14. Tolong

122 28 0
                                    

Seorang ibu datang membawa anak digendongannya. Mereka terluka terutama anak itu yang berlumuran darah. Darahnya sampai menetes di lantai. Sangat mengerikan. Aku melepaskan pegangan Heesoo dan menariknya ikut membantu. Kami harus menolong.

Setidaknya kami bisa membantu sesuatu nantinya.

"Dengar, kita harus membantu mereka. Kita tak boleh takut untuk situasi ini, anggap saja seperti kita tanggap bencana. Apa kau mengerti?"

"Ta-pi, aku takut." Tubuh Heesoo masih bergetar.

"Aku juga, Heesoo ayo lakukan."

Aku membawa ibu itu menemui Christopher. Ternyata lebih banyak korban yang ada. Dia nampak sibuk dengan para pelayan yang tak henti-hentinya membantu.

"Tolong, anakku terluka dipunggungnya." Aku membantu membaringkan tubuh anaknya. Darahnya begitu banyak sampai tanganku berwarna merah. Tanganku tak bisa berhenti bergetar, ada rasa takut yang tiba-tiba hinggap padaku.

Christopher bergegas membuka punggung anak kecil. Ada luka mirip cakaran tapi sangat besar dan parah. Bahkan ini bukan seperti luka binatang biasa. Seberapa sakitnya anak ini?

"Lukanya dalam, aku harus menjahitnya. Jieun, bisa kau membantuku?" Christopher membersihkan tangannya dan mengambil sarung tangan baru.

"Apa Chris?"

"Aku akan melakukan operasi, bantulah yang lain."

Aku mengangguk dan membersihkan diriku lebih dulu. Aku menggulung rambutku dan membantu orang yang perlu dibantu. Mungkin aku tak bisa banyak karena aku tidak terlalu mengerti medis tapi setidaknya aku bisa merasakan mereka butuh pertolongan segera.

"Nona, apakah ada air. Kakekku kehausan."

Tanganku berhenti membawa baskom untuk operasi. Aku segera mengangguk dan membawa baskomnya pada Christopher. Kakiku lantas berlari ke dapur. Hendrik berada di tengah pelayan. Dia lebih sibuk dari biasanya. Diluaran sana banyak orang membutuhkan makanan dan minuman.

Aku mengambil sendiri air minum dan memberikannya pada seorang kakek yang terlihat kelelahan.

"Terima kasih, nak."

"Sama-sama."

"Nona, anakku juga perlu minuman." Seorang ibu mengangkat tangannya.

Hampir setengahnya juga mengangkat tangan mereka. Aku tersenyum canggung dan mencoba mendengar apa yang mereka butuhkan. Setengah jam aku berlarian kesana kemari. Rasanya tak ada henti-hentinya orang yang meminta bantuan. Kami kekurangan tenaga.

"Jieun."

Aku menatap Andreas, dia menghentikan langkahku untuk memberikan tumpukan kain bersih.

"Iya Andreas?"

"Istirahatlah, aku akan membawanya."

"Tidak, kau pasti juga lelah. Aku akan mengantar ini."

Baju Andreas penuh dengan darah dan lumpur. Mana bisa aku memintanya membawa ini ke orang-orang. Dia juga lelah mengurusi kekacauan yang ada. Seberapa banyak serigala liar yang masuk? Mungkinkah gerombolan serigala kelaparan? Jika iya, itu lebih dari cukup untuk memporak-porandakan tempat ini.

"Kakak, makanlah sedikit."

Heesoo memberikanku roti dan sup. Aku tersenyum dan mengambil sesuap darinya.

"Ini enak, aku akan mengantar ini. Makanlah."

Aku membagikan kain bersih dan memberikan sebagian pada Christopher. Katanya dia butuh untuk operasi. Dia bisa mengoperasi lebih dari 10 orang. Banyak yang terluka dalam bahkan ada yang sampai tersobek dibagian perutnya. Sebenarnya aku hampir muntah tak kala melihat apa yang Christopher kerjakan. Tapi itu tak sopan ketika keluarganya menunggu.

The Number : The Castle ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang