03 - Pertanyaan

85 17 6
                                    

Athalla menatap seorang wanita dari jendela. Wanita itu terlihat sedang bersembunyi, seakan bersiap untuk kabur.

"Mana mungkin, dia bisa kabur," ucap Athalla tersenyum miring, melihat tingkah tikus kecil itu.

Callista berjalan pelan, menuju ke gerbang belakang. Ia terus bersembunyi, menutupi dirinya dengan pohon-pohon yang ada di rumah dukun.

"CALLISTA!!!" teriak Hachu dari belakang, berlarian ke arah Callista.

Callista berusaha untuk lari dengan cepat, namun tubuhnya malah terjatuh ke tumpukkan sampah.

Brughh...

"Ouch," ringis Callista, yang berdiri pelan.

"Kannn...," ucap Hachu.

"Lihat wanita bodoh itu," ucap Athalla, tertawa kecil saat tubuh Callista masuk ke tumpukkan sampah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lihat wanita bodoh itu," ucap Athalla, tertawa kecil saat tubuh Callista masuk ke tumpukkan sampah.

Athalla langsung berjalan keluar dari kamarnya, menuju ke kamar Callista.

•     •     •

Tok..tok..tok...

Athalla membuka pintunya, dan menatap Hachu yang sedang mengobati Callista.

"Ada apa?" Tanya Callista, menatap Athalla panik. 

"Aku hanya mencium aroma darah yang sangat wangi," ucap Athalla, menggoda Callista.

"Wangi,'kah?" Callista dengan cepat menempelkan lima hansaplast untuk menutupi luka di lututnya.

"Hachu, keluar." Dua kata dari Athalla, membuat tubuh Callista bergemetar.

Athalla duduk di sebuah sofa yang berhadapan dengan Callista langsung.

"Aku akan melepaskanmu, jika kamu bisa menjawab dua pertanyaanku," ucap Athalla, menyilangkan kedua tangannya.

CALLISTA POV ON

Jantungku seakan berpacu dalam melodi, ini antara hidup dan mati. Aku mohon, jangan memberi pertanyaan seputar matematika.

"Apa kamu mengetahui namaku?"

Seharusnya pertanyaannya tentang matematika saja, lagian manaku tahu namanya siapa. Jika semua orang memanggilnya Tuan, Raja, dan Yang Mulia.

"Ta-tahu dong," jawabku.

"Jika begitu sebutkan," ucap pria dihadapanku. "Aku hitung sampai tiga."

Mana menghitung lagi.

"Satu."

Sepertinya aku akan mati, dadah ges.

"Dua."

Jangan rindu ya ges.

"Ti-"

"S-s-s-sayang?" Ucapku, karena hanya itu yang terlintas dibenakku. Anggap saja aku gila, aku tidak peduli lagi.

"HAHAHAHA!" Pria itu tertawa dengan keras.

"Kamu tidak tahu namaku ternyata," ucap pria itu, berdiri dari kursinya.

Sepertinya aku bakal mati beneran ges.

"Tapi karena kamu membuatku tertawa, aku akan memaafkanmu," ucap pria itu.

Aku tidak jadi mati ges.

"Athalla Hellington."

"Aku akan mencatatnya," ucapku.

"Pertanyaan kedua," sambung Athalla.

Jantungku rasanya mau copot ges.

"Apa kamu memiliki kekasih, atau suami? Atau apalah itu."

"Enggak, hanya saja aku sedang menyukai seseorang."

"Siapa, hm?" Athalla menaikkan sebelah alisnya, sambil mengobati luka yang ada di kaki Callista dengan kekuatannya.

"Athalla Helington dong, siapa lagi. Makhluk paling sempurna di dunia ini," ucapku, yang mengikuti pelajaran Hachu.

"Wanita gila."

Dua kata yang membuatku terkena mental.

ATHALLA POV ON

"Jika kamu tidak memiliki kekasih, kira-kira siapa pemilik benang merah itu," ucapku, menatap sebuah benang merah yang melingkar di jari kelingking Callista. 

"Benang apa?" Callista menatap sekitar tubuhnya. 

Benang takdir, yang berarti jodohmu sudah diatur oleh Dewa Cinta. 

"Tidak ada, lupakan."

Akan ku pastikan untuk mengunting benang itu, dan menyambungnya denganku. Jika seorang Raja sepertiku, tidak bisa mendapatkan wanita yang kusukai. Jangan memanggilku Raja.

•   •   •   •

Jangan lupa kasih vote sama komen sebanyak-banyaknyaa yaaaa❣

DARK SIDE OF TUMBALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang