Chapter 01. Berubah gender.

3.3K 160 20
                                    

Seperti yang kalian tau, namaku adalah Rimuru Tempest. Nama yang di berikan oleh Veldora sahabatku saat kita baru pertama kali bertemu di gua. Sebenarnya ya, aku ini adalah tipe cowok yang tulen. Namun entah kenapa saat seribu tahun telah terlewati, banyak yang bilang kalau aku adalah perempuan. Dan faktor-faktor tersebut membuat ku sedikit menyimpang juga.

Karena lingkungan yang memperlakukanku layaknya seorang perempuan, tanpa sadar aku juga mulai menumbuhkan beberapa sifat nya.

Sekarang aku berada di depan cermin dengan tubuh baruku. Tinggiku hampir 160cm, layaknya seorang gadis berusia 18 tahun.

Dan itu benar-benar sebuah keindahan yang tak bisa di ucapkan oleh kata-kata.

Aku memperhatikan lebih detail tubuhku yang ada di depan cermin dengan telanjang, menampilkan sosok gadis yang sangat cantik dan menawan. Payudara nya memiliki ukuran bulat sempurna dengan lekuk pinggang yang ramping. Kulit kenyal dengan warna putih pucat layaknya salju, bulu mata yang lentik dengan iris emas yang memancarkan keindahan. Rambut biru keperakan yang tergerai hingga sepunggung.

Plakk!

Aku menampar pantat ku sendiri ketika itu sangat kenyal dengan sedikit getaran.

"Hngg ... Ternyata seperti ini jadi perempuan ..."

<<Sepertinya anda tidak terlalu terkejut ya, Master.>>

Braakk ...

Pintu kamar ku terbuka sangat keras menampilkan seseroang yang masuk dengan seringai bodohnya, siapa lagi kalau bukan Veldora.

"Ada apa dengan wujudmu itu?" Veldora menatap datar ke arah ku yang masih dalam keadaan telanjang dengan gender perempuan.

"Aku hanya mencoba nya saja, bagaimana rasanya menjadi perempuan." Balasku ringan sambil menggedikan bahu. Lalu aku berputar lambat."Bagaimana menurutmu? Apakah aku cocok?"

Veldora memegang dagunya seraya memperhatikan tubuhku dengan detail.

"Ku pikir Oppai mu kurang besar."

"Tidak tidak, ini sudah cukup. Jika lebih besar lagi tidak akan cocok untuk tubuhku. Ini adalah keindahan alami tau." Ucapku sambil memegang kedua dadaku. Itu memang besar dan aku tidak dapat meraupnya dalam satu remasan.

"Tapi aku banyak melihat di manga ada yang lebih besar dari mu, bahkan aku sampai terkejut ketika melihat karakter perempuan yang memiliki dada besar yang tidak masuk akal."

"Tunggu, apa kau membaca Doujin?"

Veldora mengangguk tanpa rasa bersalah.

"Itu memang manga ... Tapi, bagaimana menjelaskan nya ya ..." Aku sedikit kesulitan ketika ingin menjelaskan manga seperti apa yang Veldora baca.

Aku berjalan dari sana dan mengambil satu helai kain Kimono yang biasa di gunakan untuk mandi, menutupi tubuhku. Hanya belahan dadanya saja yang terlihat.

Hmm, ini memang sedikit kurang nyaman. Aku merasa sedikit sensitif ketika puting ku bergesekan dengan kain.

Lalu aku duduk di sofa dengan kaki yang menyilang."Lalu, apa yang kau lakukan di sini?"

"Sebenarnya, aku ingin meminta manga kepadamu. Namun sepertinya sekarang tidak perlu ..." Veldora berjalan perlahan ke arah ku dan duduk di sofa sebelahku.

"Jangan bilang, kau terangsang hanya karena melihat tubuhku?" Ucapku sedikit menyunggingkan senyum kecil.

"Benar, tubuh telanjang mu benar-benar membuat ku terangsang. Jika Ruminas melihat tubuhmu yang sekarang, aku yakin dia akan menyeret mu segera ke dalam kamar."

Aku mengeluarkan tawa renyah mendengar hal itu keluar dari mulut Veldora, tapi itu memang tidak salah. Jika Ruminas tau kalau sekarang aku memakai tubuh perempuan, aku yakin dia akan meminta ku untuk melakukan banyak hal.

"Tidak bisa di pungkiri lagi kalau dia akan menjadi basah hanya dengan melihat diriku yang saat ini."

Apalagi dengan Ruminas yang selalu memaksa diriku untuk berubah menjadi perempuan, meskipun saat itu aku masih genderless dia masih mengajak ku bermain. Dan dia tidak mempermasalahkan itu, aku ingin tau wajah seperti apa ketika menyadari kalau aku sudah menjadi perempuan.

Veldora menarik tubuhku tanpa sepengatahuan ku sehingga aku duduk di pangkuannya menghadapnya, tidak bisa tersenyum kesal ketika merasakan ada sesuatu yang menyentuh pantat ku.

"Seharunya kau sedikit mendisiplinkan adik kecil mu."

"Itu tidak bisa, kau benar-benar membuat nya bangun. Ini juga pertama kalinya aku bergairah seperti ini. Biasanya adik kecil ku tak pernah bangun meskipun melihat perempuan manapun, entah itu telanjang atau tidak. Bahkan ketika dirimu masih genderless dan mandi bersama juga, itu tidak membuatnya bangun. Namun sekarang monster kecil itu benar-benar ingin menunjukan taringnya."

"Dasar naga otaku, itu bukan urusan ku."

"Betapa jahatnya." Veldora berbisik di leherku yang terbuka, sementara tangannya sedikit mengangkat Kimono yang aku kenakan hingga memperlihatkan kembali paha putih mulus ku, dia mengelusnya pelan merayap hingga mengelus lembut selangkangan ku.

"Emnn ..."

"Hei hei, sekarang lihat siapa yang sedang bergairah."

Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis meskipun dia menggoda ku.

"Rimuru-sa ... Ma .... "

Prang ....

Aku sedikit menatap ke samping mendapati Diablo yang menatapku dengan mata kosong, gelas yang dia bawa berserakan dengan nampan yang tergeletak di lantai. Matanya masih melebar menatap ku dengan tidak percaya.

Sepertinya dia mencoba untuk mengirimkan beberapa minuman sampai akhirnya dia melihat ku bermesraan bersama Veldora. Hmm, bahaya juga ya. Apalagi dengan dirinya yang sangat memujaku.

"Oh, Diablo kah." Sapa ku dengan ramah seraya turun dari pangkuan Veldora dan duduk di sebelahnya dengan kaki menyilang, menutupi paha ku yang sebelumnya terbuka lebar. Sekarang kimono itu menutupi nya kembali, hanya dari betis ke bawah yang terlihat.

Aku mendengar Veldora mendengus kesal ketika dia tidak suka dengan situasi ini. Tangan ku bersinar keputihan dan mengelus sesaat selangkangan nya yang benar-benar menonjol, hingga akhirnya adik kecil nya tertidur kembali.

"Tunggu Rimuru, kau membuat dia tertidur dengan paksa." Protes Veldora melihat adik kecil nya yang sudah tertidur lelap kembali bahkan tanpa aksi sedikitpun.

"Ada apa Diablo?" Tidak memperdulikan Veldora, aku memanggil kembali Diablo hingga matanya kembali mendapati cahaya. Namun nafasnya terlihat sangat berat, dengan wajah yang pucat.

Ohh, ini benar-benar gawat ... Sebelum aku bangun dan menghampiri nya, aku mengecup lembut bibir Veldora untuk permintaan maaf karena telah membuat adiknya tertidur kembali secara paksa. Lalu aku menghampiri Diablo yang semakin dalam kondisi berbahaya karena tidak ingin menerima kenyataan. Jadi aku juga mengecup lembut pipinya hingga dia tersentak kaget dengan semburat merah menghiasi wajahnya.

"R-Rimuru-sama ..."

"Akhirnya kau sadar juga, ku pikir kau akan mati meskipun kau tidak bisa mati." Balas ku ringan.

Diablo masih sangat syok sambil memegang pipi kanannya dengan tangan yang memiliki sarung tangan putih.

Aku yakin dia tidak akan pernah mencuci wajahnya untuk selama-lamanya ketika menyadari bahwa di sana ada jejak ciuman ku.

TBC.

Ketika Rimuru menjadi perempuan. Where stories live. Discover now