Part 5 : Ayam

9 3 0
                                    

— t e c t o n a —

S

ekitar jam empat sore Ona baru saja keluar dari sekolah. Dia sedang duduk manis di halte bus depan sekolah. Sambil sesekali menatap handphonenya.

Tut.. tut...

"Awas aja bang kalo gak angkat" gumamnya sambil menempelkan handphonenya ketelinga.

Panggilan pertama belum juga diangkat, tapi seorang Ona tidak akan menyerah, dia sampai spam telepon tidak masalah asalkan dijawab.

"Hallo? Kenapa dek?" Terdengar suara diujung telepon.

"Bang Ona udah balik nih" jawabnya tidak sabar.

"Oh iya? Balik sama siapa?"

"Maksudnya jemput bang! Ona baru duduk di halte belum sampe rumah!" Balasnya sambil mencak-mencak menahan emosi.

Terdengar tawa disana.

"Bang jangan ketawa ya!"

"Iya iya, abang otw"

"Gak pake lama bang! Ona udah cape, laper juga"

"Otw beneran ini"

Tut

Sambungan dimatikan olehnya lalu memasukan handphonenya pada saku seragam sekolahnya.

Jam-jam sore seperti ini jarang ada yang lewat, terkadang hanya satu dua kendaraan yang lewat.

Saya katakan, bahwa menunggu itu hal yang sangat membosankan, apalagi menunggu jemputan. Padahal baru beberapa menit, tapi rasanya sudah berjam-jam.

Kadang saya sendiri merasa seperti itu, menunggu baru sepuluh menit, berasa nunggu seabad. Kan ngeselin!.

Demikian juga Ona, dia mendengus sebal sambil menedang-nendang batu kecil didepannya. Sesekali bersenandung melepas penat. Kali ini dia memejamkan matanya sambil menikmati semilir angin sore yang membuatnya merasa dingin.

Tin.. tin..

Setelah menunggu beberapa menit, motor matic hitam sudah berada tepat didepannya.

"Dengan saudari Tectona?" ucap laki-laki sambil turun mencolek adik perempuannya.

"LAMA BENER BANG!" dengan galaknya Ona melotot sambil berdiri.

"Dih, baru aja sepuluh menit dek!" Raka melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

"ALESAN!" gadis itu juga melihat jam ditangannya. "Hehe iya bang, Ona kira udah satu jam an" selanjutnya Ona malah terkekeh seperti tiada bersalah telah membentak abangnya.

"Makanya jangan main semprot ae!" Raka memberikan helm bogo berwarna coklat pada Ona.

"Ya gimana bang Ona laper"

"Mau mampir?" Ajak abangnya tiba-tiba.

"HAH? SERIUS?!" pekik Ona tak percaya.

Raka tersenyum lebar, "baru cair nih duitnya"

"Woh, wajib traktir Ona bang!" Jawabnya dengan cepat dan semangat. Raka ini punya kerjaan selingan. Kerja sambil kuliah sebagai seorang barista disebuah cafe. Kakak dari seorang Ona ini memiliki bakat meracik kopi.

"Gini nih, giliran makan semangat bener" jawab abangnya sambil menaiki motornya.

Ona pun mulai duduk di jok belakang, "ya ya ya bang?"

"Iya deh, abang anterin beli makan"

"yeee, makasih abang" balas Ona sambil memeluk pinggang abangnya.

LOVING AMBULANCEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora