya percaya jika melihat secara langsung.

🌹🌹🌹

"Fotokan aku!" Aku berdiri di tepi pagar pembatas.

Banyak sekali domba yang berlarian kesana kemari. Aku bahkan tak bisa menghitung seberapa banyak yang dipelihara disini. Pasti jika hilang satu tak ada yang tahu.

"Kenapa disini sepi sekali?"

"Hah? Sepi apanya? Lihat dombanya mungkin lebih dari 100 ekor." Aku menunjuk banyak domba yang tengah memakan rumput atau berlarian tak tahu arah. Mereka seperti awan yang berkumpul dan kadang menyebar. Itu lucu sekali.

"Tentu saja orang bukan hewan, aku sudah menyiapkan kosa kataku. Tapi hanya ada kita disini."

"Benar juga, aku bersiap juga untuk menggaet satu laki-laki."

"Dasar genit!"

"Hey, kau juga kan? Kenapa kau memakai jas dan sepatu seperti itu?" Aku menelisik pakaian Heesoo kelewat rapi dan wangi. Bahkan dia pasti memakai parfum sebotol penuh.

The Number : The Castle ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang