2) DREAM : PROMISE ME, DADDA

2.8K 522 155
                                    

Lisa POV

"Dadda."

"Ya?" Aku menyahuti ucapan Cliff yang tengah membuka kotak makannya, aku tidak menoleh untuk menatapnya karena tangan kiriku memegang ponselku, aku sedang mengecek pesan yang masuk ke dalam sana.

"Jangan bermain ponsel saat berkendara, Mommy akan memarahimu jika mengetahuinya." Ucapnya dengan nada kesal, aku kemudian meletakkan ponselku di sela-sela pahaku, menatapnya sambil tersenyum manis.

"Maaf hem, Dadda tidak akan mengulanginya lagi, makanlah sarapanmu." Ucapku, aku kemudian berdehem dan menoleh ke kanan untuk melihat kaca spionku karena kami akan menyebrang.

"Dadda tidak sarapan? Mommy tidak membuat sarapan untuk Dadda, apa Dadda ingin roti milikku?" Lihatlah betapa manisnya jagoan kecilku yang sebentar lagi akan memasuki tahap remaja, aku kemudian mengulurkan tanganku untuk mengusap rambutnya.

"Tidak sayang, makanlah, Dadda tidak lapar, lagipula Mommy membuat sarapan untukmu, bukan untuk Dadda bukan?" Balasku lembut, satu fakta yang kurang mengenakan ini harus aku telan setiap hari nya jika istriku sudah tidak pernah membuat  makan pagi, makan siang, ataupun makan malam untukku lagi.

Dia hanya mementingkan Cliff, ya, memang seharusnya begitu, aku tidak lagi menafkahinya, mungkin dia berpikir kalau aku tidak memberinya uang belanja jadi dia tidak perlu memasak sesuatu untukku lagi.

Cliff tidak menjawab, yang dia lakukan adalah membelah roti panggang itu dengan sedikit kesulitan dan menyodorkannya ke hadapanku, "Mommy memberikan roti ini padaku, itu artinya roti ini sekarang milikku, dan aku memberikannya untuk Dadda." Aku menggelengkan kepalaku.

"Kau tidak akan kenyang sampai jam makan siang jika memberikan sarapanmu untuk Dadda sayang." Cliff berdecak, mengeluarkan protesannya, ditambah roti dengan selai ini kini sudah menyentuh bibirku.

"Makanlah sedikit, Dadda." Desaknya, mau tidak mau, aku kemudian menerima suapannya dan dia langsung tersenyum, menunjukkan gummy smile nya, persis seperti Jennie.

"Kau juga makanlah, itu roti kesukaanmu bukan?" Ucapku, dia langsung mengangguk dan menggigit rotinya, putraku sebenarnya tidak mencerminkan orang Asia karena dia suka sekali dengan roti, apa karena Jennie juga membuka toko kue?

"Hem, enak." Gumamnya setelah mengambil satu gigitan besar, aku ikut mengunyah roti yang sudah lama tidak aku makan ini, jika dulu, aku memakan roti jenis ini sampai bosan tapi entah kenapa aku sedikit merindukannya.

"Dadda, bolehkah aku bertanya?" Aku menatap Cliff dan mengangguk setelah mobilku berhenti karena lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah.

Cliff, dia lebih banyak bertanya denganku sedari kecil, dia anak yang penasaran dengan seribu pertanyaan di kepalanya, apalagi dia menyukai film dengan genre fiksi-ilmiah, dia akan bertanya tentang hal yang tidak masuk akal sekalipun dan aku dengan akan sabar menjawab semuanya.

"Ada apa dengan Mommy dan Dadda?" Tanyanya, sebenarnya aku memang sudah paham jika putraku yang pintar ini akan bertanya, dan setelah sekian lama, dia akhirnya bertanya tentang hal ini.

"Tidak ada apa-apa."

"Tidak, kalian bertengkar setiap hari, kalian tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya." Bantahnya, dia kemudian mengambil tissue basah dari tas nya untuk menyeka tangannya sendiri karena roti panggang nya sudah habis.

"Kami sedang memiliki suatu masalah yang harus diselesaikan, Mommy dan Dadda belum memiliki penyelesaian yang baik, itu kenapa kami harus berdebat, maaf, apa itu mengganggu pikiranmu?" Tanyaku sambil mengambil alih tissue basah itu dan menyeka tangannya.

DREAM : SIGN TO STAY - JENLISA [G×G]Where stories live. Discover now