33. Sendirian

69 19 0
                                    

"Alexander!"

"Jieun?"

"Aku ingin meminta sesuatu darimu."

"Apa yang kau ingin? Apa kau ingin buah strawberry lagi?"

"Tidak, aku ingin kau wajah adikku. Apakah kau bisa?"

Aku hanya tidak ingin melupakan wajah Heesoo. Jika aku melihatnya, aku pasti akan mengingat kenanganku bersama keluargaku. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk terus mengingat wajah mereka diingatanku. Alexander tersenyum dan menuntunku untuk duduk. Musim gugur ini, apakah Heesoo sudah kembali ke Korea? Apakah dia mengatakan pesanku pada ayah dan ibu? Aku menatap hamparan kebun milik Alexander, sebentar lagi semuanya akan tertutupi dengan salju putih dan dingin.

"Apa aku juga harus melukismu juga?"

"Iya. Jika kau mau."

"Aku akan melakukannya, bisakah kau duduk disini dan tersenyum?"

"Ah... Iya."

Apakah seperti ini? Aku tersenyum pada Alexander, aku juga tidak ingin senyuman yang tulus dariku. Mungkin suatu hari nanti aku melupakannya.

"Berapa lama aku harus seperti ini?"

"Cukup lama. Bertahanlah!"

Cukup lama itu seberapa lama? Alexander menatapku dan kanvas besar bergantian. Aku cukup diam dan tersenyum padanya saja. Aku ingin hasilnya sangat indah untuk kukenang.

"Jieun? Kau disini?" Joseph muncul dan berjalan mendekati Alexander.

"Jangan mengganggu kami! Kau memiliki waktumu sendiri!" Alexander fokus pada hal apa yang dia lukis.

Aku ingin segera melihatnya!

"Untuk apa kau membuatnya Jieun?" Tanya Joseph.

"Aku ingin saja!"

"Sudah, kau bisa bergerak Jieun."

Aku mendekati Alexander dan melihat bagaimana dia melukis wajahku. Aku bisa melihat gambaran besar wajahku dan wajah Heesoo walaupun dia belum menyelesaikannya. Aku cukup senang bisa melihat hasil besarnya nantinya.

"Jika lukisannya telah selesai, aku akan memberitahumu!"

"Terima kasih, Alex. Aku tidak tahu apa yang bisa kuberikan padamu untuk membalas ini. Aku sangat menunggu lukisan darimu."

"Bagaimana dengan minum teh tiap sore dan mengunjungi rumah kaca ini?"

"Baiklah!"

Jika hanya minum teh dan mengunjungi rumah kaca ini. Aku bisa melakukannya sesering mungkin. Di dalam kastil aku hanya akan merasa sesak tiap kali berada disana. Tempat ini juga membuatku mengingat kenangan baik.

"Jieun, apa kau sudah selesai? Bagaimana dengan bermain denganku hari ini?" Joseph menarik tanganku.

"Bermain?"

Heesoo sudah tidak ada lagi di tempat ini. Mungkin Joseph akan sangat merasa kesepian jika tidak memiliki teman lainnya yang bisa diajak untuk bermain. Aku juga tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Masih banyak hal baik yang bisa kulakukan di tempat ini. Aku cukup bersenang-senang saja dan melupakan masalahku. Aku menggenggam tangan Joseph, jika aku baik kepada mereka, mereka juga akan memperlakukanku dengan baik juga.

"Ayo, Joseph!"

🌹🌹🌹

"Jo, apa aku akan baik-baik saja?"

Kenapa aku sendirian di atas kuda ini? Bagaimana jika aku terluka? Aku melihat wajah Joseph yang tersenyum. Apa ini menyenangkan baginya?

"Jo?"

"Tidak apa-apa!"

"Tidak mau! Kau harus bersamaku! Jo!"

Summer memang jinak, tapi tetap saja dia kuda dan aku tidak bisa menungganginya. Bagaimana jika kuda ini memberontak dan membuatku terjatuh? Bagaimana jika aku terluka? Aku tidak mau! Katanya dia akan mengajari cara menunggang kuda tapi kenapa dia justru melepaskanku? Aku belum siap!

"Jo?"

"Baiklah!" Joseph naik ke atas kuda.

"Jangan melakukannya lagi! Aku tidak siap jika harus sendirian disini."

"Apa aku takut?"

"Apa kau sedang bermain-main denganku? Jika terus begini aku tidak mau lagi bermain denganmu!"

Lebih baik aku bersama Alexander saja atau Hendrik. Aku mendapatkan makanan enak dan lezat bersama mereka berdua. Joseph terkekeh dibelakangku dan memegangi kedua tanganku erat.

"Kau harus memegangnya seerat mungkin, percayalah pada Summer. Dia kuda yang baik dan bisa diandalkan."

"Hmm..."

"Aku akan mengawasimu! Cobalah sendiri."

Semoga saja aku tidak menimbulkan masalah padaku dan Joseph. Aku memacu kuda perlahan-lahan. Sangat pelan! Mungkin orang berjalan akan memang melawan kecepatan kuda ini. Aku tidak boleh membuat kami terluka! Keselamatan adalah nomer satu!

"Jieun, apa kau akan terus seperti ini?"

"Iya!"

"Pfttt..."

"Jangan tertawa Joseph! Aku sedang berusaha agar kita berdua tidak jatuh!"

"Benar, tapi bagaimana caramu belajar jika tidak terjatuh? Seseorang akan bisa melakukan sesuatu, mereka harus terjatuh dan gagal terlebih dahulu. Kita tidak akan terluka, aku bisa memastikannya!"

"Apa?"

Sebelum aku menjawab Joseph, Joseph memegangi tali dan memacu kuda lebih cepat. Detik berikutnya dia melepaskan tangannya begitu saja. Mungkin harusnya aku tidak meminta Joseph mengajariku.

"Joseph!! Kau gila!"

"Hahaha... Kau bisa Jieun!"

Tidak! Aku tidak bisa!

Aku mencoba menghentikan kuda agar tidak menabrak orang-orang yang sedang berjalan. Kuda ini tidak aku berhenti! Apa yang harus aku lakukan agar kuda ini diam kembali? Joseph sangat menyebalkan!

"Jo! Jo!"

"Cobalah untuk tenang! Jika kau panik, kuda ini juga akan panik."

Tenang? Aku bisa tenang disaat kuda ini terus berlari tidak tahu arah? Aku sama sekali tidak ingin panik, tapi aku tetap panik!

"Vincent! Menyingkirlah!" Kenapa tiba-tiba Vincent berdiri disana?

Aku menutup mataku sesaat semuanya terjadi sangat cepat. Aku sangat takut untuk mengetahuinya! Tubuhku seperti terhempas dan mengenai seseorang. Tetapi, kenapa aku tidak merasakan sakit sama sekali?

"Siapa yang mengajarimu berkuda seperti itu?"

Xander? Aku membuka mata dan melihat Xander yang memelukku.

"Hmm? Xander!" Aku memeluk Xander ketakutan. Aku tidak mau lagi berkuda bersama Joseph! Katanya dia tidak mau membuat kami terluka! Kenapa aku? Tunggu dimana Joseph dan kuda itu? Apa yang terjadi pada Vincent?

Aku melihat sekeliling dan melihat sekitar. Kenapa mereka baik-baik saja? Joseph sedang menangkan kuda dengan Vincent yang sedang memarahinya. Kenapa mereka tidak terluka? Kenapa justru aku yang terjatuh disini? Xander mendengus dan membantuku berdiri.

Mereka memang bukan manusia, tapi kondisi ini sangat tidak normal.

"Ada apa?"

"Tidak ada!"

Mungkinkah hanya perasaanku? Sebelum aku sempat menutup mata, aku melihat Vincent yang mengangkat tangannya kearahku. Secara jelas aku melihatnya. Dia menghentikan kuda itu.

🌹🌹🌹

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Number : The Castle ( END )Where stories live. Discover now