O.6

1K 207 49
                                    


Plak!

"Aw! Sakit anjir!"

"Katanya disuruh tabok." Ujar Junkyu, Jaehyuk mengusap-usap pipinya yang baru saja ditabok Junkyu, "Kan bercanda! Biar dramatis aja."

Tak menghiraukan ucapan Jaehyuk, Junkyu kini beranjak dari tempatnya lalu mulai berjalan kedepan, matanya menatap kearah pohon-pohon disekelilingnya dengan tatapan memuja, apalagi suasana hutan didepannya ini sangat sejuk dan indah.

"Kok bisa ada hutan didalem lemari?" Tanya Jeongwoo, dirinya menghampiri Junkyu yang masih melihat-lihat keadaan sekitar.

"Kak," Panggil Haruto kearah Asahi, Asahi menoleh kearahnya lalu menaikkan satu alisnya, "Kayak di dunia anime gak sih?" Lanjut Haruto.

Asahi memutar bola matanya bosan kemudian  beranjak dari posisinya, "Baka janai no."
(Trans : bodoh)

"Woi jun! Jangan jauh-jauh nanti ilang!" Seru Jaehyuk sambil mengejar Junkyu dan Jeongwoo yang sudah pergi entah kemana, Asahi ikutan berlari mengikuti Jaehyuk meninggalkan Haruto sendirian ditempatnya.

"Kak tungguin!" Haruto buru-buru beranjak dari tempatnya kemudian berlari mengejar yang lain.

⊱⋅ n a r n i a ⋅⊰

Mereka berlima sudah berjalan terlalu jauh dari tempat awal mereka datang, nampak kelimanya tidak sadar dan tetap melanjutkan perjalanan mereka tanpa tujuan tertentu.

"Ini real gak sih? Otak gue masih mencerna apa yang terjadi." Sahut Jaehyuk, keempatnya bertatapan dengan pandangan yang tidak dapat diartikan.

"Ril min." Jawab Jeongwoo, ketika tangannya mencoba menyentuh daun pohon cemara disekitarnya, dia juga mencabut daun tersebut lalu memberikannya pada Junkyu, "Woah iya bener, ril ini, no fek fek." Ujar Junkyu.

Srak.

"Diem." Keempatnya berhenti berjalan ketika mendengar suara Asahi, mereka terdiam untuk beberapa saat. Karena bingung dengan apa yang dilakukannya, Haruto membuka suaranya, "Kenap—"

"Nunduk!"

Spontan mereka semua menunduk mendengar teriakan Asahi.

Syut.

Jleb.

Tiba-tiba saja, ada sebuah anak panah yang lewat diatas mereka lalu tertancap disalah satu pohon cemara sebelah Jeongwoo, Jeongwoo menahan nafasnya, hampir saja anak panah itu menacap kepalanya jika saja Asahi tidak menyuruhnya untuk menunduk.

"Lari!" Seru Asahi lagi, dia menarik tangan Jaehyuk, sedangkan Jaehyuk spontan ikutan menarik tangan Haruto disebelahnya, Haruto juga spontan menarik tangan Junkyu dibelakangnya, dan Junkyu dengan cepat menarik tangan Jeongwoo sehingga membuat pemuda itu oleng kedepan.

"Kejar mereka!"

Sebuah suara berat terdengar dari arah belakang, bersamaan dengan suara tapak kaki kuda, Jeongwoo menoleh kebelakang, seketika matanya melotot lebar ketika melihat ada banyak pasukan berkuda sedang mengejar mereka dengan senjata ditangannya.

"Woi woi! Mereka bawa senjata!" Ujar Jeongwoo, kelimanya semakin mempercepat laju lari mereka, mulai berlari entah kemana dengan Asahi yang memimpin.

"Ini kenapa kita dikejar?!" Tanya Haruto sambil berlari.

"Ya mana gue tau?!" Sahut Junkyu dibelakangnya, tanpa sadar larinya semakin melambat membuat Jeongwoo yang awalnya berada dibelakangnya kini menyalip didepan.

"Woi kak! Ayo cepetan, lo gak mau mati kan?!" Ujar Jeongwoo.

"Gue capek! Gue gak pernah lari begini!" Balas Junkyu dengan wajah marah.

Namun tiba-tiba saja Asahi berhenti yang membuat tubuh keempatnya yang sedang berlari dibelakangnya saling menabrak satu sama lain kemudian terjatuh.

"Aduh! Kok malah berhenti sih?!" Keluh Jaehyuk, ia menatap Asahi yang membalas tatapannya dengan mata melotot, Jaehyuk mengikuti arah pandang Asahi sebelumnya.

Ada seseorang yang menaikki kuda berdiri didepannya, orang itu memegang sebuah pedang dan perisai dimasing-masing tangannya. Beberapa pasukan berkuda yang mengejar mereka kini sudah sampai dan berdiri di hadapan mereka, kelimanya yang masih terjatuh ditanah hanya diam saja tidak berani mengeluarkan suara satupun.

Tiba-tiba saja, orang yang menghalangi jalan Asahi tadi turun dari kudanya lalu membungkuk dihadapan Jaehyuk, "Tuanku pangeran, kami diperintahkan oleh yang mulia baginda raja untuk menjemput engkau kembali kedalam istana."

"Hah?!" Kaget Jaehyuk.

"Pft—pangeran katanya HAHAHA" Junkyu tertawa keras mendengar ucapan seseorang didepannya itu.

"Diam! Dilarang tertawa dihadapan Jendral!" Sebuah pedang tiba-tiba saja tertodong tepat didepan wajah Junkyu, membuat pemuda itu memberhentikan tawanya seketika dan juga menelan ludahnya kasar.

Beberapa orang yang memakai baju perang turun dari kuda mereka lalu dengan cepat mengangkat Jaehyuk dan membawanya keatas salah satu kuda.

"Heh! Heh! Apaan nih?! Gue mau dibawa kemana?!" Seru Jaehyuk takut, setelah menaikkan Jaehyuk keatas salah satu kuda disana, salah seorang dari mereka ikut menaiki kuda tersebut lalu menahan Jaehyuk yang ingin turun agar tidak dapat pergi kemana-mana.

"Pasukan, mundur. Pangeran sudah kita bawa pulang." Setelah mendengar suara Jendral, mereka semua menaikki kuda mereka masing-masing lalu pergi sambil membawa Jaehyuk. Asahi melotot melihat Jaehyuk dibawa pergi, ia menatap kearah Jendral didepannya yang kini tengah bersiap-siap ingin pergi.

"Lo bawa kemana temen gue hah!" Serunya. Sang Jendral hanya melirik kearahnya sekilas lalu berujar pelan, "Tentu saja membawa kembali pangeran ke istana, pernikahannya dengan putri kerajaan Utara akan segera diselenggarakan."

Setelah itu, sang Jendral membawa kudanya untuk pergi menjauh, meninggalkan keempatnya yang kini memandang kosong kearah depan.

"NIKAH?!" Kaget mereka bersamaan.

⊱⋅ n a r n i a ⋅⊰

"Kami diperintahkan yang mulia baginda raja untuk mengurung pangeran didalam kamar agar pangeran tidak kabur kembali"

Brak!

"Woi! Gue emang ganteng tapi gue bukan pangeran!" Jaehyuk mencoba untuk membuka pintu, namun nihil, karena pintu telah dikunci dari luar dengan kedua pengawal yang berjaga didepan pintu kamarnya. Jaehyuk mendengus kesal, apa-apaan ini? Dia baru aja dateng tiba-tiba udah diculik, terus dikurung, apalagi dibilang pangeran. Ada rasa malu sih dikit dipanggil pangeran tapi tetep aja dia bukan pangeran yang mereka maksud.

Jaehyuk menendang angin dengan perasaan kesal, matanya kini menelusuri ruangan yang mungkin adalah sebuah kamar. Kamar didalam ruangan ini terbilang cukup rapih, benar-benar mirip dengan kamar pangeran yang dia tonton di film-film kerajaan. Jaehyuk berjalan menuju kasur lalu duduk diatasnya, tangannya menepuk-nepuk badan kasur yang sangat lembut.

"Buset, kasurnya lembut banget. Beli dimana dia? Di oren ada gak ya? Gue harus minta spill sih"

Tiba-tiba saja dia menguap, rasa ngantuk menjalar keseluruh tubuhnya yang membuat Jaehyuk menidurkan badannya diatas kasur King size tersebut. Matanya hendak menutup, namun sebelum ia menutup matanya, dapat ia lihat seseorang membuka pintu kamar dan masuk kedalam. Tapi, karena tubuhnya yang bener-bener mengantuk dan lelah, Jaehyuk menghiraukan itu dan tetap menutup matanya lalu mulai terlelap.

Seseorang itu berjalan mendekati Jaehyuk, dia menaruh nampan yang ia bawa diatas nakas lalu menatap kearah Jaehyuk, lebih tepatnya menatap kearah bahu Jaehyuk yang terlihat.

Setelah menatapnya lama, ia mengerutkan keningnya bingung, "Tak ada tanda?"

⊱⋅ n a r n i a ⋅⊰

narnia | treasure ✔Where stories live. Discover now