11. Mereka

103 23 0
                                    

Aku menghabiskan hampir setengah kue sendiri. Hendrik tak memakannya, katanya dia tak terlalu suka kue tapi dia suka membuatnya. Kami bercerita banyak hal, aku hanya menceritakan kenapa aku menyukai kue Strawberry. Karena ini kue pertama ayang dibeli ibu untukku. Saat itu aku menjadi pecinta kue ini.

Hendrik menceritakan mengenai mereka, Andreas dan Vincent banyak mengurusi masalah kastil dari luar atau dalam. Mereka tak bisa dipisahkan. Christopher mengurusi medis di tempat ini. Awalnya kukira dia tabib, tapi kata Hendrik dia seorang dokter dengan lisensi. Aku jadi curiga mereka juga dari dunia luar yang terpaksa tinggal di kastil. Alexander lebih membuatku terkejut, dia mengurusi semua taman dan lahan di kastil. Dia mencintai tanaman sampai membangun rumah kaca khusus. Aku belum pernah kesana.

Joseph mengurusi peternakan yang ada, kata Hendrik dia ahli segala binatang. Aku hanya tertawa karena memang benar kan. Dia punya kuda diurusnya dengan baik. Terakhir Xander, aku tak yakin dia kepala keamanan. Dia lebih mirip penjahatnya.

Intinya mereka punya tugas penting di kastil. Yang tak ku mengerti, apa mereka punya rakyat? Di luar kastil entah kenapa terlihat sepi. Aku belum bertanya pada Hendrik. Lagipula aku juga tak boleh keluar.

"Kak, Alex mengundangmu minum teh di rumah kaca. Kau mau tidak?"

"Hmm, kapan?"

"Malam ini."

"Denganmu kan?"

"Aku? Hmm, aku punya banyak rencana di kastil ini. Aku juga sudah seharian main dengan Joseph. Kau takut?"

"Takut? Mana mungkin seorang Han Jieun takut."

Aku menyibakkan rambutku, dia pikir aku takut? Yang jelaslah, aku juga belum mereka seutuhnya. Jika mereka berbahaya bagaimana? Dulu jika temanku mengenalkan seseorang padaku, aku akan bertanya dengan rinci siapa dia. Atau mengecek sosial medianya dulu. Tidak mungkin aku tiba-tiba akan kencan dengan orang yang masih abu-abu.

Ini kan bukan kencan! Mungkin hanya acara seperti Hendrik tadi. Kurasa begitu, aku tak perlu khawatir berlebihan.

"Datanglah nanti. Alex ingin sekali bicara padamu, matanya sepertinya rusak. Apa tak ada wanita di kastil seluas ini?"

"Mungkin dia tahu aku wanita yang menarik." Aku tersenyum senang.

"Tapi, kak. Mereka itu aneh, aku sudah mengeceknya sebelum kau berurusan dengan mereka."

"Kenapa kau melakukannya?"

"Perasaanku tidak enak saat kemari. Setelah kuselidiki, ada banyak hal yang mereka simpan. Contohnya kenapa mereka menyembunyikan kastil ini dari dunia luar?"

"Hmm, apa mereka menyimpan harta karun?"

Karena lukisan emas itu aku berpikir merek pasti punya ruangan yang penuh dengan emas dan benda berharga lainnya. Selain itu mereka punya kastil yang begitu megah dan mewah. Biaya perawatan sangat mahal apalagi harus membayar para pelayan.

"Bukan, mereka bukan manusia!"

Degg...

Lalu apa?

"Hantu?" Itu tak mungkin. Percayalah tubuh mereka bisa kusentuh.

"Mereka bisa makan dan tidur. Mereka bukan hantu. Yang jelas mereka juga bukan manusia." Heesoo begitu jujur mengatakannya.

Aku menjadi merinding sendiri, iya juga yang dikatakan Heesoo. Untuk apa juga mereka punya kastil dan pelayan istana? Apa ini semacam kerajaan? Tidak mungkin mereka bangsa siluman yang hidup bertahun-tahun silam. Kecuali...

"Atau mereka..."

"Jieun."

Kami terkejut saat Andreas memanggilku. Tiba-tiba saja dia ada di lorong yang sama. Aku melirik Heesoo yang telihat biasa saja. Anak itu tak punya takut?

The Number : The Castle ( END )Where stories live. Discover now