22. Semesta Ikut Merayakannya

15.5K 3.5K 700
                                    

Ada yang udah kangen sama Hiro?

Yang nemu cerita ini di tt angkat tangan

Happy Reading

Tiga hari Hiro lelap di ruangan perawatannya, selama itu juga Oliver tidak keluar rumah sekalipun untuk sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari Hiro lelap di ruangan perawatannya, selama itu juga Oliver tidak keluar rumah sekalipun untuk sekolah. Ia sudah ditegur oleh Mamanya berkali-kali, tapi yang Oliver lakukan hanya memasang ekspresi datar sambil menatap kosong ke depan. Seperti sekarang, ketika ia  duduk di kursi meja makan bersama piring nasi yang tidak disentuh sama sekali. Mamanya hadir dan mematutkan diri di sebelahnya.

"Guru kamu sudah telepon tiga kali ha--"

Belum selesai Mamanya bicara, Oliver sudah beranjak lebih dulu. Mau tidak mau, Lacey bangkit dan menarik lengan anaknya agar berhenti. Oliver segera berbalik lantas menghentakkan tangan hingga genggaman Mamanya terlepas. Ia memandang wanita itu marah. Benar-benar marah sampai tangannya terkepal dan rahangnya mengeras.

"Kamu sudah tidak sekolah tiga har--"

"Aku nggak mau sekolah!" Napas Oliver naik turun. Matanya berair. "Aku nggak bakal ninggalin Hiro sendirian! Aku nggak bakal biarin kalian nyakitin dia lagi! Terutama Mama!"

Setelah berkata seperti itu, Oliver berlalu dengan langkah begitu cepat tanpa sedikitpun melihat Mamanya kembali. Wanita itu memanggil berulang kali, tapi Oliver terlanjur menapaki tangga dan naik ke lantai dua. Ia masuk ke kamar Hiro yang mulai hampa setelah tiga hari ditinggal pemiliknya.

Oliver tersenyum sedih ketika melihat pintu yang terhubung dengan balkon terbuka, lalu ia melangkah ke sana dan melakukan apa yang biasa Hiro lakukan. Duduk di tempat itu dan mendongak menatap langit.

Masih seperti kemarin malam, tidak ada bintang atau pun bulan. Langit gelap, dipenuhi gumpalan awan hitam. Seakan merayakan kesedihan Oliver, hujan turun tak lama setelahnya. Perlahan-lahan, lalu menjadi lebat seiring waktu berlalu.

"Lihat, Ro, langit aja sedih kalau lo sakit." Lagi-lagi Oliver tersenyum perih seraya mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Kemudian dia peluk dirinya yang kedinginan. Oliver yakin, jika Hiro ada di sini sekarang, anak itu pasti akan mengomel dan menyuruhnya segera masuk.

Jika tadi Oliver hanya menangis tanpa suara, sekarang ia terisak hebat bersamaan dengan suara gemuruh di atas sana. Ia memiliki teman, tapi tetap kesepian ketika Hiro tidak ada. Padahal Oliver masih bisa menemui saudaranya, namun, rasanya tetap berbeda karena anak itu masih belum membuka mata. Masih belum bisa tersenyum ke arahnya.

Oliver larut dalam kesedihan sampai-sampai tidak menyadari jika di dekat pintu balkon, Elios berdiri menatapnya prihatin. Pria itu ingin mendekat tatkala tangisan putranya kian hebat, tangannya terkepal, ia diam di tempat beberapa lama sebelum kemudian mundur dan pergi dari sana. Ego yang terlalu besar membuat Elios berlalu dengan cepat bahkan sebelum mengucapkan sepatah kata pun pada putranya.

Belenggu Hiro |Haruto| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang