1.1

610 107 9
                                    


Set

"Kau ini umur berapa? Memanah saja tak bisa, bagaimana kita dapat melawan musuh nanti?"

"Heh, dikira gue didunia gue sering manah? Gue seringnya ngegame!"

"Terserah! Lakukan kembali!"

Haruto menatap rubah disampingnya dengan tatapan tak percaya, tangannya yang memegang sebuah busur hendak dilempar kalau saja tidak ditahan oleh Junkyu, "Heh to, udah nurut aja apa. Inget, kita di dunia orang, bisa aja nanti kita didepak mereka."

"Ck, gue kira karena kita gajadi pergi ketempat penyihir itu kita bakal bebas, tau-taunya sama aja." Haruto berdecak kesal, padahal pas menang hompimpa kemaren dia udah seneng banget, dia pikir dia bakal tiduran aja di rumah pohon nanti, enggak ngapa-ngapain sambil nunggu Jeongwoo sama Asahi balik, eh tau-taunya dia malah disuruh latihan juga. Tau gitu mending sengaja aja dikalahin biar sekalian healing keluar.

Syut!

Jleb

"Bagus, pertahankan itu." Puji sang landak kepada Junkyu yang baru saja memanah, panah nya mengenai kayu lingkaran berwarna mewah, mendekati titik tengah yang menjadi pusat sasaran. Junkyu melirik kearah Haruto yang menatapnya tak percaya dengan mulut yang terbuka.

Junkyu tersenyum miring kearahnya, "Senggol nih bos!"

"Lihat? Temanmu saja dapat melakukannya dalam sekali percobaan, itu berarti memang kau yang payah." Sarkas rubah disampingnya, memang sedari awal Haruto mencoba memanah, anak panahnya tidak mengenai kayu lingkaran itu sama sekali, malah meleset kearah tanah.

Haruto menghentakkan kakinya kesal, "Curang ya lo kak!"

"Heh, gue emang mageran, tapi kalau main game atau yang kayak beginian mah gue serius." Jelas Junkyu sambil memeletkan lidahnya, dia kembali melayangkan anak panahnya kearah kayu lingkaran tersebut.

Syut!

Jleb

Kali ini anak panahnya menancap diwarna putih, semakin dekat dengan titik sasaran. Haruto tentu saja tidak tinggal diam, dia mengambil anak panah miliknya yang berada dibelakang tubuhnya, lalu melayangkannya sasarannya.

Syut!

Jleb

Anak panah tersebut akhirnya menancap di kayu lingkaran itu, namun berada di warna paling luar, tapi setidaknya Haruto bersorak riang karena anak panahnya kali ini menancap di kayu sasaran tersebut.

"Liat kan? Gue bisa tuh." Ujarnya bangga pada rubah disampingnya, rubah itu mendengus kemudian berlalu memasuki rumah pohon mereka.

"Boleh lah to, untuk pemula." Sahut Junkyu, mencoba memberikan semangat kepada bocah Jepang tersebut.

"Ayo masuk, waktunya makan siang." Ujar sang landak sembari memasuki rumah pohon, diikuti oleh Junkyu dan Haruto dari belakang.

Setelah memasuki rumah pohon, Junkyu dan Haruto buru-buru berlari kearah dapur dan duduk dikursi, mata keduanya menatap kearah meja makan yang sudah tersedia banyak makanan. Diatas sana ada buah apel dan anggur, sup jamur, roti tawar, dan juga ayam goreng.

"AKHIRNYA ADA AYAM GORENG." Sorak Junkyu lalu mengambil dua potong ayam goreng dikedua tangannya, dia langsung saja melahap ayam goreng digenggamannya dengan cepat. Haruto juga tak mau kalah, dia mengambil satu potong ayam goreng dan mulai menggigitnya, "Eumm... Enak!"

"To, ambilin mangkok to"

"Dih, ambil sendiri lah kak"

Junkyu memberikan tatapan tajamnya pada Haruto, Harutonya diem aja sih, soalnya engga ngerasa terintimidasi sama tatapan tajamnya, tapi ya dia tetep aja ngambil mangkok yang disuruh Junkyu lalu memberikannya. Junkyu dengan segera mengambil sup jamur dan memasukkannya kedalam mangkoknya, tangan kirinya masih menggenggam ayam goreng, sedangkan tangan kanannya sudah menggenggam sendok makan, karena ayam goreng ditangan kanannya sudah habis tadi.

narnia | treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang