Chapter 41

853 103 188
                                    

"Menyukai manusia seperti kamu, itu seperti saya memeluk kaktus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Menyukai manusia seperti kamu, itu seperti saya memeluk kaktus. Dimana semakin saya peluk semakin banyak rasa sakit yang saya rasakan."













•••













"Arm, apakah anakmu sudah pulang?"

Langkah kaki Pol mendekati istrinya yang sibuk membuat segelas kopi untuk dirinya. Dengan segera Arm menaruh kopi itu di meja ruang keluarga. Sedangkan Pol masih menunggu jawaban dari istrinya itu.

Entah mengapa Pol merasa begitu khawatir, karena kejadian yang menimpa putranya membuatnya trauma. Karena Pol tidak ingin putranya yang ia besarkan dan ia didik menjadi orang terpelajar harus berakhir menyedihkan. Tetapi kebejatan para kapitalis membuat harga diri anaknya jatuh.

"Putramu sudah pulang sedari tadi, sekarang dia sedang istirahat? Tidak perlu khawatir?"

Arm tersenyum kearah suaminya untuk tidak terlalu khawatir pada putranya. Dengan begitu santai Pol menyeruput kopinya dan mengerjakan pekerjaan kantornya. Bahkan sekarang dia bekerja  sebagai manajer personalia di salah satu perusahaan.

Dia sibuk mengetik laporan, dan ia pun mendongak ketika mendengar derap kaki putranya yang menuruni tangga. Beanie berlari ke dapur untuk mengambil segelas air dingin. Pol mulai penasaran dan berusaha menanyai sang anak. Pria konyol itu terlihat begitu menyeramkan bila dalam mode serius menurut Beanie.

Melihat ekspresinya saja sudah membuat Beanie gugup, pria cantik itu merasa bersalah bila terus berbohong pada Ayahnya.

"Apakah kamu menginap di rumah temanmu?" Tanya Pol penasaran.

"Iya." Bahkan Beanie tak berani menatap mata Ayahnya. "Aku tidak berbohong, Ayah?"

"Pol sudahlah!!"

"Menginap di rumah teman atau temann... Jangan pernah berbohong pada Ayah lagi, kali ini Ayah akan memukulmu bila kamu berbohong. Paham?!"

"I-iya. Paham Ayah.."

Pria cantik itu sibuk memainkan jemarinya untuk menghilangkan rasa gugup dan takutnya. Dia tidaklah berani mengatakan terus terang pada sang Ayah, kalau dirinya menginap di motel bersama Wristband. Bila kemungkinan Ayahnya tau pasti sudah di pastikan Wristband hanya akan meninggalkan namanya.

"Pol!!!"

"Kenapa? Aku hanya ingin membuat putramu tetap aman?"

"Jangan terlalu keras pada putraku?"

"Aku melakukan ini semua, karena aku tidak ingin kejadian buruk itu menimpanya lagi, semua itu seperti mimpi buruk bagiku."

Arm mendekati putranya. "Masuklah kamarmu dan istirahat?"

01. WHY Seasons 1 | Loving in Silence is Painful [END]Where stories live. Discover now